THYPUS Laporan Kasus

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN KASUS

DEMAM THYPOID

OLEH :

RAHMATAN FAJRI
NIM: 16174221
IDENTITAS PASIEN
Nama :A
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 12 tahun
Alamat : kuta padang
Agama : Islam
Tgl Masuk : 31/ 05 / 2017
Tgl Pemeriksaan : 04 / 06 / 2017
ANAMNESIS ( ALLOANAMNESA)
Keluhan Utama :
demam sejak 3 hari SMRS

Keluhan tambahan :
mual (+) , muntah sejak 1 hari SMRS.
Muntah terjadi sekali berisi cairan dan sisa
makanan dan tidak ada darah, tidak berbau
asam , nafsu makan menurun.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien datang ke IGD RS Cut nyak dhien diantar
oleh orang tuanya dengan keluhan demam sejak 3 hari
yang lalu. Demam dirasakan naik turun sepanjang
hari.Demam dirasakan paling panas menjelang sore
dan malam hari,menggigil (-) , kejang (-) , sakit kepala
(-) , nyeri perut (-) mimisan (-). Pasien juga mengeluh
mual dan muntah sejak 1 hari SMRS. Muntah terjadi
sekali berisi cairan dan sisa makanan dan tidak ada
darah, tidak berbau asam dan mengeluh nafsu makan
menurun. Pasien menyangkal ada batuk, pilek, Pasien
mengaku sering jajan saat istirahat sekolah. Pasien
mengaku belum BAB Sejak 1 hari yang lalu BAK
dalam batas normal.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien mengaku pernah demam seperti ini
tetapi tidak sampai dirawat.
Riwayat asma (-), sakit maag (-).
Riwayat Hipertensi, Diabetes Melitus dan
TB disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga :


Riwayat hipertensi pada ibu
Riwayat Pengobatan :
Pasien pernah minum obat penurun panas
tetapi tidak sembuh.

Riwayat Alergi:
Alergi makanan dan obat disangkal.

Riwayat Psikososial :
Pasien mengaku sering makan bakso dan
makanan pedas.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Tampak lemah
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital

- Nadi : 98 x/menit, reguler


- Pernapasan : 28 x/menit, reguler
- Suhu : 39.5 C (sore)
- TD : 110 / 70 mmHg
BB : 28 kg
TB : 133 cm
Status Gizi :
STATUS GENERALIS
Kepala : Normochepal
Rambut : Hitam, tidak mudah rontok

Wajah :

Pucat (+), ikterik (-), sianosis (-)

Udem (-)

Simetris

Mata : cekung (+/+)

Refleks pupil (+/+), isokor

Palpebra : Ptosis (-/-), edema (-/-)

Sklera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (-/-)


Hidung : Deviasi septum (-), Sekret (-/-),
epistaksis (-/-)

Telinga : Normotia, Sekret (-/-)

Mulut :
Simetris

Mukosa bibir kering (+), sianosis (-)

Lidah kotor (+)

Faring hiperemis (-)


Tenggorok : T1-T1 mukosa hiperemis (-), mukosa faring
hiperemis (-),
kripta melebar (-), detritus (-)
Leher : Tidak teraba pembesaran KGB
Thorax : simetris dan datar.
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V 1 cm
medial dari midclavicula
line sinistra
Perkusi : Batas jantung kiri ICS V MCL sinistra
Batas jantung kanan ICS VI sternal line dextra
Batas jantung atas ICS III parasternal
line sinistra
Auskultasi : BJ I - II (N), regular, murmur (-),
gallop (-).
Paru paru
Inspeksi : Gerakan simetris dalam
keadaan statis dan dinamis : simetris,
retraksi suprasternal (-), epigastrium (-),
intercostalis (-)
Palpasi : Stem fremitus dextra et
sinistra sama kuat
Perkusi : Sonor pada seluruh lapang
paru
Auskultasi : Suara nafas vesikuler (+/+),
ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen
Inspeksi : Datar
Auskultasi : Bising Usus (+) 12 x/
menit, peristaltik normal
Perkusi : Timpani
Palpasi : Supel,
nyeri tekan epigastrium (-), turgor baik
Ekstrimitas : Akral hangat (+), oedema (-),
CRT < 2 detik, petechie spontan (-),
Rumple leed (-)
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
(31.4.2017)
Data Antropometri
Anak laki-laki usia 12 tahun , Berat badan 28 kg,
Tinggi badan 133 cm.
BB//U = 28 X 100/40 = 70%

TB//U = 133X100/148 = 89 %

BB//BB = 28X 100/28 = 100 %

Kesan = BB//U kurang , TB//U kurang, BB//TB


normal
RESUME
Telah diperiksa pasien anak laki-laki berusia 12 tahun, berat
badan 28 Kg, dan tinggi badan 133 cm, demam sejak 3 hari
yang lalu. Demam naik turun sepanjang hari dan dirasakan
lebih panas pada sore hari. Pasien juga mengeluh sakit
kepala (-), mual (+), muntah (+), nafsu makan turun (+),
batuk (-),pilek (-), nyeri perut (-). BAK normal, warna kuning.
BAB normal, konsistensi padat, darah (-), lendir (-).
Hasil pemeriksaan fisik :
Keadaan Umum : Tampak lemah
Kesadaran : Compos mentis
Vital Sign :
- HR : 98 x/menit (kuat, regular)
- Suhu : 39,5 C saat datang
- RR : 28 x/menit (regular)
- TD : 110/70 mmHG
VI. DIAGNOSIS BANDING
Febris 3 hari, DD:

- Demam Tifoid
- DHF
Dehidrasi Sedang

VII. DIAGNOSIS KERJA


Demam Tifoid

Dehidrasi Sedang

Malaria
PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
- Infus rl 30 gtt / menit
- Inj Cefotaxime 3x500 mg
- Paracetamol 3x250
- Donperidon 3x cth 1 1/2

Non Medikamentosa
- Tirah baring
- Diet makanan lunak dan rendah serat
- Penuhi kebutuhan cairan dan kalori
IX. EVALUASI
- Monitor keadaan umum dan tanda-tanda
vital
- Evaluasi demam dan muntah
- Awasi adanya komplikasi, sumber infeksi
lain

X. KOMPLIKASI
- Intra intestinal : Perforasi usus atau
perdarahan saluran cerna
- Ekstra intestinal : Tifoid ensefalopati,
Hepatitis tifosa, pneumonia, syok septik
- Dehidrasi berat
XI. EDUKASI
- Memberitahu orang tua untuk mengawasi anak dari tanda-
tanda dehidrasi berat :
penurunan kesadaran, mukosa bibir kering, mata sangat
cekung, cubitan dikulit perut kembalinya lambat, akral
hangat
- Preventif :
Mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah
makan
Menjaga kebersihan lingkungan
Minum air yang sudah dimasak
Menjaga kebersihan alat dan bahan makanan

XII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad sanationam : ad bonam
BAB II
DEFINISI :
Demam tifoid merupakan penyakit endemik di
Indonesia. Demam tifoid adalah penyakit demam
sistemik akut generalisata yang disebabkan oleh
Salmonella typhi, biasanya menyebar melalui ingesti
makanan dan air yang terkontaminasi, ditandai
dengan bakteremia berkepanjangan serta invasi oleh
patogen dan multifikasinya dalam sel-sel fagosit
mononuklear pada hati, limpa, kelenjar getah bening,
dan plak Peyeri di ileum

ETIOLOGI:
Demam tifoid disebabkan bakteri Salmonella typhi dan
Salmonella paratyphi dari genus Salmonella.
PATOFISIOLOGI
Demam tifoid adalah penyakit yang
penyebarannya melalui saluran cerna (mulut,
esofagus, lambung, usus 12 jari, usus halus, usus
besar, dan seterusnya). S typhi masuk ke tubuh
manusia bersama bahan makanan atau minuman
yang tercemar.
Cara penyebarannya melalui muntahan,
urin, dan kotoran dari penderita yang kemudian
secara pasif terbawa oleh lalat (kaki-kaki lalat).
Lalat itu mengontaminasi makanan, minuman,
sayuran, maupun buah-buahan segar. Saat kuman
masuk ke saluran pencernaan manusia, sebagian
kuman mati oleh asam lambung dan sebagian
kuman masuk ke usus halus.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
hematologi,
urinalisis,

kimia klinis,

imunoserologi,

mikrobiologi, dan biologi molekuler.

Pemeriksaan ini untuk membantu menegakkan


diagnosis, menentukan prognosis, serta memantau
perjalanan penyakit, hasil pengobatan, dan
timbulnya komplikasi.
DIAGNOSIS
Diagnosis demam tifoid ditegakkan dari
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang. Diagnosis pasti dilakukan dengan
cara menguji sampel feses atau darah untuk
mendeteksi adanya bakteri Salmonella sp
dengan membiakkan pada 14 hari awal setelah
terinfeksi.
DIAGNOSIS BANDING :
seperti influenza,
bronkitis,

bronkopneumonia,

gastroenteritis.

Beberapa penyakit yang disebabkan oleh


mikroorganisme intraseluler :
tuberkulosis,

infeksi jamur sistemik,

bruselosis,

ularemia, shigelosis, dan malaria

Demam tifoid yang berat dapat didiagnosis banding


dengan sepsis, leukemia, limfoma, dan penyakit hodgkin.
PENATALAKSANAAN

1.Tirah baring

2.Managemen nutrisi

3.Managemen medis:
Pengobatan simtomatik

Pengobatan suportif

Antibiotik
sensitif fluorokuinolon (ofloksasin,

siprofloksasin) 5-7 hari

MDR fluorokuinolon 5-7 hari atau


demam tifoid tanpa komplikasi
sefiksim 7-14 hari

resisten kuinolon azitromisin 7 hari atau

seftriakson 10-14 hari

sensitif fluorokuinolon (ofloksasin) 10-

14 hari

MDR fluorokuinolon (ofloksasin) 10-14


demam tifoid dengan komplikasi
hari

resisten kuinolon azitromisin 7 hari atau

seftriakson 10-14 hari


KOMPLIKASI

1. Intestinal
a. Perdarahan usus
b. Perforasi usus

2.Ekstraintestinal:
a. Kardiovaskuler: kegagalan sirkulasi perifer,
miokarditis, trombosis, dan tromboflebitis.
b. Darah: anemia hemolitik, trombositopenia, dan DIC.
c. Paru: pneumonia, empiema, dan pleuritis.
d. Hepatobilier: hepatitis dan kolesistitis.
e. Ginjal: glomerulonefritis dan pielonefritis.
f. Neuropsikiatrik atau toksik tifoid.
PROGNOSIS

Prognosis demam tifoid tergantung dari usia,


keadaan umum, status imunitas, jumlah dan
virulensi kuman, serta cepat dan tepatnya
pengobatan. Prognosis buruk jika terdapat gejala
klinis yang berat seperti hiperpireksia atau
febris kontinyu, kesadaran menurun, malnutrisi,
dehidrasi, asidosis, peritonitis,
bronkopneumonia, dan komplikasi lain.
BAB III
Telah diperiksa pasien anak laki-laki berusia 12 tahun,
berat badan 28 Kg, dan tinggi badan 133 cm, Pasien
datang ke IGD RS Cut nyak dhien diantar oleh orang
tuanya dengan keluhan demam sejak 3 hari yang lalu.
Demam dirasakan naik turun sepanjang hari.Demam
dirasakan paling panas menjelang sore dan malam hari,
menggigil (-) , kejang (-) , sakit kepala (-) , nyeri perut (-).
Pasien juga mengeluh mual dan muntah sejak 1 hari
SMRS. Muntah terjadi sekali berisi cairan dan sisa
makanan dan tidak ada darah, tidak berbau asam dan
mengeluh nafsu makan menurun. Pasien menyangkal
ada batuk, pilek, Pasien mengaku sering jajan saat
istrahat sekolah. Pasien mengaku belum BAB Sejak 1
hari yang lalu BAK dalam batas normal.
Hasil pemeriksaan fisik :
Keadaan Umum : Tampak lemah
Kesadaran : Compos mentis
Vital Sign :
- HR : 98 x/menit (kuat, regular)
- Suhu : 39,5 C saat datang
- RR : 28 x/menit (regular)
- TD : 110/70 mmHG
-

Mata : Cekung (+/+)


Mulut : Mukosa kering (+), Lidah kotor (+)

Abdomen : Nyeri tekan epigastrium (-)


HASIL LAB 31/5/2017
Tanggal 31-4-2017 01-5-2017 02-5-2015 03-05-2017 04-05-2017
Jam 23.08 WIB 08.36 WIB 23.00 WIB 08.30 WIB 08.40 WIB
Keluhan Demam Demam (+) Demam (+) Demam (+) Demam (-) hari
(+)hari ke 3, hari ke 4, hari ke 5, hari ke 6, ke 7, mual (-),
Sakit kepala mual (+), mual (-), mual (-), muntah (-)
(-), mual muntah (-), muntah (-), muntah (-) Sakit kepala (-
(+), sakit kepala Sakit kepala Pilek (+) ),Nafsu makan
Muntah (-) (+) (+), Nafsu Sakit kepala baik
Nafsu makan makan turun (+), Nafsu
turun makan baik

KU/KES TSS/CM TSS/CM TSR/CM TSR/CM TSR/CM


TTV:
RR 40 x/menit 38 x/menit 36 x/menit 28 x/menit 20 x/menit
HR 105 x/menit 98 x/menit 116 x/menit 100 x/menit 80 x/menit
S 38,5 C 38.9 C 38.4 C 38.1 C 36,8 C
TD 90/50 100/70 100/90 90/60 90/70
Kepala Dbn Dbn Dbn Dbn Dbn
Kulit Dbn Dbn Dbn Dbn Dbn
Mata Cekung Cekung Sedikit Sedikit Dbn
cekung cekung

Telinga Dbn Dbn Dbn Dbn Dbn


Hidung Dbn Dbn Dbn Dbn Dbn
Mulut Mukosa Mukosa Mukosa Dbn Dbn
kering kering kering
(+), (+), (+),
Lidah Lidah kotor Lidah kotor
kotor (+) (+)
(+)

Thorax :
Cor dbn dbn dbn dbn dbn
Pulmo dbn dbn dbn dbn dbn

Abdomen Dbn Dbn dbn Dbn Dbn


Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala
prodromal, yaitu perasaan tidak enak badan, lesu,
nyeri kepala, pusing, dan tidak bersemangat. Gejala-
gejala inilah biasanya ditemui awal pada pasien tifoid.
Pada pasien ini juga gejala-gejalanya diawali dengan
sakit kepala, nafsu makan dan minum yang menurun
sejak sakit mual dan penderita dikeluhkan tampak
lemas.
Demam tifoid juga disertai dengan gangguan pada
saluran pencernaan. Hal ini sesuai dengan kasus ini
dimana pasien dikeluhkan mual, muntah dan juga
konstipasi. Pasien tidak bisa BAB 3 hari sebelum
MRS. Pasien ini juga tidak mempunyai nafsu makan.
Selain itu dia juga rasa nyeri pada ulu hati, ditemui
lidah kotor .
Pada demam tifoid antibiotika diberikan
berdasarkan tes sensitivitas dan juga disertai
dengan cairan dan makanan sesuai kebutuhan
pasien.
Pada kasus ini pasien diberikan terapi awal
berupa:
IVFD RL 500 Mg 1500 cc/ hari (30
tetes/menit)
Cefotaxin 500mg/kg/hr
Donperidon 3x cth 1
Paracetamol tablet 3 x 250 mg.
MINGGU 1
Setelah melewati masa inkubasi 10-14 hari, gejala
penyakit itu pada awalnya sama dengan penyakit
infeksi akut yang lain, seperti demam tinggi yang
berpanjangan yaitu setinggi 39c hingga 40c, sakit
kepala, pusing, pegal-pegal, anoreksia, mual,
muntah, batuk, dengan nadi antara 80-100 kali
permenit, denyut lemah, pernapasan semakin cepat
dengan gambaran bronkitis kataral, perut kembung
dan merasa tak enak,sedangkan diare dan sembelit
silih berganti. Pada akhir minggu pertama,diare
lebih sering terjadi. Khas lidah pada penderita
adalah kotor di tengah, tepi dan ujung merah serta
bergetar atau tremor. Epistaksis dapat dialami oleh
penderita sedangkan tenggorokan terasa kering dan
radang.
MINGGU 2
Jika pada minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur
meningkat setiap hari, yang biasanya menurun pada pagi hari
kemudian meningkat pada sore atau malam hari. Karena itu, pada
minggu kedua suhu tubuh penderita terus menerus dalam keadaan
tinggi (demam). Suhu badan yang tinggi, dengan penurunan sedikit
pada pagi hari berlangsung. Terjadi perlambatan relatif nadi
penderita. Biasanya nadi meningkat bersama dengan peningkatan
suhu, saat ini relatif nadi lebih lambat dibandingkan peningkatan
suhu tubuh. Gejala toksemia semakin berat yang ditandai dengan
keadaan penderita yang mengalami delirium. Gangguan
pendengaran umumnya terjadi. Lidah tampak kering, merah
mengkilat. Nadi semakin cepat sedangkan tekanan darah menurun,
sedangkan diare menjadi lebih sering yang kadang-kadang
berwarna gelap akibat terjadi perdarahan. Pembesaran hati dan
limpa. Perut kembung dan sering berbunyi. Gangguan kesadaran.
Mengantuk terus menerus, mulai kacau jika berkomunikasi dan
lain-lain.
MINGGU 3
Suhu tubuh berangsung-angsur turun dan normal
kembali di akhir minggu. Hal itu jika terjadi tanpa
komplikasi atau berhasil diobati. Bila keadaan
membaik, gejala-gejala akan berkurang dan
temperatur mulai turun. Meskipun demikian justru
pada saat ini komplikasi perdarahan dan perforasi
cenderung untuk terjadi, akibat lepasnya kerak dari
ulkus. Sebaliknya jika keadaan makin memburuk,
dimana toksemia memberat dengan terjadinya tanda-
tanda khas berupa delirium atau stupor,otot-otot
bergerak terus, inkontinensia alvi dan inkontinensia
urin. Meteorismus dan timpani masih terjadi, juga
tekanan abdomen sangat meningkat diikuti dengan
nyeri perut.
MINGGU 4
Merupakan stadium penyembuhan meskipun pada
awal minggu ini dapat dijumpai adanya pneumonia
lobar atau tromboflebitis vena femoralis.

RELAPS
Pada mereka yang mendapatkan infeksi ringan
dengan demikian juga hanya menghasilkan
kekebalan yang lemah, kekambuhan dapat terjadi
dan berlangsung dalam waktu yang pendek.
Kekambuhan dapat lebih ringan dari serangan
primer tetapi dapat menimbulkan gejala lebih berat
daripada infeksi primer tersebut. Sepuluh persen dari
demam tifoid yang tidak diobati akan mengakibatkan
timbulnya relaps.
BAB 4
Demam tifoid pada anak disebabkan oleh bakteri gram
negatif Salmonella typhi yang ditularkan melalui jalur fecal-
oral yang mana pada nantinya akan masuk ke saluran cerna
dan melakukan replikasi dapal ileum terminal.
Demam tifoid pada anak memiliki gejala yang cukup spesifik
berupa demam, gangguan gastro intestinal, dan gangguan
saraf pusat. Demam yang terjadi lebih dari 7 hari terutama
pada sore menjelang malam dan turun pada pagi hari. Gejala
gastrointestinal bisa terjadi diare yang diselingi konstipasi.
Pada cavum oris bisa didapatkan Tifoid Tongue yaitu lidah
kotor dengan tepi hiperemi yang mungkin disertai tremor.
Gangguan Susunan Saraf Pusat berupa Sindroma Otak
Organik, biasanya anak sering ngelindur waktu tidur. Dalam
keadaan yang berat dapat terjadi penurunan kesadaran
seperti delirium, supor sampai koma.
Diagnosis cukup ditegakkan secara klinis.
Pemeriksaan penunjang yang dapat menunjang
infeksi Demam Tifoid ini adalah Darah Lengkap,
Uji Widal, atau pemeriksaan serologi khusus
yaitu IgM dan IgG antiSalmonella.

Penatalaksanaan penyakit ini meliputi 3 pokok


utama yaitu: istirahat dengan tirah baring yang
cukup, Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein Rendah
Serat, dan Antibiotika yang memiliki efektivitas
yang cukup tinggi terhadap kuman Salmonella
typhi.

Anda mungkin juga menyukai