1
Pendahuluan
Suhu pasien biasanya diukur dengan termometer
air raksa dan tempat pengambilannya dapat di axila,
oral atau rektum. Suhu tubuh normal berkisar
36,5c 37,2c.
2
Demam pada umumnya diartikan suhu tubuh di atas 37,2c
5
Beberapa hal yang secara khusus perlu diperhatikan pada
demam adalah cara timbul demam, lama demam, sifat harian
demam, tinggi demam dan keluhan lain yang menyertai
demam
6
DENGUE FEVER
Dengue adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue yang
ditularkan oleh vektor nyamuk Aedes aegepty dan beberapa spesies Aedes
lainnya
7
Etiologi
Terdapat 4 serotipe dari virus dengue, yang termasuk dalam
genus Flavivirus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4 yang
semuanya dapat menyebabkan demam dengue, demam
berdarah dengue dan dengue shock syndrome
8
Epidemiologi
Demam berdarah dengue tersebaar di wilayah asia tenggara,
pasifik barat,dan karibia. Indonesia merupakan wilayah
endemis dengan sebaran diseluruh wilayah tanah air.
Penularan infeksi virus dengue terjadi melalui vektor
nyamuk genus aedes(terutama A. aegypti)
9
Faktor resiko
Berdiam di daerah endemik dengue
Perjalanan/ wisata ke daerah endemik dengue
Sanitasi lingkungan dengan tersedianya tempat perindukan
bagi nyamuk betina yaitu bejana yang berisi air jernih
Terdapat penderita dilingkungan/keluarga
10
Siklus hidup
11
Patogenesis
12
Perjalanan penyakit dengue
13 18 June 2001
14
Manifestasi klinis dan penunjang
DD/DBD Derajat Gejala dan tanda Laboratorium
DD Demam dengan gejala berikut: Leukopenia<5000 sel/mm3
Nyeri kepala Trombositopenia < 150000 sel/mm3
Nyeri retro orbita Peningkatan hematokrit 5-10%
Myalgia Tidak ada tanda kebocoran plasma
Atralgia
Ruam
Menifestasi perdarahan
Tidak ada tanda kebocoran plasma
DBD I Demam dengan menifestasi perdarahan ( tes torniket positif) Trombositopenia <10000 sel/mm3
dan terdapat kebocoran plasma Peningkatan hematokrit >20%
DBD II Sesuai dengan derajat I diitambah perdarahan spontan Sama dengan derajat I
DBD III Sesuai dengan derajat I dan II ditambah kegagalan sirkulasi ( Sama dengan derajat I dan II
nadi lemah, pulse pressure sempit <20mmHg, hipotensi,
kelemahan umum)
DBD Iv Sesuai dengan derajat III ditambah syok berat dengan tekanan Sama dengan derajat I,II dan III
darah tidak terukur dan nadi tidak teraba
15
Penemuan klinis dan pemeriksaan
penunjang
16
Laboratorium
Tes hematologi
Darah lengkap:
Hb
PCV ( kebocoran plasma dibuktikan dengan penningkatan >20%
dari baseline)
Trombosit ( umumnya terdapat trombositopenia pada hari 3-7)
Leukosit ( dapat normal atau menurun)
Kimia klinik : albumin, elektrolit
Faal koagulasi ( untuk kasus pendarahan)
17
Penunjang
Foto thoraks ( dapat ditemukan efusi pleura)
Usg abdomen ( dapat ditemukan ascites)
Elektrokardiografi ( untuk pasien diatas 40tahun)
18
Rapid diagnostic test
igM dan igG ( bisa dideteksi setelah hari ke5)
Tes serologi
Tes asam nukleat virus
Tes NS1 ( muncul mulai hari pertama dan tidak terdeteksi
dalam 5-6hari)
19
DIAGNOSIS
Gambaran klinis
Pemeriksaan penunjang
Deteksi imunoglobulin anti - dengue ( Ig ) M atau antibodi
IgG dalam serum darah pasien
20
Diagnosa banding
Chikungunya
Malaria
Tifoid
Leptospirosis
21
Komplikasi
Syok berat
Perdarahan berat
Efusi masif
22
Terapi
Terapi suportif
Menjaga pasien terhidrasi untuk mencegah shock
Rawat inap pasien dengan gejala lanjutan
23
24
Protokol 1
Keluhan DBD
Hb, Ht, trombo normal Hb, Ht normal Hb, Ht normal Hb, Ht meningkat
trombo 100.000-150.000 trombo <100.000 trombo menurun
25
Protokol 2
Suspek DBD
Perdarahan spontan dan masif (-)
Syok (-)
Protokol 3
*volume cairan kristaloid per hari yang diperlukan sesuai rumus berikut: 1500+(20x(BB-20))
**Pemantauan disesuaikan dengan fase/hari perjalanan penyakit dan kondisi klinis
26
Protokol 3
5% defisit cairan
28
Airway
Breathing : O2 1-2 L/menit dengan kateter nasal. Bila lebih, pakai sungkup muka
Circulation : cairan kristaloid dan / koloid 10-20 mL/kgBB secepatnya (bila mungkin <10 menit)
Perhatikan: tanda tanda hipovolemia, hipervolemia/overload, dan respon pemberian cairan setelah 15-30 menit
Cek AGD, Hb, Ht, elektrolit, Ur, Kr, golongan darah
31
TYPHOID FEVER
Demam tifoid merupakan infeksi sistemik
yang disebabkan oleh Salmonella enteric
serorevar typhi (S.Typhi)
32
Serotype : D group of Salmonella,
Gram-negative, rod, non-spore,
flagella (+), produced endotoxin
Antigens: located in the cell capsule :
H (flagellar antigen).
