Anda di halaman 1dari 37

PEMERIKSAAN KLINIS

PROPTOSIS

dr. Dewi Sekar Tanjung (DST)


PENDAHULUAN
Proptosis merupakan kelainan orbita yang sering
terjadi dan merupakan tanda utama proses desak
ruang
Walaupun pemeriksaan radiologi saat ini sangat
dalam menegakkan diagnosis proptosis namun
evaluasi klinis yang tepat masih sangat diperlukan
untuk memberikan pandangan mengenai proses
penyakit dan membantu dalam evaluasi hasil
radiologi sehingga dapat ditegakkan diagnosis
secara tepat
Schlote et.al., 2006; Mallajosyula, 2009
Anatomi Bola Mata
Bentuk mendekati spheris /
bulat
Diameter rata-rata 23 mm
Lapisan dinding mata
Lapisan luar ( tunica fibrosa
) terdiri dari sklera dan
kornea.
Lapisan tengah ( tunica
vasculosa ) terdiri dari
khoroid, badan siliar, dan iris
Lapisan dalam ( tunica
interna ) terdiri dari retina
dan epitel pigmen retina

Schlote et.al., 2006; Khurana 2007


Anatomi Rongga Orbita
Berbentuk piramida
volume 30 cc
Seperlima bagian ditempati
oleh bola mata. Sisanya
ditempati oleh saraf (optik,
troklearis, trigeminus,
abdusen dan simpatis), otot
ekstraokuler, kelenjar
lakrimal, pembuluh darah,
lemak dan fascia

Lang, 2006; Khurana, 2007


Anatomi Rongga Orbita
Dibentuk dari tujuh tulang
frontalis, maksilaris,
zygomatikus,
sphenoidalis, palatina,
etmoidalis dan lakrimalis

Lang, 2006; Khurana, 2007


Pseudoproptosis
penonjolan abnormal dari bola mata yang bukan disebabkan
peningkatan isi bola mata

kelemahan otot
ekstraokuler
( bola mata bergeser ke
depan )

pembesaran bola
mata(buphthalmos)
ukuran bola mata asimetris
(miopia tinggi unilateral)
Pseudoproptosis
penonjolan abnormal dari bola mata yang bukan disebabkan
peningkatan isi bola mata

enoftalmus mata
kontralateral

fisura palpebra asimetris


(retraksi kelopak mata,
kelemahan saraf fasial,
ptosis kontralateral )
Zorab, 20
Proptosis
Perubahan posisi bola
mata melewati tepi orbita
Penonjolan kedepan dari
bola mata atau dikenal
juga sebagai
exophthalmos
Eksoftalmus absolut,
relatif dan komparatif

Khurana, 2007; Ming et.al., 1995; Nkenke et.al., 2004


Proptosis unilateral
Kelainan kongenital
Lesi traumatika
Lesi peradangan
Gangguan sirkulasi dan lesi
pembuluh darah
Kista orbita
Tumor orbita primer atau
sekunder
Mukokel sinus paranasalis

Khurana, 2007
Proptosis bilateral
Kelainan
perkembangan tulang
Opsteopathy
Peradangan
Kelainan endokrin
Tumor
Penyakit sistemik

Khurana, 2007
Proptosis akut
Fraktur emfisematus
didinding medial
orbita
Perdarahan orbita
Ruptur mukokel sinus
ethmoidalis
Khurana, 2007
Proptosis intermittent
Dilatasi vena orbita
Edema orbita periodik
Perdarahan orbita
berulang
Tumor pembuluh
darah

khurana, 2007
Proptosis pulsating
Kelainan pembuluh
darah

Kelainan atap orbita

Khurana, 2007
Pemeriksaan klinis
Anamnesis Reflek pupil
Inspeksi Funduskopi
Palpasi Ocular motility
Auskultasi Lapang pandangan
Transiluminasi Persepsi warna
Tajam penglihatan Exophthalmometry
Anamnesis
Apakah terdapat nyeri dan bagaimana
sifat nyeri tersebut?
Onset proptosis akut, subakut, kronis
Progresivitas proptosis
Berhubungan dengan aktivitas ?

Mallajosyula, 2009; Bruce, 2007


Inspeksi
Unilateral atau
bilateral
Retraksi kelopakmata
limbus tidak tertutup
oleh kelopak
Lagopthalmos
Tes Naphzeiger

Mallajosyula, 2009
Inspeksi
Proptosis axial lesi
intraconal
hemangioma
kavernosa
schwannoma dan
neurofibroma
optic nerve glioma
kista hydatid

Mallajosyula, 2009
Inspeksi
Proptosis eksentrik lesi
perifer
Inferotemporal lesi
superomedial /
frontoethmoidal (Mucocele,
granuloma, tumor,
displasia fibrosa , kista
dermoid dan hemangioma)
Inferonasal pembesaran
kelenjar lakrimal (infeksi,
inflamasi, neoplasia)
Superior lesi sinus
maksilaris / inferior
Mallajosyula, 2009
Mallajosyula, 2009
Palpasi
Mendeteksi massa yang dapat diraba
konsistensi, perluasan, permukaan
Menilai tekanan bola mata bandingkan
dengan mata sebelahnya
Pendesakan tumor
Pembengkakan jaringan sekitar
Pembesaran kelenjar getah bening regional

Mallajosyula, 2009 ; Khurana,


2007
Auskultasi
hubungan abnormal dari pembuluh darah
yang menimbulkan bruit
Pulsasi vaskular (carotid-cavernous
fistula, varix orbita, aneurisma)
transmisi (gangguan pada
tulang)
Transiluminasi
Pelebaran pembuluh darah episklera
Khemosis konjungtiva
Salmon patch

Caput medusae
Perdarahan subkonjungtiva
Mallajosyula,
Tajam Penglihatan
Kelainan pada orbita dapat mempengaruhi tajam
penglihatan melalui tiga mekanisme yaitu
perubahan refraksi karena penekanan bola mata
dari belakang, penekanan saraf optik dan
keratopati eksposure
terpisah pada masing-masing mata
Satu mata ditutup dengan menggunakan telapak
tangan tanpa penekanan

Lang, 2006; Khurana,


2007
Reflek Pupil
Pemeriksaan pupil meliputi reflek cahaya
langsung dan tidak langsung (konsensual) serta
swinging flashlight reflex
Pemeriksaan reflek cahaya dilakukan pada
pencahayaan redup
Pemeriksaan reflek cahaya konsensual dilakukan
dengan cara meletakkan tangan dihidung pasien

Lang, 2006
Reflek Pupil
Relative Afferent Pupillary Defect (RAPD)
mengindikasikan adanya kerusakan saraf optik
Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggerakkan
sumber cahaya secara bergantian dari satu mata
ke mata lainnya
Pasien fokus melihat objek jauh pada ruangan
yang redup
Ketika pupil berkonstriksi lebih lambat atau
berdilatasi lebih cepat dibanding mata sebelahnya
disebut sebagai relative afferent pupillary defect.
Mallajosyula, 2009; Lang, 2006; Khurana, 2007
Funduskopi
dilakukan di ruangan dengan cahaya redup
dapat tampak adanya pembengkakan vena,
edema papil dan atropi saraf optik
Meningioma choroidal fold, opticociliary shunt
Penekanan saraf optik atrofi atau edema saraf
optik

Lang, 2006; Khurana, 2007


Ocular Motility
immobilisasi kepala pasien
melirik pada 9 arah kardinal
Apabila didapatkan hambatan dapat dilakukan tes
Hirschberg, Forced Duction Test (FDT), Forced
Generation Test (FGT) dan Prism Bar Cover Test
(PBCT)
Penyakit Graves merupakan penyebab dari
gangguan ocular motillity myogenik tersering

Mallajosyula, 2009; Lang,


2006
Lapang Pandangan
Screening tes konfrontasi
Pasien berhadapan dengan pemeriksa pada jarak
1 meter dimana mata pasien dan pemeriksa
berada pada level yang sama
salah satu mata ditutup menggunakan telapak
tangan
Pemeriksa menggerakkan jari dari tepi ke bagian
tengah pada keempat kuadran

Lang, 2006; Khurana, 2007


Persepsi Warna
Perbedaan antara kedua mata merupakan
hal yang signifikan dan bukan disebabkan
oleh kelainan kongenital (buta warna)
Tes formal untuk persepsi warna dengan
menggunakan plate Ishihara
dapat pula diketahui dengan menanyakan
pasien untuk melihat layar berwarna
(televisi berwarna)

Mallajosyula, 2009; Crick,


Exophthalmometry
pengukuran penonjolan apex kornea dari
tepi luar orbita dimana posisi bola mata
melihat lurus ke depan
Pergeseran posisi bola mata diukur
melalui tiga arah yaitu anteroposterior
(axial), horizontal dan vertikal
Cara mudah mistar
Mata ditutup, mistar melalui mata dengan
kontak melalui dahi dan pipi

Mallajosyula, 2009
Pengukuran pergeseran bola mata ke
arah horizontal :
Beri tanda pada akar hidung
Ukur jarak dari titik tersebut ke arah limbus
sebelah nasal pada mata yang proptosis
dengan menutup mata sebelahnya
Bandingkan dengan mata sebelahnya

Mallajosyula, 2009
Pengukuran pergeseran bola mata secara
vertikal :
Gunakan 2 mistar
Pegang mistar melalui kantus lateral
Ukur jarak antara mistar dengan limbus pada
arah jam 6 pada masing-masing mata.

Mallajosyula, 2009
Pengukuran proptosis axial terbaik dengan
menggunakan Hertel exophthalmometer.
Hasil pengukuran dibandingakan selama periode
waktu tertentu
Nilai normal untuk pengukuran ini berkisar 10 mm
hingga 20 mm dimana kedua bola mata simetris
Perbedaan dikatakan bermakna jika lebih dari 2
mm

Mallajosyula, 2009; Khurana,


2007
Prosedur pengukuran dengan
menggunakan hertel exophthalmometer
pemeriksa memposisikan diri tepat di depan
pasien
Mata kiri pemeriksa mengukur mata kanan
pasien, mata kanan pemeriksa mengukur
mata kiri pasien
letakkan alat sedemikian hingga foot plate
terletak di bagian lateral rima orbita di luar
kantus
Dengan mata kiri, lihat pantulan mata kanan
Perintahkan pasien untuk menutup mata
kirinya dengan tangan atau okluder dan
menatap mata pemeriksa untuk
mendapatkan pandangan lurus ke depan
Baca jarak antara bagian lateral rima
orbita dengan apex kornea

Wilson et.al., 1996; Lang,


2000
Kesulitan dalam pengukuran dengan
menggunakan Hertel exophthalmometer:
melihat posisi yang tepat dari garis yang sejajar
dengan garis singgung apex kornea seperti yang
tampak pada cermin
membaca skala pada cermin
Pemeriksa harus menyesuaikan alat pada tepi orbita
pasien dan memegangnya secara stabil
meletakkan alat secara tepat pada tepi lateral orbita
melatakkan alat secara horisontal pada level yang
sama
Schoenberg; Chang et.al., 1995

Anda mungkin juga menyukai