Anda di halaman 1dari 11

Menurut pasal 1 angka 1 UU No.

6 Tahun 1983 sebagaimana


disempurnakan terakhir dengan UU No. 28 Tahun 2007 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, adalah kontribusi wajib
kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak
mendapatkan timbal balik secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Di Indonesia, sejak zaman kolonial Belanda ternyata telah
diberlakukan cukup banyak undang-undang yang mengatur
mengenai pembayaran pajak. Akan tetapi, terlalu banyaknya
undang-undang yang dikeluarkan pada saat itu mengakibatkan
masyarakat mengalami kesulitan dalam pelaksanaannya. Selain itu,
beberapa undang-undang yang dibuat pada saat itu ternyata dalam
perkembangannyatidak memenuhi rasa keadilan, dan masih
memuat unsur-unsur kolonial. Maka pada tahun 1983, Pemerintah
besama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat sepakat untuk
melakukan reformasi undang-undang perpajakan yang ada dengan
mencabut semua undang-undang yang ada dan mengundangkan 5
(lima) paket undang-undang perpajakan yang bersifat lebih mudah
dipelajari dan dipraktikkan serta tidak menimbulkanduplikasi dalam
hal pemungutan pajak dan unsur keadilan menjadi lebih
diutamakan, bahkan sistem perpajakan yang semula official
assessment diubah menjadi self assessment.
Kelima undang-undang tersebut adalah :
UU No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP).
UU No. 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan (PPh).
UU No. 8 Tahun 1983 Tentang PPN dan PPnBM.
UU No. 12 Tahun 1985 Tentang PBB.
UU No. 13 Tahun 1985 Tentang Bea Materai (BM).
Dengan berkembangnya waktu, pemerintah akhirnya melakukan perubahan dalam
undang-undang. Perubahan ketiga undang-undang tersebut adalah :
UU Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan No. 16 Tahun 2000 diubah
dengan UU No. 28 Tahun 2007, yang berlaku mulai 1 Januari 2008.
UU PPh No. 17 Tahun 2000 diubah dengan UU No. 36 Tahun 2008, yang berlaku
mulai 1 Januari 2009.
UU Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Penjualan Atas Barang Mewah
No.18 Tahun 2000 diubah dengan UU. No. 42 Tahun 2009, Yang Berlaku Mulai
1 April 2010.
Pajak dipungut berdasarkan undang-undang.
Tidak mendapatkan jasa timbal balik yang ditujukan secara
langsung.
Pemungutan pajak diperuntukkan bagi keperluan pembiayaan
umum pemerintah dalam rangka menjalankan fungsi
pemerintahan, baik rutin maupun pembangunan.
Pemungutan pajak dapat dipaksakan. Pajak dapat dipaksakan
apabila wajib pajak tidak memenuhi kewajiban perpajakan
dan dapat dikenakan sanksi sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Adanya fungsi dalam mengisi kas Negara/ anggaran Negara
yang diperlukan untuk menutup pembiayaan
penyelenggaraan pemerintah.
1. Pajak menurut sifatnya :
a. Pajak Langsung
b. Pajak Tidak Langsung
2. Pajak menurut instansi yang memungutnya :
a. Pajak Pusat
b. Pajak Daerah
3. Pajak menurut subjeknya
a. Pajak Orang Pribadi
b. Pajak Badan
4. Pajak menurut asalnya :
a. Pajak Dalam Negeri
b. Pajak Luar Negeri
Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan
bernegara, khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena
pajak merupakan sumber pendapatan negara untuk membiayai semua
pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan. Berdasarkan hal
diatas maka pajak mempunyai beberapa fungsi, yaitu:
Fungsi Anggaran (Budgetair)
Fungsi Mengatur (Regulerend)
Fungsi Stabilitas
Fungsi Redistribusi Pendapatan
Terdapat beberapa teori yang mendasari adanya
pemungutan pajak atau memberikan justifikasi pemberian
hak kepada Negara untuk memungut pajak, yaitu:
Teori Asuransi
Teori Kepentingan
Teori Daya Pikul
Teori Bakti
Teori Asas Daya Beli
Asas pemungutan pajak menurut Mardiasmo (2009) dibagi menjadi
tiga yaitu :
Asas Domisili Negara akan mengenakan pajak atas suatu
penghasilan yang diterima oleh sesorang atau suatu badan.
Asas Sumber Negara akan mengenakan pajak atau suatu
penghasilan yang diterima oleh seseorang atau suatu badan jika
penghasilan yang dikenakan pajak berada di Negara itu.
Asas Kebangsaan Yang menjadi landasan pengenaan pajak adalah
status kewarganegaraan dari sesorang atau suatu badan yang
memperoleh penghasilan.
Pemungutan pajak dapat dilakukan berdasarkan tiga stelsel, yaitu :
Stelsel Nyata Pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan nyata),
sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak,
yaitu setelah penghasilan sesungguhnya diketahui.
Stelsel Anggapan Pengenaan pajak didasarkan pada pada suatu anggapan
yang diatur Undang-Undang. Tanpa menunggu akhir tahun dan tidak
berdasarkan keadaan sesungguhnya.
Stelsel Campuran Merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel
anggapan. Pada awal tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu
anggapan, kemudian pada akhir tahun pembayaran didasarkan dan
disesuaikan dengan keadaan sebenarnya.
Dalam memungut pajak, system yang digunakan menurut Mardiasmo
(2009) sebagai berikut :
Self Assesment System Suatu system pemungutan pajak yang
member wewenang pada wajib pajak untuk menentukan sendiri
besarnya pajak yang terutang. Wajib pajak bersifat aktif, mulai dari
menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri pajak yang terutang.
Official Assesment System Suatu system pemungutan yang
member wewenang kepada pemerintah/fiskus untuk menentukan
besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.
With Holding System System pemungutan pajak yang memberikan
wewenang kepada pihak ketiga, bukan fiskus dan bukan wajib pajak
yang bersangkutan untuk menentukan besarnya pajak terutang oleh
wajib pajak.

Anda mungkin juga menyukai