Anda di halaman 1dari 12

PENATALAKSANAAN

RONGGA MULUT
PADA HIPERTENSI
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah
yang permanen sebagai akibat meningkatnya
tekanan di arteri perifer, dimana komplikasi
yang timbul menjadi nyata.
Menurut WHO batas tekanan yang masih
dianggap normal adalah 140/90 mmHg dan
tekanan darah sama atau diatas 160/95 mmHg
dinyatakan sebagai hipertensi.
Tekanan darah diantara normotensi dan
hipertensi disebut bordeline hypertension
Prevalensi hipertensi di Indonesia pun
cukup tinggi. Menurut Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) 2007, sebagian besar
kasus hipertensi di masyarakat belum
terdiagnosis.
Dari hasil pengukuran tekanan darah pada
subyek berusia 18 tahun ke atas
ditemukan prevalensi hipertensi di
Indonesia sebesar 31,7%, namun hanya
7,2% diantaranya yang sudah mengetahui
memiliki hipertensi, dan hanya 0,4% kasus
yang terkontrol (minum obat hipertensi).
MENGAPA KITA PERLU TAHU
TENTANG HIPERTENSI
Sekitar 90 % penderita hipertensi tidak diketahui
penyebabnya, disebut sebagai hipertensi esensial atau
hipertensi primer.
Apa saja gejala hipertensi : Sakit kepala, Suara berdenging
di telinga, Penglihatan kabur,sering pingsan, Perdarahan yg
sulit berhenti, Mudah marah, Mudah letih, Sulit tidur,
Tengkuk terasa berat
Apakah Anda Berisiko??
Usia Laki-laki > 55 tahun Perempuan > 65 tahun Usia Darah
tinggi Komplikasi BERPOTENSI 2x LIPAT MENDERITA DARAH
TINGGI
Riwayat tekanan darah tinggi pada keluarga Riwayat
Keluarga RESIKO HIPERTENSI MENINGKAT STROKE 2x LIPAT
Merokok Pola Makan Kurang Baik KURANG OLAHRAGA
Hipertensi TIDAK dapat disembuhkan
Komplikasi Hipertensi:
Mata retinopathy
Ginjal Gagal Ginjal
Otak stroke
Jantung Peny.Jantung Koroner, Pembesaran Jantung kiri
Gagal Jantung Peripheral arterial disease

Hipertensi dapat dikendalikan :


1. Periksa tekanan darah secara rutin
2. Ikuti anjuran dokter (makan obat teratur)
3.Memperbaiki pola hidup PERHATIKAN MAKANAN Kurangi
asupan lemak Kurangi makan makanan yang mengandung
banyak MINYAK. Mengurangi garam dan MSG yang digunakan
dalam makanan
4. TERATUR BEROLAHRAGA
5. Enyahkan Rokok dan Alkohol
Manifestasi Oral akibat Penggunaan Obat
Antihipertensi
A. Xerostomia Xerostomia atau mulut kering
merupakan keadaan rongga mulut yang paling banyak dikeluhkan.
Keadaan ini umumnya berhubungan dengan berkurangnya aliran
saliva, namun adakalanya jumlah atau aliran saliva normal tetapi
seseorang tetap mengeluh mulutnya kering. Obat-obatan adalah
penyebab paling umum berkurangnya saliva, dan obat
antihipertensi termasuk kedalam golongan obat yang dapat
menyebabkan efek samping berupa xerostomia. Obat-obatan
tersebut mempengaruhi aliran saliva dengan meniru aksi sistem
syaraf autonom atau dengan secara langsung beraksi pada proses
seluler yang diperlukan untuk saliva. Obat-obatan juga dapat
secara tidak langsung mempengaruhi saliva dengan mengubah
keseimbangan cairan dan elektrolit atau dengan mempengaruhi
aliran darah ke kelenjar
B. Ulser
Ulser pada mukosa mulut, terasa sakit, tanpa ada
tanda-tanda sistemik dan tidak diketahui dengan pasti
penyebabnya.
Tidak ada teori yang seragam tentang adanya
immunopatogenesis dari ulser .
Salah satu penelitian mengungkapkan bahwa adanya respon
imun yang diperantarai sel secara berlebihan pada pasien
sehingga menyebabkan ulserasi lokal pada mukosa. Respon
imun itu berupa aksi sitotoksin dari limfosit dan monosit
pada mukosa mulut dimana pemicunya tidak diketahui.
C. Reaksi Likenoid
Pada lesi likenoid terdapat white striae atau papula
seperti liken planus, lesi dapat terlihat ulseratif dengan
adanya rasa peka terhadap rasa sakit serta lokasi yang
paling sering adalah mukosa bukal dan gingival cekat,
namun daerah lain dapat dikenai. Reaksi likenoid dapat
bersifat unilateral.

D. Gingival Enlargement (Pembesaran Gingiva)


Salah satu efek samping obat-obatan pada jaringan
periodonsium yang paling sering adalah pembesaran gingiva
atau juga dikenal dengan hiperplasia gingiva.
Penanganan Rongga Mulut pada
Penderita Hipertensi
A. Strategi Preventif
Strategi ini meliputi semua tindakan untuk mengontrol tekanan darah pasien
selama perawatan maupun selama tindakan preventif kedokteran gigi seperti
kontrol plak, flouridasi, dll. Tindakan preventif yang efektif yaitu dengan
menghilangkan penyebab meningkatnya tekanan darah pasien seperti pemilihan
anestesi, bahan anestesi, dan kontrol kecemasan. Tindakan preventif lainnya,
antara lain:
1. Prosedur dental yang lama dan stressful sebaiknya dihindarkan
2. Pemberian sedatif peroral membantu mengurangi kecemasan. Sedatif peroral yang
digunakan adalah benzodiazepine 5 mg, diminum malam sebelum tidur dan 1 jam
sebelum tindakan.
3. Pemilihan waktu perawatan gigi. Kenaikan tekanan darah pada pasien hipertensi
sering terjadi saat bangun pagi, mencapai puncak pada tengah hari, kemudian
menurun di sore hari, sehingga waktu yang dianjurkan untuk melakukan perawatan
adalah sore hari.
4. Penggunaan anestesi lokal akan lebih baik dibandingkan anestesi umum. Pemberian
anestesi harus pelan dan hindari penyuntikan intravascular.
Dalam hubungan pasien hipertensi dengan tindakan perawatan menggunakan
anestesi lokal yang mengandung vasokonstriktor, harus diingat bahwa bahan
vasokonstriktor pada anestesi lokal bermacam-macam. Noradrenalin dan
levonordefrin merupakan kontraindikasi untuk pasien hipertensi. Sedangkan
adrenalin lebih aman digunakan karena tidak akan meningkatkan tekanan darah
secara dramatis.
B. Strategi Kuratif
Penerapan strategi ini disesuaikan dengan kondisi kondisi
fisik dan kemampuan emosi pasien untuk menerima dan
merespon terhadap perawatan yang diberikan.
Perawatan Bedah Mulut Pasien Hipertensi
Banyak komplikasi yang dapat terjadi pada pasien
hipertensi. Oleh karena itu, sebelum melakukan tindakan
bedah, sebaiknya pasien konsultasi dahulu dengan dokter
penyakit dalam yang merawat penderita.
Jika keadaan pasien memungkinkan untuk dilakukan
tindakan pembedahan, maka segala kondisi yang
menimbulkan kecemasan atau stress sebaiknya dihilangkan.
Penggunaan obat penenang sehari sebelumnya dianjurkan.
Apabila keadaan pasien sudah lebih tenang, pembedahan
dapat dilakukan. Perlu diperhatikan bahwa tekanan darah
pasien saat tindakan harus dalam keadaan tensi yang
terkontrol. Jika perlu, upaya pembedahan dilakukan dalam
bentuk tim karena selain ada hipertensi esensial,
kemungkinan pasien juga menderita hipertensi sekunder
yang merupakan komplikasi penyakit lain.

Anda mungkin juga menyukai