Anda di halaman 1dari 56

PENATALAKSANAAN PENYAKIT TBC

KULIT DAN MORBUS HANSEN


TERKINI

Wida Ratna Sari


1161050206
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia
TUBERKULOSIS KUTIS
Tuberkulosis kutis ialah Tuberkulosis pada kulit yang di Indonesia disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis dan mikobakteria atipikal.

Umumnya mengenai anak-anak & dewasa muda, wanita agak lebih sering daripada pria
Data RSCM : Skrofuloderma (84%),
TBC kutis verukosa (12%)

Etiologi : Penyebab utama di RSCM ialah Mycobacterium tuberculosis


(91,5 %), sisanya disebabkan oleh mikobakteria atipikal (8,5 %)
BAKTERIOLOGI : M. TUBERCULOSIS

Berbentuk batang

Panjang 2 4 lebar 0,3 1,5

Tahan asam, tidak bergerak

Bersifat aerob

Tdk membentuk spora

Suhu optimal pertumbuhan 37o C


Klasifikasi TBC Kutis menurut Pillsburry

Tuberkulosis kutis

Tuberkulosis kutis sejati Tuberkulid

. Tuberkulosis kutis Tuberkulosis kutis


Bentuk papul
Bentuk granuloma
primer sekunder dan ulseronodulus

TB kutis miliaris
Skrofuloderma
Inokulasi TB TB kutis verukosa Lupus miliaris diseminatus fasei
primer TB kutis gumosa
Eritema nodosum
Tuberkulid papulonekrotika
Eritema induratum
TB kutis orifisialis Liken skrofulosorum
Lupus vulgaris
PATOFISIOLOGI
CARA INFEKSI :
1. Penjalaran langsung ke kulit dari organ di bawah kulit : misalnya skrofuloderma
2. Inokulasi langsung pada kulit sekitar orifisium alat dalam yg dikenai TBC : misalnya
TBC kutis orifisialis
3. Secara hematogen : misalnya TBC kutis miliaris
4. Secara limfogen : misalnya lupus vulgaris
5. Langsung dari selaput lendir yg dikenai TBC, misalnya lupus vulgaris.
6. Kuman langsung masuk ke kulit yang resistensi lokalnya menurun / ada kerusakan
kulit : misalnya TBC kutis verukosa
SKROFULODERMA
Timbulnya akibat penjalaran perkontinuiatum dari organ di bawah kulit yang telah
diserang penyakit tuberkulosis, yang tersering berasal dari KGB, juga dapat berasal dari
sendi dan tulang.
Port dentree :
o Daerah leher : berasal dari tonsil dan paru
o Daerah ketiak : pada apeks pleura
o Daerah lipat paha : pada ekstremitas bawa

Skrofuloderma biasa dimulai sebagai limfadenitis pembesaran KGB perlekatan KGB


perlunakan konsistensinya kenyal dan lunak (abses dingin) pecah membentuk fistel
ulkus dengan bentuk memanjang dan tidak teratur, di sekitarnya berwarna merah
kebiruan (livid), dinding bergaung, jaringan granulasi tertutup oleh pus purulen.
TBC KUTIS VERUKOSA

Patogenesis : Infeksi secara eksogen, kuman langsung masuk kedalam kulit.


Predileksi : tungkai bawah dan kaki, tempat yang lebih sering mendapat trauma
Gambaran Klinis :
o Bentuk bulan sabit oleh sebab penjalaran secara serpiginosa
o Papul lentikular diatas kulit yang eritematosa
o Pada bagian yang cekung terdapat sikatrik
TBC KUTIS GUMOSA

