Umumnya mengenai anak-anak & dewasa muda, wanita agak lebih sering daripada pria
Data RSCM : Skrofuloderma (84%),
TBC kutis verukosa (12%)
Berbentuk batang
Bersifat aerob
Tuberkulosis kutis
TB kutis miliaris
Skrofuloderma
Inokulasi TB TB kutis verukosa Lupus miliaris diseminatus fasei
primer TB kutis gumosa
Eritema nodosum
Tuberkulid papulonekrotika
Eritema induratum
TB kutis orifisialis Liken skrofulosorum
Lupus vulgaris
PATOFISIOLOGI
CARA INFEKSI :
1. Penjalaran langsung ke kulit dari organ di bawah kulit : misalnya skrofuloderma
2. Inokulasi langsung pada kulit sekitar orifisium alat dalam yg dikenai TBC : misalnya
TBC kutis orifisialis
3. Secara hematogen : misalnya TBC kutis miliaris
4. Secara limfogen : misalnya lupus vulgaris
5. Langsung dari selaput lendir yg dikenai TBC, misalnya lupus vulgaris.
6. Kuman langsung masuk ke kulit yang resistensi lokalnya menurun / ada kerusakan
kulit : misalnya TBC kutis verukosa
SKROFULODERMA
Timbulnya akibat penjalaran perkontinuiatum dari organ di bawah kulit yang telah
diserang penyakit tuberkulosis, yang tersering berasal dari KGB, juga dapat berasal dari
sendi dan tulang.
Port dentree :
o Daerah leher : berasal dari tonsil dan paru
o Daerah ketiak : pada apeks pleura
o Daerah lipat paha : pada ekstremitas bawa
Syarat :
1. Teratur tanpa terputus untuk mencegah resistensi
2. Kombinasi (mencegah resistensi )
3. Perbaiki keadaan umum
2. Rifampisin (R)
10 mg/kg BB, pada waktu lambung kosong
Bakterisidal lengkap
ES : gangguan hepar
OBAT ANTI TUBERKULOSIS (2)
3. Pirazinamid (Z)
20 -35 mg/kg BB, dosis terbagi
Selama 2 bulan
Bakterisidal, nilai
ES : gangguan hepar
4. Etambutol (E)
Bulan I/II : 25mg/kgBB, berikutnya : 15 mg/kgBB
Bakteriostatik
ES dini : ggn penglihatan terhadap warna hijau, gangguan N. Opticus
OBAT ANTI TUBERKULOSIS (3)
5. Streptomisin
Dosis : 25 mg/kg BB per I.M
Bakterisid
ES : gangguan N.VIII terutama cabang vestibularis
Pada pengobatan TB terdapat 2 tahapan :
Tahap awal (intensif) : membunuh kuman sebanyak & secepat mungkin
bersifat bakterisidal.
Tahap lanjut : membunuh kuman yang tumbuh lambat
REGIMEN TERAPI
Terapi bedah : Eksisi pada lupus vulgaris & TBC kutis verukosa yang kecil
MORBUS HANSEN (SINONIM : LEPRA, KUSTA)
Cara penularan belum
Suatu penyakit infeksi kronis diketahui pasti hanya
yang disebabkan oleh Mempengaruhi terutama berdasarkan anggapan klasik
saraf perifer, kulit dan
Mycobacterium leprae mukosa saluran pernafasan yaitu melalui kontak langsung
yang bersifat intraseluler atas. antar kulit yang lama dan
obligat. erat, Anggapan kedua ialah
secara inhalasi.
BT
Makula dibatasi infiltrat
Satu atau beberapa, kadang lesi satelit
Asimetris, batas tegas, kering bersisik
Anestesi jelas
BTA negatif atau 1+
BB
Plakat, punch out
Jumlah dapat dihitung
Asimetris, batas tegas, permukaan agak kasar
Anestesi masih jelas
BTA biasanya +
PEMBAGIAN RIDLEY JOPLING
BL
Makula, plak, papul
Jumlah sukar dihitung, masih ada kulit sehat
Hampir simetris, batas agak difus
Anestesi tidak jelas
BTA positif
LL
Makula, infiltrat difus, papul, nodus
Jumlah tidak terhitung, tidak ada kulit sehat
Simetris, batas difus, permukaan halus berkilat
Anestesi tidak ada
BTA positif
PEMBAGIAN WHO
PB
Jumlah lesi 1 -5
Penebalan saraf dengan ggn fs hanya 1
BTA negatif
Unilateral / bilateral asimetris
Permukaan kering, batas tegas,
Anestesi jelas
Proses deformitas lebih cepat
MB
Jumlah lesi > 5
Penelaban saraf dengan ggn fs >1
BTA positif
Bilateral simetris
Permukaan halus mengkilap, batas agak difus
Anestesi kurang jelas
Deformitas terjadi pada tahap lanjut
Ciri lain: madarosis, facies leonina, ginekomastia pd laki-laki
DIAGNOSIS
Berdasarkan penemuan tanda Kardinal yaitu
1. Bercak kulit yang mati rasa (total/sebagian) berupa makula atau plak
hipopigmentasi/eritematosa
2. Penebalan saraf tepi, rasa nyeri +/- dan gangguan fungsi saraf +/-
Anamnesis:
Nama, alamat, daerah asal
Riwayat tanda-tanda kulit/saraf yang dicurigai
Riwayat kontak dengan penderita
Riwayat penyakit (lain) sebelumnya
Pemeriksaan :
- Periksa bercak
- Palpasi saraf
- Pemeriksaan fungsi saraf
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Bakterioskopik
Membantu menegakkan diagnosis
Pengamatan pengobatan
M. leprae terlihat merah
solid : batang utuh hidup
fragmented : batang terputus mati
granular : butiran mati
PEMERIKSAAN PENUNJANG
2. Pemeriksaan Histopatologik
Untuk memastikan gambaran klinis
Penentuan klasifikasi kusta
3. Pemeriksaan Serologis
Tes ELISA (Enzyme Linked Immuno-sorbent Assay)
Tes MLPA (Mycobacterium Leprae Particle Aglutination)
Tes ML dipstick (Mycobacterim Leprae dipstick)
PENGOBATAN
Multi Drugs Treatment (MDT):
DDS (Diamino Difenil Sulfon)
Klofazimin (Lamprene)
Rifampisin
Pemberian MDT:
Mencegah dan mengobati resistensi
Memperpendek masa pengobatan
Mempercepat pemutusan mata rantai penularan
PENGOBATAN
Obat Alternatif:
Ofloksasin
Minosiklin
Klaritromisin
MDT
Rifampisin 600 mg
Ofloksasin 400 mg
Minosiklin 100 mg
Neuritis (-)
Kortikosteroid (-)
Analgetik kalau perlu
Derajat cacat kusta Cacat pada tangan dan kaki Cacat pada mata