O (Somatic or cell wall antigen).
Vi (polysaccharide virulence)
Live 2-3 weeks in water. 1-2 months
in stool. Die out quickly in summer,
resistance to drying and cooling
35
patogenesis
36
patogenesis
S. Typhi tertelan masuk kedalam tubuh melalui mukosa usus
menyebar ke sistem limfoid mesenterika dan masuk ke
pembuluh darah melalui sistem limfatik (bakteremia primer/
incubation stage 7-14hari)
37
Manifestasi klinik
Mingggu pertama:
Demam nyeri kepala, pusing nyeri otot, anoreksia, mual , muntah,
obstipasi atau diare, perasaan tidak enak di perut, batuk dan epistaksis
Pf: suhu badan meningkat. Demam meningkat perlahan lahan dan
terutama pada sore hingga malam hari
Minggu kedua:
Demam, bradikardi relatif, lidah yang berselaput(kotor di tengah, tepi
dan ujung merah serta tremor), hepatomegali, splenomegali,
meteorismus, gg mental berupa somnolen, stupor, koma , delirium,
atau psikosis. Roseola jarang
38
Laboratorium dan pemeriksaan
penunjang
DL
(leukopenia/normal/leukositosis,anemia ringan, trombositopenia, peningkatan LED,
peningkatan SGOT/SGPT)
Uji widal(deteksi titer antibodi terhadap S.typhi yakni aglutinin O dan aglutini H)
Pembentukan aglutinin terjadi pada akhir minggu pertama demam. Titer antibodi
O>1:320 atau antibodi H>1:640 menguatkan diagnosis pada gambaran klinis khas
Uji tubex (uji semikuantitatif untuk deteksi antibodi anti S.thypi)
Sensitivitas 75%-80% dan spesifitas 75%-90%
39
Laboratorium dan pemeriksaan
penunjang
Uji typhidot (deteksi IgM dan IgG pada protein membran luar S.thypi)
Hasil positif 2-3hari setelah infeksi dan spesifik mengidentifikasi IgM dan IgG.
Sensitivitas 98% dan Spesifisitas 76,6%
Uji IgM Dipstick (deteksi khusus IgM spesifik S.typhi)
Sensitivitas 65%-77% dan spesifisitas 95%-100%
Akurasi diperoleh bila pemeriksaan dilakukan 1minggu setelah timbul gejala
Kultur darah (Gold Standar)
40
Diagnosa banding
Viral infections
Malaria
Leptospirosis
Riketsiosis
41
Komplikasi
Perdarahan intestinal
Muncul pada minggu ke 2-3
Sering disebabkan oleh makanan yang tidak cocok , diare
Pendarahan serius : penurunan suhu yang mendadak , kenaikan nadi , tanda-
tanda syok diikuti oleh melena / hematochezia
Usus perforasi :
Muncul selama 2-3 minggu , melibatkan ujung bawah ileum
Sakit perut, diare , pendarahan usus , berkeringat , penurunan suhu , dan
peningkatan denyut nadi , nyeri lepas , berkurang atau menghilangnya suara
usus , leukositosis (tanda peritonitis )
Udara bebas di bawah x - ray
Toxic hepatitis: minggu 1 - 3 , hepatomegali , ALT meningkat
42 Lainnya : Miokarditis , ensefalopati , kolesistitis , meningitis , nefritis , dll
Terapi
Istirahat (tirah baring) dan perawatan
Diet dan terapi penunjang ( simptomatik dan suportif)
Pemberian antimikroba: kloramfenikol, tiamfenicol,
kotrimoksazol, ampisilin, amoksisilin, seftriakson, golongan
fluoroquinolon(norfloksasin, siproloksasin), azitromisin.
Pengobatan demam tifoid pada wanita hamil: ampisilin,
amoksisilin, dan seftriakson.
43
Pencegahan
1. Menyediakan makanan dan minuman yang tidak
terkontaminasi
2. Higiene perorangan terutama menyangkut kebersihan tangan
dan lingkungan
3. Sanitasi yang baik
4. Tersedianya air bersih sehari-hari
5. Vaksinasi (Ty21a, Vi-conjugated)
44
Prognosis
Terutama pada kecepatan diagnosis dan memulai pengobatan
yang benar
Tingkat kematian
Demam tifoid yang tidak diobati : 10-20%
Demam tifoid Yang ditangani dengana baik: <1%
45
Terima Kasih
46
Daftar pustaka
1. Askandar Tjokroprawiro, et al. 2015. Buku ajar ilmu
penyakit dalam Ed 2. Surabaya: Airlangga University Press
2. Chris tanto, et al. 2014. Kapita selekta kedokteran Ed4. Jakarta:
media aesculapius
47