Terjadi akibat penjalaran secara hematogen, biasanya dari


paru.
Klinis : Kelainan kulit berupa guma, yakni infiltrat subkutan,
berbatas tegas, dan kronis, kemudian melunak dan bersifat
destruktif.
TBC KUTIS ORIFISIALIS
Sinonim : Tuberkulosis kutis ulserosa
Lokasi : Sekitar orifisium
Pada TB paru : ulkus di mulut, bibir.
Pada TB saluran cerna : ulkus sekitar anus
Timbul karena kekebalan yang sangat kurang
Ulkus berdinding bergaung dan sekitarnya livid.
LUPUS VULGARIS
Predileksi : muka, badan, ekstremitas, bokong
Cara infeksi bisa eksogen atau endogen.
Klinis : kelompok nodus eritematosa yang berubah warna menjadi kuning
pada penekanan (apple jelly colour).
Bila nodus berkonfluensi terbentuk plak, bersifat destruktif, sering terjadi
ulkus.
Penjalaran dapat ke perifer atau serpiginosa
LUPUS MILIARIS DISEMINATUS FASIEI
Mengenai muka, timbul secara bergelombang
Klinis : Ruam berupa papul-papul bulat biasanya diameter tidak > 5mm, eritematosa
kemudian meninggalkan sikatriks.
Pada diaskopi : memberi gambaran apple jelly colour seperti pada lupus vulgaris.
TBC PAPULONEKROTIKA

Berbentuk papulonekrotika atau papulopustul


Predileksi : muka, ekstensor, badan
Klinis: papul eritematosa timbul bergelombang
membesar perlahan menjadi pustul . Pustul pecah
membentuk krusta dan jaringan nekrotik dalam waktu 8
minggu, sembuh dengan sikatrik. Lesi-lesi kemudian
timbul lagi.
Lama penyakit dapat bertahun-tahun.
LIKEN SKROFULOSORUM

Terutama pada anak-anak

Predileksi : dada, punggung, perut, sakrum

Klinis : papul-papul miliar dapat berwarna seperti kulit atau dapat


eritematosa. Mula-mula tersusun sendiri lama-lama berkelompok,
sirsinar, kadang sekitarnya terdapat skuama halus.

Perjalanan penyakit dapat berbulan-bulan dan residif.

Jika sembuh tidak meninggalkan sikatrik.


Eritema nodosum (EN)
Kelainan kulit berupa nodus-nodus indolen di atasnya terdapat
eritema.
Predileksi : ekstensor

Eritema induratum Bazin


Eritema & nodus indolen . Pada E.I terjadi supurasi menjadi ulkus
namun juga dapat regresi hingga terbentuk hipotrofi kulit berupa
lekukan-lekukan.
Predileksi : ekstremitas daerah fleksor
Perjalanan penyakit : Kronik residif
PEMERIKSAAN PENUNJANG
LED meninggi : untuk pengamatan pengobatan
Pemeriksaan bakteriologik : untuk menentukan etiologi.
Pemeriksaan histopatologi : lebih penting dari pem. bakteriologik, hasil
cepat
Tuberkulin test : berarti pada usia < 5 tahun. Jika (+) artinya pernah atau
sedang menderita TBC
PCR : dapat dipakai untuk menentukan etiologi. Spesimen dapat berupa
jaringan biopsi, hasil cepat.
TERAPI

Syarat :
1. Teratur tanpa terputus untuk mencegah resistensi
2. Kombinasi (mencegah resistensi )
3. Perbaiki keadaan umum

Kriteria sembuh skrofuloderma :


Semua fistel menutup
Seluruh kgb mengecil
Sikatrik tidak eritematosa lagi
LED normal
OBAT ANTI TUBERKULOSIS

I. Obat baku (primer, barisan I )


1. INH (H).
Bakterisidal lengkap
ES : neuritis perifer, gangguan hepar
Anak :10 mg/kg BB, dewasa : 5 mg/kg BB

2. Rifampisin (R)
10 mg/kg BB, pada waktu lambung kosong
Bakterisidal lengkap
ES : gangguan hepar
OBAT ANTI TUBERKULOSIS (2)
3. Pirazinamid (Z)
20 -35 mg/kg BB, dosis terbagi
Selama 2 bulan
Bakterisidal, nilai
ES : gangguan hepar

4. Etambutol (E)
Bulan I/II : 25mg/kgBB, berikutnya : 15 mg/kgBB
Bakteriostatik
ES dini : ggn penglihatan terhadap warna hijau, gangguan N. Opticus
OBAT ANTI TUBERKULOSIS (3)

5. Streptomisin
Dosis : 25 mg/kg BB per I.M
Bakterisid
ES : gangguan N.VIII terutama cabang vestibularis
Pada pengobatan TB terdapat 2 tahapan :
Tahap awal (intensif) : membunuh kuman sebanyak & secepat mungkin
bersifat bakterisidal.
Tahap lanjut : membunuh kuman yang tumbuh lambat
REGIMEN TERAPI

1. Kombinasi RHZ setelah 2 bulan Z dihentikan, yang lain diteruskan

2. Kombinasi RHE selama 2 bulan, dilanjutkan RH

3. Kurang mampu : kombinasi RH atau HE


Pada terapi TBC kutis, bila setelah 1 bulan tidak tampak perbaikan
resistensi ganti obat lain

Untuk M. atipis, disamping obat diatas :


Minosiklin : 2 x 100 mg
Tetrasiklin : 4 x 500 mg
Kotrimoksazol
Kombinasi R & H

Terapi bedah : Eksisi pada lupus vulgaris & TBC kutis verukosa yang kecil
MORBUS HANSEN (SINONIM : LEPRA, KUSTA)
Cara penularan belum
Suatu penyakit infeksi kronis diketahui pasti hanya
yang disebabkan oleh Mempengaruhi terutama berdasarkan anggapan klasik
saraf perifer, kulit dan
Mycobacterium leprae mukosa saluran pernafasan yaitu melalui kontak langsung
yang bersifat intraseluler atas. antar kulit yang lama dan
obligat. erat, Anggapan kedua ialah
secara inhalasi.

Di Indonesia, penderita anak-


anak di bawah umur 14 thn
Masa tunas sangat bervariasi didapat 13 %.
antara 40 hari 40 tahun,
umumnya rata-rata 3-5 tahun. Prevalensi di Indonesia per
10.000 penduduk adalah
1,57.
ETIOLOGI DAN PATOGENESIS
Mycobacterium leprae
Basil tahan asam
Gram positif
Ukuran 3 8 Um x 0,5 Um

Sebenarnya M.Leprae punya patogenitas dan daya invasi yang rendah.


Ketidakseimbangan antara derajat infeksi dengan derajat penyakit, tidak lain
disebabkan oleh respons imun yang berbeda.
KLASIFIKASI RIDLEY-JOPLING
TT
Makula saja atau dibatasi infiltrat
Satu atau beberapa
Asimetris, batas tegas, kering bersisik
Anestesi jelas
BTA negatif

BT
Makula dibatasi infiltrat
Satu atau beberapa, kadang lesi satelit
Asimetris, batas tegas, kering bersisik
Anestesi jelas
BTA negatif atau 1+

BB
Plakat, punch out
Jumlah dapat dihitung
Asimetris, batas tegas, permukaan agak kasar
Anestesi masih jelas
BTA biasanya +
PEMBAGIAN RIDLEY JOPLING
BL
Makula, plak, papul
Jumlah sukar dihitung, masih ada kulit sehat
Hampir simetris, batas agak difus
Anestesi tidak jelas
BTA positif

LL
Makula, infiltrat difus, papul, nodus
Jumlah tidak terhitung, tidak ada kulit sehat
Simetris, batas difus, permukaan halus berkilat
Anestesi tidak ada
BTA positif
PEMBAGIAN WHO
PB
Jumlah lesi 1 -5
Penebalan saraf dengan ggn fs hanya 1
BTA negatif
Unilateral / bilateral asimetris
Permukaan kering, batas tegas,
Anestesi jelas
Proses deformitas lebih cepat

MB
Jumlah lesi > 5
Penelaban saraf dengan ggn fs >1
BTA positif
Bilateral simetris
Permukaan halus mengkilap, batas agak difus
Anestesi kurang jelas
Deformitas terjadi pada tahap lanjut
Ciri lain: madarosis, facies leonina, ginekomastia pd laki-laki
DIAGNOSIS
Berdasarkan penemuan tanda Kardinal yaitu

1. Bercak kulit yang mati rasa (total/sebagian) berupa makula atau plak
hipopigmentasi/eritematosa

2. Penebalan saraf tepi, rasa nyeri +/- dan gangguan fungsi saraf +/-

3. Ditemukan basil tahan asam


cuping telinga
lesi kulit aktif
biopsi
DIAGNOSIS
Syarat pemeriksaan :
Pencahayaan cukup, jaga privasi, sistematis

Anamnesis:
Nama, alamat, daerah asal
Riwayat tanda-tanda kulit/saraf yang dicurigai
Riwayat kontak dengan penderita
Riwayat penyakit (lain) sebelumnya

