Anda di halaman 1dari 47

TATALAKSANA NYERI

ANALGETIKA OPIOID
ANALGETIKA NON OPIOID

Pembimbing
Dr. TITIK S, SpAn M.KES
NYERI
Menurut The International Assosiation for the study of pain :
pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan yang
disertai oleh kerusakan jaringan secara potensial dan aktual

Pembagian nyeri :
1. Nyeri akut :
nyeri somatik luar (nyeri tajam di kulit, subkutis, mukosa)
nyeri somatik dalam (nyeri tumpul di otot rangka, tulang, sendi, jaringan
ikat)
nyeri viceral (karena penyakit atau disfungsi alat dalam)
2. Nyeri kronik
Sangat subjektif dan dipengaruhi oleh kelakuan, kebiasaan, dll
Pembagian berdasarkan kualitas

Nyeri lambat (slow


Nyeri cepat (fast pain)
pain)
Nyeri singkat, lokasi Sulit dilokalisir dan
jelas sesuai rangsang tak ada hubungan
e.G nyeri tusuk, nyeri dengan rangsang
pembedahan e.G rasa terbakar,
Dihantar oleh serabut rasa berdenyut, rasa
saraf kecil jenis A- ngilu, linu
delta Dihantar oleh serabut
Kecepatan konduksi saraf primitif jenis C
12-30 meter/detik Kecepatan konduksi
0.5-2 meter/detik
Nyeri inflamasi
- Inflamasi : proses unik baik secara biokimia
atau seluler yang disebabkan
kerusakan jaringan atau
adanya benda asing

- Tanda utama inflamasi :


1. Rubor (merah )
2. Kalor (panas)
3. Tumor (bengkak)
4. Dolor (nyeri)
5. Functio laesa (kehilangan fungsi)
Reseptor nyeri

reseptor nyeri : ujung saraf bebas


nyeri stress peningkatan sirkulasi
katekolamin mual-muntah
Mekanisme nyeri

Transduksi Rangsang nyeri depolarisasi membran reseptor impuls saraf

Saraf sensoris perifer rangsang ke terminal di medula spinalis :


Neuron aferen primer
Transmisi Medula spinalis batang otak dan thalamus : Neuron penerima
kedua
Neurin dari thalamus korteks serebri : Neuron penerima ketiga

Modulasi Dapat timbul di nosiseptor perifer, medula spinalis, atau supraspinal

Nyeri sangat dipengaruhi oleh faktor subjektif, walau mekanisme


Persepsi belum jelas
Zat penghasil nyeri
Menimbulkan Efek pada
Zat Sumber
nyeri Aferen primer
Kalium Sel-sel rusak ++ Aktivasi

Serotonin Trombosit ++ Aktivasi

Bradikinin Kininogen +++ Aktivasi

Histamin Plasma + Aktivasi

Prostaglandin Sel-sel mast Sensitisasi

Lekotrien Asam arkidonat Sensitisasi


dan sel rusak
Substansi P Asam Sensitisasi
arakidonat dan
sel rusak
Aferan primer
akut
Nyeri Respon sistemik
berhubungan terhadap
dengan nyeri
respon neuroendokrin

Nyeri menyebabkan :
1. Hormon katabolik meningkat
e.g katekolamin, glukagon, renin, aldosteron, angiotensin,
hormon deuretik
2. Hormon anabolik menurun
e.g insulin, testosteron

Manifestasi nyeri :
- Hypertensi
- Takikardi
- Hiperventlasi
- Tonus spingter saluran cerna dan saluran kemih
meningkat (retensio urin, ileus)
Skala nyeri
Verbal Rating Scales (VRS)
Visual Analogue Scales (VAS)

Dikategorikan :
- tidak nyeri (none)
- nyeri ringan (mild, slight)
- nyeri sedang (moderate)
- nyeri berat (severe)
- sangat nyeri (very severe, intolerable)
Metoda penghilang nyeri
nyeri hebat : opioid
nyeri sedang/ringan : NSAID
metoda sistemis : oral, rectal,transdermal,
sublingual, subkutan, IM, IV, perinfus
metoda regional :
a. Epidural opioid : dws morfin (1-6mg), petidin(20-
60mg), fentanil (25-100g)
b. Intraspinal opioid : dws morfin (0.1-0.3mg), petidin
(10-30mg), fentanil (5-25g)
metoda infiltrasi : sirkumsisi, luka apendektomi
OPIOID
Opioid = semua zat baik sintetis atau
natural yang dapat berikatan dengan
reseptor morfin
Opioid disebut juga analgetika narkotika
Fungsinya :
Mengendalikan nyeri saat pembedahan
Mengendalikan nyeri pasca pembedahan
Sebagai anstesi total pada pembedahan jantung
Reseptor opioid :
- Reseptor (mu) : -1 analgesi supraspinal,
sedasi -2 analgesia spinal, depresi nafas, eforia,
ketergantungan fisik, kekakuan otot
- Reseptor (delta) : analgesi spinal, eileptogen
- Reseptor (kappa): -1 analgesi spinal
-2 tak diketahui
-3 analgesia supraspinal
- Reseptor (sigma): disforia, halusinasi, stimulasi
jantung
- Reseptor (epsilon) : respon hormonal
Tempat kerja opioid :
- Sistem supraspinal di reseptor substansia
grisea -> periakuaduktus dan periventrikular
- Sistem spinal di substansia gelatinosa korda
spinalis

Morfin (agonis) terutama bekerja di reseptor


dan sisanya di reseptor
Klasifikasi opioid :

1. Natural
morfin, kodein, papaverin, tebain
2. Semisintetik
heroin, dihidromorfin derivate tebain
3. Sintetik
petidin, fentanil, alfentanil, sulfentanil,
remifentanil
Opioid digolongkan menjadi :

1. Agonis =mengaktifkan reseptor (e.g morfin,


papaveretum, petidin, fentanil, alfentanil,
remifentanil, kodein, alfaprodin)
2. Antagonis = tidak mengaktifkan reseptor dan
pada saat bersamaan mencegah agonis
merangsang reseptor (e.g nalokson, naltrekson)
3. Agonis-antagonis (e.g pentasosin, nalbufin,
butarfanol, buprenorfin)
1. Morfin
- Opioid natural
- Paling mudah larut dalam air
- Kerja analgesianya cukup panjang
- Sifat :
a. Depresi ->analgesia, sedasi, perubahan
emosi, hypoventilasi alveolar
b. Stimulasi ->stimulasi parasimpatis, miosis, mual-
muntah, hipereaktif refleks spinal, konvulsi, dan
sekresi ADH
Efek Morfin :
Jantung-sirkulasi : bradikardi tapi tidak
mendepresi miokardium, hypotensi orthostatik
Respirasi : konstriksi bronkus
Saluran cerna : kejang otot usus, konstipasi, kolik
pada empedu(sfingter oddi kejang)
Ginjal : kejang sfingter buli-buli, retensio urin

ESO : bentol dan gatal di tempat suntikan,


pruritus, mual-muntah
I : induksi pada pasien penyakit jantung
KI : asma, bronkitis kronis
Sebagai obat utama anestesi ditambahkan
dengan BZD atau fenotiasin, atau inhalasi
volatil dosis rendah
Dosis Morfin :
Nyeri sedang : 0.1-0.2 mg/kgbb sk, im, ulang tiap
4 jam
Nyeri hebat : 1-2 mg/kgbb iv
Pasca bedah : 2-4 mg epidural, 0.05-0.2 mg
intratekal
Toleransi :
peningkatan dosis pada pemakaian berulang
hanya tampak pada efek depresinya
kembali normal setelah puasa morfin selama 1-2
minggu
Withdrawal syndrome :
Takut, gelisah, lakrimasi, rhinorea,
berkeringat, mual-muntah, diare, menguap,
bulu roma berdiri, midriasis,
hipertensi,takikardi, kejang perut, nyeri otot
2. Petidin
Opioid sintetik
Larut lemak
Metabolisme di hepar lebih cepat
Lama kerja lebih pendek
Bersifat seperti atropin->mulut kering,
pandangan kabur, takikardi
Sebabkan konstipasi,tp efek pada sfingter oddi
lebih ringan
Efektif untuk menghilangkan gemetar pasca
bedah (bukan hipotermi) dosis 20-25 mg iv
Morfin 10x lebih kuat dari Petidin
Bila diberikan terlalau cepat (>30 mg) :
depresi nafas
Dosis:
- 1-2mg/kgbb im
- 0.2-0.5 mg/kgbb iv
- 1-2 mg/kgbb anaslgesi spinal
3. Fentanil
Kekuatan 100x morfin
Lebih larut lemak, menembus sawar
jaringan dengan mudah
Efek depresi nafas lebih lama dari efek
analgesinya
Dosis :
1-3 g/kgbb
50-150 g/kgbb untuk induksi dan
pemeliharaan anestesi + BZD +anestesi
dosis rendah bedah jantung
Mudah menembus sawar otak
ES Fentanil:
Kekakuan otot punggung
Mencegah peningkatan gula darah, katekolamin
plasma, ADH, renin, aldosteron, dan kortisol
Indikasi Fentanil : bedah otak dan bedah
jantung
4. Sulfentanil
Efek pulih lebih cepat dari fentanil
Kekuatan 5-10 x fentanil
Dosis : 0.1-0.3 mg/kgbb
5. Alfentanil
Kekuatan 1/5-1/3 fentanil
Insiden mual muntahnya sangat besar
Mula kerja cepat
Dosis : 10-20 g/kgbb
6. Tramadol
Analgetik sentral dengan afinitas rendah
pada reseptor
Kelemahan analgesinya 10-20 % dibanding
morfin
Dosis : 50-100 g/kgbb oral, im, iv. Dapat
diulang 4-6 jam
Max 400 mg/hari
7. Nalokson
Antagonis murni opioid
Efek : laju nafas meningkat, kantuk
menghilang, pupil dilatasi, TD meningkat
Dosis :
1-2 g/kgbb iv ->melawan depresi nafas
3-10g/kgbb perinfus -> keracunan opioid
10g/kgbb -> depresi neonatus
Dosis im 2x iv
Diencerkan sampai konsentrasi 0.04 mg/cc
8. Naltrekson
Antagonis opioid kerja panjang
Dosis : 5-10 mg per oral
Dapat mengurangi pruritus, mual muntah pada
analgesi epidural saat persalinan
NSAIDs
Untuk mengurangi nyeri pasca bedah yang
bersifat ringan atau nyeri sedang
Diberikan sebagai tambahan opioid untuk
mengurangi ES opioid depresi nafas
Sebagai anti inflamasi, analgesik,
antipiretik, anti pembekuan darah
Hambat enzim COX hambat sintetis
prostalglandin perifer
1. Asam asetil salisilat

Anti piretik >>


Untuk mengurangi nyeri ringan atau sedang
Dosis : 250/500 mg/8-12 jam per oral
2. Indometasin (confortid)

Untuk mengobati arthritis


Dosis : 25 mg/8-12 jam
3. Diklofenak (voltaren)

Indikasi :
- Arthritis rheumatoid
- Osteiarthritis
- Spondilitis spongiosa

Dosis :
- 50-100 mg/8-12 jam per oral
- 75 mg suntikan
- 50-100/12 jam suppositoria
4. Ketorolak (toradol)
Antipiretik <<
Anti inflamasi <<
Efek analgesi: 30 menit, lama kerja : 4-6 jam
Menghambat sintesis PG di perifer tanpa
menganggu resepor opioid di SSP
KI :
Tidak dianjurkan wamil, menyusui, usila, anak <
4 tahun, gangguan perdarahan, bedah tonsilektomi
30 mg ketorolak = 12 mg morfin = 100 mg
petidin
Dosis :
10 -30 mg/hari
5. Ketoprofen

Dosis :
- 100-300mg per oral
- 1-2 supp /hari per rectal
- 100-300 mg/hari im, perinfus, dihabiskan
dalam 20 menit
6. Piroksikam

Dapat diberikan :peroral (kapsul, tablet),


flash, supp, ampul 10-20 mg
7. Tenoksikam (tilcotil)

Dosis :
20 mg/hari im, iv dilanjutkan dengan oral
Ekskresi : ginjal, empedu
8. Meloksikam

Efektivitas sebanding
diklofenak/piroksikam
Mengurangi nyeri dengan ESO minimal
Inhibitor selektif Cox-2
Dosis : 7,5- 15 mg/hari
9. Acetaminophen

Tidak punya sifat anti inflamasi


Inhibitor terhadap sintesis PG sangat lemah
Dosis :
- 500-1000 mg/4-6 jam oral
- Max 4000 mg/hari
Dosis toksis ->nekrosis hati
Efek terhadap lambung dan gangguan pembekuan
darah minimal
Efek samping
1. Gangguan saluran cerna
2. Hypersensitivitas kulit
3. Gangguan fungsi ginjal
4. Gangguan fungsi hepar
5. Gangguan sistem darah
6. Gangguan kardiovaskular
7. Gangguan respirasi
8. Keamanan belum terbukti pada wanita hamil,
menyususi, proes persalinan, anak, lansia
Efek NSAID :
1. Efek puncak (cailing)
Bila kita menambah dosis yang sudah
maksimal atau dosis maksimal dinaikkan,
maka tidak mempunyai efek meningkatkan
anelgesik, bahkan meningkatkan side effect
2. Efek sparing
Golongan NSAID + golongan opioid sehingga
meningkatkan kualitas analgesic (inhibitor
COX-2 )
Aturan obat NSAID
maksimal pemberian dosis dewasa:
120 mg/24 jam
sediaan : 30 mg (max 4 ampul), 10 mg
max pemberian : 5 hari
onset : 30 menit
durasi : 4-6 jam

artinya: jangan sampai mencapai efek


puncak (efek cailing)dan efek sparing
pemberian terbaik saat menjahit kulit
Cara membedakan kolik saluran
bilier akibat infeksi dan efek
samping morfin
Jika pada kolik diberikan antidotum morfin
seperti nalokson dan naltrekson keadaan
membaik kolik akibat efek samping
morfin

Jika keadaan tidak membaik setelah


pemberian antidotum morfin infeksi
Meloxicam
Gabungan opioid dan non opioid
Dosis : 1 tablet/hari
Nyeri bisa menimbulkan :

Kebutuhan takikardi
denyut
O2 jantung

Aktivitas statis vena


thrombosis emboli
fisik vena paru

Motilitas nausea
usus

Motilitas
retensio
vesika urin
urinaria
Nyeri pada operasi:
1. Operasi toraks paling nyeri
2. Operasi pada abdomen atas
3. Operasi pada abdomen bawah
4. Operasi pada ekstermitas
Jika nyeri pada toraks dan abdomen tidak
diterapi, dapat menyebabkan :

Sekresi
Fungsi Tonus otot refleks batuk
mengganggu Atelektasis Pneumonia
diafragma abdomen
alveoli
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai