Anda di halaman 1dari 44

Disusun dalam rangka

Bimbingan Teknis Pelindungan Profesi Guru


Februari Maret 2017

Adoniati Meyria WH, SH.MSi


Penyuluh HAM Komnas HAM RI
0812 285 1973/riaprastawa@gmail.com
1. Peserta memahami tentang HAM dan tanggung
jawab guru dalam konteks Hukum HAM dan
Hukum Nasional;
2. Peserta memahami tentang pengertian dan
batasan pelanggaran HAM, pelanggaran hukum
dan pelanggaran etika dalam pendidikan
khususnya di lingkungan sekolah;
3. Peserta dapat menganalisa kasus-kasus dalam
pendidikan secara umum maupun yang terjadi
di sekolah dan mengkategorisasikan dalam
pelanggaran HAM, pelanggaran hukum dan
pelanggaran etika;
4. Peserta memahami batasan tindakan guru
dalam pelaksanaan pendidikan dan
pembelajaran di sekolah dan perlindungan
profesi guru.
1. Pasal 1 ayat (1) UU No. 39 Tahun 1999 :
seperangkat hak
melekat pada hakikatnya dan keberadaan
manusia martabat manusia (human dignity)
anugerah Tuhan YME
wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi
oleh negara, hukum, Pemerintah, dan setiap
orang demi kehormatan serta perlindungan
harkat dan martabat manusia
2. Jadi HAM adalah nilai yang bersifat universal
yang mengakui bahwa manusia memiliki hak sejak
manusia itu ada, sejak manusia itu diberikan
kehidupan oleh Tuhan.
3. Hak (right) Kebebasan (freedom);
4. Hak (right) Kebutuhan (need)
Universal

Penegakan Martabat
Hukum Manusia

Tidak dapat
Akuntabilitas
dicabut

PRINSIP-PRINSIP
HAM

Tak dapat
Partisipasi
dibagi

Saling terkait Non


dan Bergantung diskriminasi

Kesetaraan
PANCASILA
sbg Ideologi 36/45
Bangsa Butir P4
H
UUD NKRI A
1945 sbg Pasal M
Konstitusi 28A - J
Negara

Dalam konteks bangsa Indonesia, HAM


adalah nilai-nilai bangsa yang telah
tertuang dalam Pancasila dan UUD 1945
semangat
keterikatan pada
ruang dan waktu Asal-muasal
dalam berkarya keberadaan diri
secara konkret
meningkatkan (Ke-Tuhan-an
kualitas Yang Maha Esa),
kehidupan
(Kebangsaan)
PANCASILA HAM
Kebersediaan
untuk bekerja Kesatuan diri
bersama atas dengan
dasar saling sesama
menghormati (Perikemanu
dan menghargai siaan),
(Demokrasi),
Kebersediaan
menggunakan
secara bersama
lingkungan
alamiah/buatan
(Keadilan
Sosial),
PANCASILA

MEMORI IMPLIKASI
KOOLEKTIF
YANG PANCASILA IMPLEMENTASI
PANCASILA
BERBEDA-
KEBERAGAMAN TERHADAP (-)/(+)
(-)/(+) HAM

PEMENUHAN
DAN
PENEGAKAN
HAM (-)/(+)
konsep etis yang bermaksud
menegaskan keberadaan
manusia sebagai mahkluk
paling mulia dengan
menunjuk pada unsur-unsur
khas yang melekat secara
Deklarasi Universal alamiah.

Hak Asasi Manusia

Konvensi
Hak Subtansi - Hak asasi manusia
Anak adalah hak paling dasar yang
secara alamiah ada, melekat
dan tak tergantikan
dalam diri setiap orang
sejak berada dalam
Lex Specialis kandungan.
Teori kontrak sosial menurut Thomas Hobbes (1588
1679), John Locke (1632 1704) dan JJ. Rousseau
(1712 177) :
Negara terbentuk dari kesepakatan bersama
warganya atau masyarakat yang dengan kesadaran
menyerahkan hak-hak individu dan kelompok pada
Negara untuk mengaturnya;
Melahirkan tanggung jawab Negara untuk
memberikan perlindungan dan memenuhi hak-hak
warga negaranya;
Dalam hak asasi manusia Negara memiliki tanggung
jawab yaitu melindungi (to protect) dan memenuhi
(to fulfil).
HUKUM HAM

PEMANGKU
PEMANGKU TANGGUNG
HAK JAWAB

INDIVIDU/
NEGARA
KELOMPOK

Menghormati Melindungi Memenuhi


(to respect) (to protect) (to fulfil)

Negara harus menahan diri Upaya Negara Negara harus


dari melakukan interfensi melindungi melakukan tindakan
atau pengurangan individu dan positif untuk
penikmatan HAM kelompok dari memfasilitasi
pelanggaran HAM penikmatan HAM
Indonesia negara pihak/anggota PBB tanda
tangan DUHAM dan ratifikasi Kovenan Hak ECOSOB
dan Kovenan Hak SIPOL serta konvensi-konvensi
Internasional lainnya terikat pada Hukum HAM
Internasional;
Pasal 2, pasal 8, pasal 71 dan paragraf 3 Penjelasan
Umum UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia, tanggung jawab Negara terkait hak asasi
manusia meliputi 5 hal yaitu:
1. Menghormati (to respect);
2. Melindungi (to protect);
3. Menegakkan (to enforce);
4. Memajukan (to promote);
5. Memenuhi (to fulfil).
UU No. 39/1999
Non derogable rights (pasal 4)
Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kebebasan
pribadi, pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak
diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dan persamaan
dihadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar
hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak
dapat dikurangi dalam keadaan apapun dan oleh siapapun.
Kewajiban Dasar (pasal 69)
1. Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang
lain, moral, etika, dan tata tertib kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
2. Setiap hak asasi manusia yang menimbulkan kewajiban dasar
dan tanggung jawab untuk menghormati hak asasi orang lain
secara timbal balik serta menjadi tugas Pemerintah untuk
menghormati, melindungi, dan menegakkan dan
memajukkannya.
Pembatasan HAM
Pasal 70
Dalam menjalankan hak dan kewajibannya setiap orang
wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan
undang-undang dengan maksud untuk menjamin
pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan
orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil
sesuai dengan pertimbangan moral, keamanan, dan
ketertinban umum dalam suatru masyarakat demokratis.
Pasal 73

Hak dan kebebasan yang diatur dalam Undang-undang


ini hanya dapat dibatasi oleh dan berdasarkan Undang-
undang, semata-mata untuk menjamin pengakuan dan
penghormatan terhadap hak asasi manusia serta
kebebasan dasar orang lain, kesusilaan, ketertiban
umum, dan kepentingan bangsa.
UUD NKRI Tahun 1945 : Pasal 31 ayat (1) ayat (5)
(WN berhak dpt pendidikan, pemerintah wajib membiayai
pendidikan dasar, usaha dan selenggarakan sisdiknas, anggaran 20%
dari APBN, majukan IPTEK)
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional : Pasal 4
ayat (1)
Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan
serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi
manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan
bangsa.
UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM : Penjelasan Umum, paragraf 9
huruf (g) yang menyebutkan bahwa Hak asasi manusia harus benar-
benar dihormati, dilindungi, dan ditegakkan, dan untuk itu
pemerintah, aparatur negara, dan pejabat publik lainnya
mempunyai kewajiban dan tanggung jawab menjamin
terselenggaranya penghormatan, perlindungan, dan penegakan
hak asasi manusia;
Penjelasan umum UU No. 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen : kedudukan guru
dan dosen sebagai tenaga profesional
bertujuan untuk melaksanakan sistem
pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan
pendidikan nasional

Kepanjangan tangan dari Pemerintah


selaku pemangku kewajiban dalam
melindungi dan memenuhi hak atas
pendidikan warga negara
Guru, kepala sekolah dan tenaga kependidikan yang lain berdasarkan
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan UU
No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen merupakan pihak-pihak
yang memiliki kewajiban menjalankan tanggung jawab dalam bidang
pendidikan :

Representasi Negara dalam


pelaksanaan pendidikan khususnya
di sekolah
1. Menghormati (to
PNS/ASN respect);
NON PNS/ASN
2. Melindungi (to
protect);
3. Menegakkan (to
enforce);
State Actor Non State Actor
4. Memajukan (to
promote);
5. Memenuhi (to
fulfil).
Berdasarkan pasal 1 ayat (6) UU No. 39 Tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia, unsur-unsur utama suatu
perbuatan dikatakan pelanggaran HAM :
Unsur Uraian
Bentuk perbuatan atau tindakan (act) sengaja ataupun tidak
disengaja, atau kelalaian yang secara melawan hukum
Subyek/pelaku seseorang atau kelompok orang termasuk aparat
Negara
Syarat Materiil a. mengurangi;
b. menghalangi;
c. membatasi; dan/atau
d. mencabut.
e. tidak mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan
memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan
benar, berdasarkan mekanisme hukum yang
berlaku
Obyek/korban seseorang atau kelompok orang
Kategori Pelanggaran HAM yang dilakukan Negara atas
tanggung jawab yang diembannya terbagi dalam:
By Commission Tindakan yang dilakukan karena
Negara justru melakukan tindakan langsung,
intervensi atau turut campur dalam mengatur hak-
hak warga negara yang semestinya dihormati;
By Ommission Pelanggaran Negara karena
pembiaran, terjadi ketika Negara tidak melakukan
suatu tindakan atau gagal dalam melakukan
tindakan yang diperlukan untuk melaksanakan
kewajibannya;
Bentuk Pelanggaran HAM :
1. Tindakan
2. Kebijakan
a. Tertulis Legislasi/peraturan
b. Verbal
1. State Actor, yaitu negara yang direpresentasikan
sebagai aparat pemerintah, terdiri dari legislatif,
eksekutif, dan yudikatif baik di tingkat pusat maupun
daerah termasuk guru sebagai representasi negara
dalam pendidikan;
2. Non State Actor, yaitu pihak-pihak diluar negara
seperti korporasi, kelompok-kelompok intoleran,
pejabat publik, individu.
Pedoman Maastricht (1997) pelanggaran HAM yang
dilakukan oleh non state actor (seseorang, kelompok
orang, pejabat publik, korporasi, dll) tidak dapat
dipisahkan dari tanggung jawab negara pula dalam
penyelesaiannya, dalam hal ini negara berkewajiban
untuk menerapkan mekanisme penyelesaian
pelanggaran HAM tersebut menurut aturan hukum
yang ada. Jika Negara tidak mau atau tidak beritikad
baik (unwilling) untuk memenuhi kewajiban dan
tanggung jawabnya tersebut maka Negara telah
melakukan pelanggaran HAM.
Kebijakan
1. Kekeras
1. Guru; an (fisik,
2. Tenaga psikis,
Struktur verbal,
Kependi cyber)
Pelanggaran
dikan; 2. Diskrimi
HAM
3. Tenaga nasi
Non Budaya
3. Intoleran
Kependi si
dikan; 4. Bullying
5. Tawuran
4. Siswa; 6. dll
5. Orang Eksternal
Tua Siswa
Definisi "hukum" menurut KBBI adalah :
peraturan atau adat, yang secara resmi dianggap mengikat dan

dikukuhkan oleh penguasa, pemerintah atau otoritas;
undang-undang, peraturan dan sebagainya untuk mengatur kehidupan
masyarakat;
patokan (kaidah, ketentuan);
keputusan (pertimbangan) yang ditentukan oleh hakim dalam
pengadilan, vonis.
Unsur Hukum :
Hukum mengatur tingkah laku atau tindakan manusia dalam
masyarakat, berisikan perintah dan larangan untuk melakukan
sesuatu atau tidak melakukan sesuatu.
Peraturan hukum ditetapkan oleh lembaga atau badan yang
berwenang untuk itu.
Penegakan aturan hukum bersifat memaksa.
Hukum memiliki sanksi dan setiap pelanggaran atau perbuatan
melawan hukum akan dikenakan sanksi yang tegas.
Pelanggaran hukum berarti pelanggaran terhadap peraturan
perundangan atau hukum yang berlaku baik yang disusun di tingkat
nasional sesuai sistem hukum nasional maupun di tingkat daerah dalam
bentuk peraturan daerah (perda).
Etika berasal dari kata "ethikos" dalam bahasa Yunani Kuno yang
berarti timbul dari kebiasaan
KBBI (1998) menyebutkan pengertian etika dalam 3 arti yaitu :
Ilmu tentang apa yang baik dan buruk, tentang hak dan kewajiban
moral;
Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak;
Nilai mengenai benar dan salah yang dianut masyarakat.
Prof. Robert Saloman, etika sebagai hukum sosial merupakan hukum
yang mengatur, mengendalikan, serta membatasi perilaku manusia
Terkait profesi :
Ramali dan Pamuncak mendefinisikan bahwa etika adalah
pengetahuan tentang perilaku yang benar dalam profesi.
Pelanggaran etika atau kode etik berarti pelanggaran atau
penyelewengan terhadap sistem norma, nilai dan aturan
profesional tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang benar
dan baik, dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi suatu
profesi dalam masyarakat.
Sanksi : 1) Sanksi Sosial; dan 2) Sanksi Hukum
HAM Pelanggaran
HAM

HUKUM
POSITIF

Pelanggaran Pelanggaran
Kode Etik Hukum
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 4 ayat (1)
Pendidikan diselenggarakan secara demokratis
dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan
menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai
keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan
bangsa.
Amongsystem kita yaitu menyokong
kodrat alamnya anak-anak yang kita didik
agar dapat mengembangkan hidupnya
lahir dan batin menurut kodratnya
sendiri-sendiri.

Ki Hadjar Dewantara, Mingguan Nasional 20


September 1952 Tahun III no 38
Guru jangan hanya memberi pengetahuan yang
perlu dan baik saja tetapi harus juga mendidik si
murid akan dapat mencari sendiri pengetahuan
itu dan memakainya guna amal keperluan
umum. Pengetahuan yang baik dan perlu itu
yang manfaat untuk keperluan lahir batin dalam
hidup bersama.
Azas Taman Siswa
Mengubah mindset bahwa :
Disiplin tidak sama dengan kekerasan;
Tegas tidak sama dengan membentak dan kekerasan:
Penghukuman (punishment) dengan alasan apapun
diubah menjadi penerapan positive
discipline/responsibility untuk membangun rasa
tanggung jawab siswa, bukan rasa takut, marah atau
bahkan dendam;
Pendidikan mental tidak harus dengan bentakan dan
kekerasan baca Rhenald Kasali
http://www.jawapos.com/read/2016/07/05/37894/kala
u-mau-anak-hebat-
HAM melekat pada semua individu (guru, siswa,
orang tua) sehingga semua pihak memiliki tanggung
jawab/kewajiban untuk saling menghormati (to
respect), sehingga kekerasan dalam bentuk
apapun, dilakukan oleh siapapun tetaplah
merupakan pelanggaran HAM, pelanggaran hukum
dan juga pelanggaran etika.
Pancasila dan Konstitusi RI
Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)
UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia;
UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional;
UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen;
UU No. 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang No.23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak;
Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008
tentang Guru
Permendikbud 23 Tahun 2015 tentang
Penumbuhan Budi Pekerti;
Permendikbud 82 Tahun 2015 tentang
Pencegahan dan Penanggulangan Tindak
Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan;
Kode Etik Guru
Dll
Pasal 40 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional mengatur bahwa : Pendidik dan tenaga kependidikan
berkewajiban :
menciptakan suasana pendidikan yang bermakna,
menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis;
mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan
mutu pendidikan; dan
memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi,
dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan
kepadanya.

Terkait kode etik guru, pasal 43 UU No. 14 Tahun 2005 mengatur


bahwa :
Untuk menjaga dan meningkatkan kehormatan dan martabat
guru dalam pelaksanaan tugas keprofesionalan, organisasi
profesi guru membentuk kode etik;
Kode etik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berisi norma
dan etika yang mengikat perilaku guru dalam pelaksanaan tugas
keprofesionalan.
UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
Pasal 39 ayat (1), yang berkewajiban memberikan perlindungan adalah:
1. Pemerintah,
2. pemerintah daerah,
3. masyarakat,
4. organisasi profesi,
5. satuan pendidikan
Pasal 39 ayat (2), (3), (4) dan (5)
Perlindungan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencakup
perlindungan hukum terhadap tindak kekerasan, ancaman, perlakuan
diskriminatif, intimidasi, atau perlakuan tidak adil dari pihak peserta
didik, orang tua peserta didik, masyarakat, birokrasi, atau pihak lain.
Perlindungan profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencakup
perlindungan terhadap pemutusan hubungan kerja yang tidak sesuai
dengan peraturan perundang-undangan, pemberian imbalan yang tidak
wajar, pembatasan dalam menyampaikan pandangan, pelecehan
terhadap profesi, dan pembatasan/pelarangan lain yang dapat
menghambat guru dalam melaksanakan tugas.
Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) mencakup perlindungan terhadap risiko gangguan
keamanan kerja, kecelakaan kerja, kebakaran pada waktu kerja,
bencana alam, kesehatan lingkungan kerja, dan/atau risiko lain.
Martabat manusia;
Non diskriminasi profesi guru bukanlah profesi
yang tak tersentuh (kebal) oleh hukum;
Pemberdayaan terutama pada aspek
kompetensi psikologis dan capacity building;
Penegakan hukum (kaitannya dengan sanksi baik
etik, administrasi maupun hukum);
Tanggung jawab negara negara memiliki
tanggung jawab juga untuk HADIR dalam
memberikan perlindungan bagi aparaturnya
dalam menjalankan tugas.
Penyelesaian melalui sanksi kode etik
Non Litigasi :
Penyelesaian kekeluargaan
Mediasi
Litigasi (proses hukum)
Nilai-nilai
Agama

Nilai-nilai Nilai-nilai
Kemajemukan/ Budi Pekerti
Kebhinekaan
HAM

Nilai-nilai Nilai-nilai
Budaya Kemanusiaan
Pembelajaran
(learned)

Pemajuan Praktek
(promoted) (practiced)
Budaya
HAM (HR
Culture)

Perlindungan Penghargaan
(protected) (respected)

Sekolah yang Ramah HAM merupakan sekolah


yang mentransformasikan dan
menginternalisasikan nilai-nilai Pancasila dan
HAM sebagai dasar pembentukan karakter.
Refleksi
PENGETAHUAN (Referensi kajian
(Kognitif pendalaman
teoritik) pemahaman)

COMPASSION
HAM (Kesadaran
= yang
Nilai kemanusiaan menggerakkan)
universal

IMPLEMENTASI Visual
(Praksis affektif) (model teladan)
Pengalaman
(lingkungan)
Selalu mulai dengan kesepakatan
Beri kesempatan berperan, memimpin,
berekspresi dalam berbagai media
Setiap murid adalah guru, memiliki pengalaman,
pandangan, keunikan yang berharga
Buka ruang perjumpaan dalam berbagai bentuk
kegiatan

Anda mungkin juga menyukai