Pemeriksaan :
- Periksa bercak
- Palpasi saraf
- Pemeriksaan fungsi saraf
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Bakterioskopik
Membantu menegakkan diagnosis
Pengamatan pengobatan
M. leprae terlihat merah
solid : batang utuh hidup
fragmented : batang terputus mati
granular : butiran mati
PEMERIKSAAN PENUNJANG
2. Pemeriksaan Histopatologik
Untuk memastikan gambaran klinis
Penentuan klasifikasi kusta

3. Pemeriksaan Serologis
Tes ELISA (Enzyme Linked Immuno-sorbent Assay)
Tes MLPA (Mycobacterium Leprae Particle Aglutination)
Tes ML dipstick (Mycobacterim Leprae dipstick)
PENGOBATAN
Multi Drugs Treatment (MDT):
DDS (Diamino Difenil Sulfon)
Klofazimin (Lamprene)
Rifampisin

Pemberian MDT:
Mencegah dan mengobati resistensi
Memperpendek masa pengobatan
Mempercepat pemutusan mata rantai penularan
PENGOBATAN
Obat Alternatif:
Ofloksasin
Minosiklin
Klaritromisin
MDT

(WHO 1982, Pedoman nasional kusta 2012)


PB (I, TT, dan BT) 6 dosis diselesaikan dlm 6 - 9 bulan
Rifampisin 600 mg/bulan
DDS 100 mg/hari
Pemeriksaan klinis setiap bulan
Pemeriksaan bakterioskopik setelah 6 bulan

MB 12 dosis diselesaikan dlm 12 18 bulan


Rifampisin 600 mg/bulan
DDS 100 mg/hari
Klofazimin 300 mg /bulan, dilanjutkan 50 mg/hari
Pemeriksaan klinis setiap bulan
Pemeriksaan bakterioskopik setiap 3 bulan
PENGOBATAN
MDT Pausibasiler (Lesi tunggal)

Rifampisin 600 mg
Ofloksasin 400 mg
Minosiklin 100 mg

ROM diberikan dosis tunggal


PENGOBATAN
Release From Treatment (RFT) :
Penghentian pemberian obat
Kontrol klinis dan bakterioskopis

Release From Control (RFC) :


Bebas dari pengamatan
Lesi baru (-), BTA (-)
REAKSI KUSTA
Suatu keadaan akut pd perjalanan peny kusta yg kronik
Penyebab utama kerusakan saraf dan cacat
Dapat terjadi pada awal, selama & setelah terapi
Pembagian:
o Reaksi Tipe I : reversal hipersensitifitas tipe IV
o Reaksi Tipe II : ENL hipersensitifitas tipe III

Ke-2 tipe reaksi ini dapat berlangsung ringan - berat


KLINIS REVERSAL ENL

Kulit Lesi >> eritematosa Nodus < >>>


Lesi baru Nyeri, ulserasi

Saraf Membesar Membesar


Nyeri +/- Nyeri +/-
Gangguan fungsi +/- Gangguan fungsi +/-

Konstitusi Demam ringan Demam ringan berat


Malese Malese
REAKSI KUSTA
PENGOBATAN REAKSI
Prinsip pengobatan :
1. Pemberian obat anti reaksi
2. Istirahat atau imobilisasi
3. Analgetik, sedatif untuk mengatasi rasa nyeri
4. MDT diteruskan
PENGOBATAN REAKSI
Pasien sebelum & sesudah pengobatan
PENGOBATAN REAKSI
Reaksi ENL
Ringan rawat jalan, istirahat
Berat rawat inap
Obat :
Prednison 15 30 mg/hr berat/ringan reaksi
Klofazimin 200 300 mg/hr
Thalidomide teratogenik, di Indonesia (-)
PENGOBATAN REAKSI
Reaksi Reversal
Neuritis (+)
Prednison 15 30 mg/hr
Analgetik + sedatif
Anggota gerak yang terkena istirahatkan

Neuritis (-)
Kortikosteroid (-)
Analgetik kalau perlu
Derajat cacat kusta Cacat pada tangan dan kaki Cacat pada mata

tidak ada anestesi dan kelainan


Tingkat 0 tidak ada kelainan termasuk visus
anatomis

ada kelainan pada mata, tetapi


ada anestesi tanpa kelainan
Tingkat 1 tidak terlihat, visus sedikit
anatomis
berkurang

ada lagoftalmus dan visus sangat


Tingkat 2 terdapat kelainan anatomis
terganggu
KOMPLIKASI
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai