Anda di halaman 1dari 17

PROPOSAL PENELITIAN

IDENTIFIKASI LARVA Aedes aegypti PADA TEMPAT PENAMPUNGAN


AIR (TPA) DAN NON TEMPAT PENAMPUNGAN AIR DI RW.13
KELURAHAN KASSI-KASSI KECAMATAN RAPPOCINI
KOTA MAKASSAR 2014

PUTRI AQILA ANWAR


11.901.257

PROGRAM STUDI DIII ANALIS KESEHATAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
MAKASSAR 2014
A. Latar Belakang
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu
masalah kesehatan masyarakat penting di Indonesia dan sering
menimbulkan suatu letusan Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan kematian
yang besar yang semakin lama semakin meningkat jumlah pasien serta
penyebarannya semakin luas. Penyakit DBD ini ditemukan hampir di
seluruh belahan dunia terutama di Negara-negara tropik dan
subtropik, baik sebagai penyakit endemik maupun epidemik. Selama
20 Tahun terakhir terjadi peningkatan yang tajam pada insidensi dan
penyebaran DHF secara geografis di beberapa Negara Asia Tenggara
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan suatu
penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan
oleh nyamuk Aedes aegypti dan nyamuk Aedes albopictus. Sampai saat
ini yang paling berperan adalah nyamuk Aedes aegypti, karena
hidupnya didalam dan sekitar rumah, sedangkan nyamuk Aedes
albopictus hidupnya di kebun-kebun sehingga jarang kontak dengan
manusia.
Selama 1 dekade angka kejadian atau incidence rate (IR) DBD
meningkat dengan pesat di seluruh belahan dunia. Diperkirakan 50
juta orang terinfeksi DBD setiap tahunnya dan 2,5 miliar (1/5
penduduk dunia) orang tinggal di daerah endemic DBD. Demam
Berdarah Dengue pertama kali ditemukan di Asia Tenggara yaitu di
Filipina pada tahun 1954, selanjutnya menyebar ke beberapa negara
Asia lainnya seperti Thailand tahun 1958, Vietnam Utara tahun 1958,
Singapura tahun 1960, Laos tahun 1962, dan India tahun 1963.
Penyakit demam berdarah pertama kali di Indonesia ditemukan di
Surabaya pada tahun 1968, akan tetapi konfirmasi virologis baru
didapat pada tahun 1972. Sejak itu penyakit tersebut menyebar ke
berbagai daerah, sehingga sampai tahun 1980 seluruh provinsi di
Indonesia kecuali Timor-Timor telah terjangkit penyakit. Sejak pertama
kali ditemukan, jumlah kasus menunjukkan kecenderungan meningkat
dari tahun ke tahun baik dalam jumlah maupun luas wilayah yang
terjangkit dan secara sporadis selalu terjadi KLB setiap tahun.
Penyakit ini tiap tahun telah menelan korban jiwa, bahkan jumlah
kasus meningkat setiap tahunnya. Kasus DBD sepanjang tahun 1999
tercatat sebanyak 21.134 orang. Tahun 2000 sebanyak 35.443 orang.
tahun 2001 sebanyak 45.904 orang. Tahun 2002, 40.337 orang dan
tahun 2003 sebanyak 50.131 orang, sedangkan tahun 2004 telah
menelan tidak kurang dari 247.000 orang.
Penyakit demam berdarah dengue di Sulawesi Selatan, juga
merupakan jenis penyakit yang banyak menimbulkan kematian.
Menurut laporan dari Subdin P2&PL tahun 2005, tercatat jumlah
penderita DBD sebanyak 2.975 dengan kematian 57 orang. Sementara
untuk tahun 2006, kasus DBD dapat ditekan dari 3.164 kasus tahun
2005 menjadi 2.426 kasus (22,6%) pada tahun 2006, demikian pula
angka kematian dari 1,92% turun menjadi 0,7% pada tahun 2006,
dengan kelompok penduduk yang terbanyak terserang adalah pada
kelompok usia anak sekolah (5-14 tahun) sebesar 55%, kemudian pada
kelompok usia produktif (15-44 tahun) sebesar 25% kelompok usia
balita (1-4 tahun) sebesar 16% dan usia diatas 45 tahun serta usia
dibawah 1 tahun masing-masing sebesar 2%.
Pada tahun 2007 jumlah kasus DBD meningkat menjadi 2874 kasus
dengan angka kematian 1,11% selanjutnya pada tahun 2008 jumlah
kasus terus meningkat menjadi 3531 kasus dengan angka kematian
menurun menjadi 0,79% pada triwulan II tahun 2009 sudah terdapat
2063 kasus dengan angka kematian meningkat menjadi 2,38%
Data yang bersumber dari Bidang P2PL Dinas Kesehatan Kota
Makassar menunjukkan terjadinya penurunan kasus DBD pada tahun
2008 dari 263 kasus menjadi 255 di tahun 2009. Dan terjadi penurunan
kasus DBD yang signifikan dari 255 kasus tahun 2009 menjadi 182
kasus pada tahun 2010, dengan Angka Bebas Jentik (ABJ) meningkat
dari tahun 2009 sebesar 78% menjadi 79,96% pada tahun 2010.
Demikian pula halnya dengan jumlah kematian akibat DBD dari tahun
ke tahun mengalami penurunan dimana pada tahun 2009 tercatat
kematian akibat DBD dari tahun ke tahun mengalami penurunan
dimana pada tahun 2009 tercatat kematian akibat DBD sebanyak 2
orang sedangkan pada tahun 2010 tidak ada kematian
Tahun 2008 di kota Makassar jumlah penderita mencapai 265
orang, 2009 dengan 256 orang sementara di 2010 mencapai 185 orang
dan pada 2011 tercatat 85 orang serta sepanjang 2012 tercatat 33
orang menderita DBD (Dinkes kota Makassar, 2012). Dari data ini dapat
dilihat bahwa angka kejadian DBD di kota Makassar setiap tahunnya
mengalami penurunan. Pada tahun 2009 angka kejadian tertinggi
terdapat di kel. Kassi-kassi sebanyak 15 kasus dari total 256 kasus di
kota Makassar. Sedangkan pada tahun 2010 angka kejadian tertinggi
terdapat di kel. Kassi-kassi sebanyak 8 kasus dari total 185 kasus di kota
Makassar. Pada tahun 2011 sebanyak 4 kasus kejadian DBD di Kel.
Kassi-kassi. Dan pada tahun 2012 masih ditemukan 9 kasus di wilayah
kerja Puskesmas Kassi-kassi.
Mencegah adalah cara terbaik dan termurah untuk mengatasi
berbagai masalah. Demikian juga untuk penanggulangan penyakit
Demam Berdarah Dengue (DBD). Jenis penyakit ini sudah lama ada di
Indonesia sebagai suatu penyakit yang disebabkan oleh sejenis virus
dan ditularkan oleh sejenis nyamuk tertentu yang hidup dan
berkembang di lingkungan sekitar manusia
Survei yang telah dilakukan di beberapa kota di Indonesia
menunjukan bahwa tempat perindukan yang paling potensial adalah
Tempat Penampungan Air (TPA) yang di gunakan seharihari seperti
drum, tempayan, bak mandi, bak wc, ember dan sejenisnya. Tempat
perindukan tambahan adalah disebut yang bukan TPA, seperti tempat
minum hewan, kaleng bekas, vas bunga dan lainlainya. Sedangkan
TPA alamiah seperti lubang pohon, lubang batu, pelepah daun
tempurung kelapa, kulit kerang, pangkal pohon pisang, potongan
bambu dan lain-lain. Aedes aegypti lebih tertarik untuk meletakkan
telurnya pada TPA yang berair dan berwarna gelap, paling menyukai
warna hitam, terbuka lebar dan terutama yang terletak ditempat
terlindung sinar matahari langsung
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk
mengadakan suatu penelitian tentang Larva aedes aegypti pada
tempat penampungan air dan non tempat penampungan air di RW.13
Kelurahan Kassi-Kassi
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan
masalahnya yaitu : Apakah terdapat Larva nyamuk
Aedes aegypti pada Tempat Penampungan Air dan Non
Tempat Penampungan Air di RW.13 Kelurahan Kassi-
Kassi Kecamatan Rappocini Kota Makassar?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui keberadaan larva nyamuk
Aedes aegypti pada TPA dan yang bukan TPA
2. Tujuan Khusus
Untuk memastikan keberadaan larva nyamuk
Aedes aegypti pada TPA dan yang bukan TPA di
RW.13 Kelurahan Kassi-Kassi Kecamatan
Rapocini Kota Makassar
D. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan observasi
laboratorik yang bersifat deskriptif untuk
mengetahui keberadaaan larva Aedes aegypti
pada Tempat Penampungan Air (TPA) dan yang
bukan TPA di RW.13 Kelurahan Kassi-kassi
Kecamatan Rappocini Kota Makassar
E.Alur Penelitian
Peninjauan dan
Penetepan Lokasi

TPA dan Non TPA

Larva

Identifikasi Larva
(Mikroskopik)

Hasil

Kesimpulan

Analisa Data

Pembahasan
F. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah penampungan air dan non tempat
penampungan air.
2. Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah air yang ada pada tempat penampungan air
dan non tempat penampungan air yang di ambil
secara random sampling sebanyak 50 sampel.
G. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
tempat penampungan air dan non tempat
penampungan air.
2. Variabel Terikat.
Variable terikat pada penelitian ini adalah
larva Aedes Aegypti.
H. Defenisi Operasional
Identifikasi adalah suatu upaya pemeriksaan secara
laboratorium untuk mencari dan menentukan jenis larva
tersebut.
Larva adalah stadium muda pada suatu hewan dengan
bentuk berbeda dari bentuk dewasanya.
Aedes aegypti adalah nyamuk yang berkembang biak di
tempat penampungan air bersih seperti bak mandi,
tempayan, hingga antara lain di gantungan baju.
Tempat penampungan air (TPA) adalah tempat yang
digunakan untuk menyimpan air. Sebagaimana kita ketahui
bahwa nyamuk betina Aedes aegypti akan mencari
genangan air bersih untuk meletakkan telurnya.
Non TPA adalah tempat perindukan tambahan seperti
tempat minuman hewan, barang bekas, tempat tanaman
hias, ban bekas dan lain lain.
I.Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini direncanakan dilaksanakan di
Laboratorium Universitas Indonesia Timur
Makassar.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini direncanakan dilaksanakan pada
bulan Juni 2014.
J. Analisa Data
Data disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisis
secara deskriptif berdasarkan persentase
dengan rumus :

Persentase = x 100

Ket :
T : Jumlah sampel (+)/positif yang diperiksa
n : Jumlah sampel yang diperiksa

Anda mungkin juga menyukai