Anda di halaman 1dari 44

Emerging and New

Emerging Disease
Kelompok 7 :
Dryan Aria
Nurin
Rizka
Witrisyah
Yunindar Sevy
Emerging Infectious Disease

Emerging infectious diseases Emerging infectious diseases


(EID) adalah penyakit yang
merupakan penyakit infeksi yang
pertama kali muncul dalam suatu
kejadiannya pada manusia
populasi, atau penyakit yang
meningkat dalam dua dasawarsa/
telah ada sebelumnya tetapi
dekade terakhir atau cendedrung
mengalami peningkatan
akan meningkat di masa
insidendsi atau area geografis
mendatang.
dengan cepat.
Klasifikasi

Secara umum EID dapat dibagi dalam tiga kelompok


penyakit, yaitu:
Penyakit menular baru (New Emerging Infectious
Diseases)
Penyakit menular lama yang cenderung meningkat
(Emerging Infectious Diseases)
Penyakit menular lama yang menimbulkan masalah
baru (Re-Emerging Infectious Diseases)
Etiologi
Microbial Agent
Public Health
(virus, bakteri,
Surveillance
jamur)

menyebabkan wabah
penyakit bagi manunsia dan
juga memiliki karakteristik sangat penting dalam deteksi
untuk mengubah pola dini dan
penyakit tersebut sehingga penatalaksaanemerging dan re-
menyebabkan wabah emerging disease ini.
penyakit yang baru
WHO telah merekomendasikan kepada setiap negara
dengan sebuah sistem peringatan dini (early warning
system) untuk wabah penyakit menular dan sistem
surveillance untuk emerging dan re-emerging disease
khususnya untuk wabah penyakit pandemik.
Contoh sistem surveillance yang
dilakukan pada SARS
Komprehensif atau surveillance
Surveillance terhadap kematian
berbasis hospital (sentinel) untuk
yang tidak dapat dijelaskan
setiap individual dengan gejala
karena acute respiratory ilness di
acute respiratory ilness ketika masuk
dalam komunitas.
dalam rumah sakit.

Memonitor distribusi
penggunaan obat antiviral untuk
Surveillance terhadap kematian influenza A , obat
yang tidak dapat dijelaskan
karena acute respiratory ilness di antrimicrobialdan obat lain
lingkup rumah sakit. yang biasa digunakan untuk
menangani kasus acute
respiratory illness.
Fungsi utama sistem surveillance
Mendeteksi Memantau
perubahan kesehatan populasi,
Memonitor
mendadak insidensi menaksir besarnya
kecenderungan
penyakit, untuk beban penyakit
(trends) penyakit.
mendeteksi penyakit (disease burden)
secara dini. pada populasi.

Menentukan
kebutuhan
kesehatan prioritas,
Mengevaluasi
membantu
Mengidentifikasi cakupan dan
perencanaan,
kebutuhan riset efektivitas program
implementasi,
kesehatan.
monitoring, dan
evaluasi program
kesehatan.
Faktor yang mempengaruhi
Faktor demografi dan
Kemajuan transportasi
pertumbuhan ekonomi Sarana dan pelayanan
dan perjalanan
serta perubahan gaya kesehatan
internasional.
hidup.

Pengolahan makanan Mutasi dan evolusi


Faktor lingkungan
dan bahan makanan organisme
Agent
Evolution of pathogenic
Host
infectious agents (microbial
Human demographic change
Environment
adaptation & change)
(inhabiting new areas)
Development of resistance Climate & changing
to drugs Human behaviour (sexual & ecosystems
drug use)
Resistance of vectors to Economic development &
pesticides Human susceptibility to Land use (urbanization,
infection deforestation)
(Immunosuppression)
Technology & industry (food
Poverty & social inequality processing & handling)
Beberapa Emerging Infectious
Diseases yang pernah terjadi
didunia
AVIAN INFLUENZA

Avian influenza disebabkan oleh virus influenza H5N1,


terjadi KLB pada tahun 1997 dan 2003. Penyakit
disebabkan oleh virus influenza yang menyerang unggas,
burung, ayam. Menular dari unggas ke unggas, ke hewan
lain dan ke manusia. Penularan dari manusia ke manusia
kemungkinannya kecil tetapi potensial terjadi terutama bila
terjadi mutasi. Secara kumulatif kasus avian influenza
pada tahun 2007 mencapai 118 orang dan 95 diantaranya
meninggal. Februari 2008 jumlah kasus 126 orang dan 103
meninggal dunia. Angka kematian mencapai 80,5%.
SARS

SARS merupakan penyakit infeksi pada jaringan paru


manusia, pertama kali ditemukan di Cina pada tahun
2003 yang disebabkan oleh Corona Virus Pnemunia
yang bermutasi hingga terjadi pandemi. SARS
memiliki angka penularan yang tinggi dan pada tahun
2003 WHO menetapkan SARS merupakan ancaman
kesehatan global. Penularan infeksi melalui inhalasi
pernapasan dari pasien yang menderita pada saat
batuk atau bersin, atau kontaminasi tangan penderita.
New emerging disease

New Emerging Disease adalah


penyakit baru yang dapat
menimbulkan masalah dan
ancaman baru. New Emerging
disease termasuk wabah penyakit
menular yang tidak diketahui
sebelumnya atau penyakit
menular baru yang insidennya
meningkat signifikan dalam dua
dekade terakhir.
Epidemiologi

Perkembangan berbagai penyakit Re-emerging Diseases


dan New Emerging Diseases kembali mengancam
derajat kesehatan masyarakat.
Kemunculan penyakit New Emerging Disease
diantaranya ditandai dengan merebaknya Avian Flu
mulai bulan Juni 2005 yang lalu, hingga tanggal 18
Maret 2007 telah mendekati ribuan Kasus dan
sebanyak 86 orang diantaranya Positif Avian flu serta
meninggal 65 orang.
Penyakit infeksi yang baru muncul (New Emerging
Diseases) dan mengancam saat ini sebagian besar
adalah penyakit bersumber binatang, misalnya SARS,
Avian flu, Hanta-virus Pulmonary Syndrome, Hanta-
virus infection with renal involvement, Japanese
Encephalitis, Nipah diseases, West Nile Fever dan E.
Coli.
Penyebab

Kategori pertama dalam new emerging desease adalah


SARS, H5N1 dan H1N1 yang menjadi pandemi global.
Hal ini terjadi disebabkan oleh peningkatan protektif dan
pengelolaan kawasan rawan terkena penyakit menular
contohnya jalur-jalur masuk penduduk asing baik melalui
udara, laut atau darat.
Migrasi penduduk merupakan faktor terbesar tersebarnya
pandemi. Sistem informasi yang cepat dapat mendukung
kesadaran masyarakat untuk lebih proaktif menjaga
kesehatannya.
Penyebab lainnya adalah:
Product and Lifestyle
Prosperity
Environmental Issue and Degradation; Hal ini berkaitan erat dengan
pemanasan global sampai sanitasi lingkungan dan kesediaan air
bersih merupakan isu terpenting pada masa ini. Perubahan iklim
dan tidak menentunya arah angin maupun cuaca
Healthy Child;.
New information and communication technologies will help gov, make more
effective decision for health;.
Habitats, Urbanization and Rural Deprvation
Families Structure;
Work
Ageing
Violence
Food Consumption;
Bio-Terorism;
International Traveling/Migration/Mobility
Weak Surveillance System; tidak bisa dipungkiri untuk negara
berkembang terutama di Indonesia sendiri system pencatatan
dan pelaporannya pun masih minim dan jauh dari nilai-nilai
efektifitas misalnya dalam hal surveillans epidemiologi pun
masih sangat lemah dan banyak kekeliruan ditambah lagi masih
ada sebagian besar yang menggunakan system manual.
Kerjasama lintas sektor

Sesuai dengan kasus yang berkembang, maka


kerjasama dengan berbagai instansi lintas sektor
diperlukan, koordinasi dengan Departemen Pertanian
beserta UPT Dinasnya di daerah dalam menangani
KLB Flu burung oleh Virus Influenza A subtype
H5N1. Kerja sama dengan Dinas Pariwisata ketika
terjadi wabah SARS dan lain sebagainya.
Untuk keberhasilan program dalam skala massal dan
berkesinambungan perlu diterapkan pendekatan
kesehatan berbasis masyarakat. Pembentukan
kemampuan diagnosis dini dan respon dini secara
proaktif di level desa, dalam rangka pengendalian
yang cepat dan tepat sasaran berdasarkan spesifik
wilayah, yang memiliki potensi risiko yang berbeda.
Lembaga pendidikan kesehatan sebagai institusi yang memiliki
tugas tridharma perguruan tinggi perlu melakukan rekonstruksi
kurikulum pendidikan kesehatan masyarakat yang berbasis
Di satu sisi, penanggulangan exposure lingkungan antara
lain upaya pencemaran lingkungan merupakan tanggung
jawab semua pelaku pembangunan. Departemen
Kesehatan tidak mungkin dapat mewujudkan kesehatan
masyarakat, tanpa komitmen pelaku pembangunan, mulai
dari aspek perundang-undangan termasuk PERDA,
penerapan strategi, adanya perioritas kebijakan dan
program pelaksanaan dan evaluasi di masing-masing
instansi, untuk mewujudkan lingkungan yang sehat dan
bersih.
WHO merekomendasikan prinsip-prinsip
penatalaksaan pandemic preparedness :

Perencanaan dan Mengurangi penyebaran


Pemantauan dan penilaian
koordinasi antara sektor wabah penyakit baik dalam
terhadap situasi dan
kesehatan, sektor lingkup individu,
kondisi secara
nonkesehatan, dan komunitas dan
berkelanjutan
komunitas internasional

Kesinambungan
penyediaan upaya Komunikasi dengan adanya
kesehatan melalui sistem pertukaran informasi-
kesehatan yang dirancang informasi yang dinilai
khusus untuk kejadian relevan.
pandemic.
Kebijakan Pencegahan dan Penanggulangan Re
Emerging dan Emerging Infectious Diseases

Yang dimaksud dengan penanggulangan penyakit


menular (kontrol) adalah upaya untuk menekan
peristiwa penyakit menular dalam masyarakat
serendah mungkin sehingga tidak merupakan
gangguan kesehatan bagi masyarakat tersebut.
kebijakan pencegahan dan penanggulangannya
mengikuit prinsip dan pola pemberantasan penyakit
menular umumnya, yaitu pemutusan rantai penularan
antara host, agent, environment
Penemuan dan
Pencegahan dan
pengobatan/ Penanggulangan vektor
penanggulangan risiko
tatalaksana penderita

Perbaikan lingkungan Penyuluhan Kesehatan


Pengamatan pemukiman dan masyarakat dan
penyakit/surveilans penyediaan sarana air peningkatan peran serta
bersih masyarakat
Demam Berdarah Marburg

29
PENDAHULUAN
Marburg Virus Disease (MVD)
(sebelumnya dikenal sebagai demam
berdarah Marburg) pertama kali
ditemukan pada tahun 1967 saat terjadi
wabah di Marburg dan Frankfurt di
Jerman dan Belgrade di bekas
Yugoslavia dari monyet Uganda yang
terinfeksi.
MVD adalah penyakit parah dan sangat
fatal disebabkan oleh virus dari keluarga
yang sama dengan virus Ebola. Virus ini
adalah yang paling virulen menginfeksi
manusia.
Kedua penyakit ini langka, tetapi dapat
menyebabkan wabah dengan angka
30
kematian yang tinggi.
Sejarah
Penyakit yang disebabkan oleh
Marburg virus muncul secara
tiba-tiba, dimulai dengan sakit
kepala dan malaise berat.
Manifestasi klinis: hemoragik
berat antara hari ke-5 dan 7.
Tingkat fatalitas kasus sangat
bervariasi, dari 25% di awal
tahun 1967, menjadi lebih dari
80% di Republik Demokratik
Kongo dari tahun 1998-2000
dan puncaknya di Angola pada
tahun 2005. 31
Penyebaran Virus Marburg

32
Karakteristik Umum
Order : Mononegavirales
Family : Filoviradae
Genus : Marburgvirus
Species : Marburg
marburgvirus

Nama Lain : Marburg


disease, Marburg
hemorrhagic fever, African
hemorrhagic fever, and
green monkey disease.
( it has the same structural properties
33

as the Ebola virus)


Morfologi
Marburg adalah virus ber-envelop, rantai tunggal, tidak
bersegmen, dan negatif-sense RNA.

Virus ini mempunyai struktur yang berserabut, dapat muncul


berbentuk seperti U, 6, atau spiral seperti siput; dan kadang-
kadang berbentuk seperti cabang.

Fragmen virus berbentuk pleomorfik.

Tersusun atas protein NP, VP35, VP30, dan L.

34
PATOGEN/TOKSISITAS
Penyakit demam langka dan parah ini menyerang manusia
dan primata yang ditandai dengan demam onset
mendadak, menggigil, sakit kepala, mialgia dan ruam
makulopapular, bisa disertai dengan muntah, nyeri dada,
sakit tenggorokan, sakit perut dan diare.

Gejalanya menjadi semakin parah dan bisa terjadi


peradangan pankreas, penyakit kuning, kehilangan berat
badan yang drastis, delirium, syok, gagal hati, perdarahan
masif dan disfungsi multi organ. Penyakit Marburg
memiliki tingkat kematian sekitar 25%. 35
Vektor
Reservoir alami untuk virus tidak diketahui.
Epidemiologi yang telah diuji yaitu kelelawar,
monyet, laba-laba dan kutu, tetapi tidak mampu
untuk memperoleh data yang pasti. Faktor
Umumnya menunjukkan bahwa reservoir alaminya
berasal dari pedesaan Afrika.
Penyebaran sekunder
penyakit adalah melalui
kontak dengan orang-orang
yang terinfeksi atau kontak
dengan darah, sekresi atau
ekskresi dari orang
terinfeksi. Virus dapat
menularkan dari semen
hingga 3-4 bulan setelah
sakit melalui hubungan
seksual yang terjadi dalam
satu contoh di Jerman.
36
Mekanisme
Seperti Ebola, mekanisme yang tepat dari Marburg tidak diketahui.
Namun, permukaan ujung virion terbuat dari glikoprotein yang besar.
Diduga bahwa sama seperti virus RNA untai negatif lainnya, ujung
permukaan ini berikatan dengan reseptor pada sel inang dan masuk ke
dalam sel yang rentan.

Marburg virus memiliki 22 site N-linked glikosilasi pada


permukaannya. Replikasi virus berlangsung di dalam sitoplasma, dan
envelopmen adalah hasil dari nucleocapsida. Secara sistemik, virus
melibatkan hati, organ limfoid, dan ginjal.

Masa inkubasi : Biasanya 5-7 hari, tetapi dapat berkisar dari 3-10 hari.
37
Virus Ebola dan Marburg Menyerang Sistem Imun

38
Gejala
Demam / Nyeri Kepala Hebat
Nyeri Sendi dan otot
Menggigil / lemas
Mual & muntah.
Diare (bisa disertai darah)
Mata merah.
Muncul ruam.
Nyeri dada dan batuk.
Nyeri perut.
BB turun drastis.
Perdarahan, biasanya berasal dari mata, dan memar (pasien yang
sekarat dapat terjadi perdarahan pada orifisum seperti telinga,
hidung dan rektum)
39
Diagnosis
Untuk pasien dengan gejala Marburg, awal diagnosis mungkin
dapat diduga demam malaria dan tyhpoid.
Seperti Ebola, diagnosis Marburg virus ditegaskan dengan
pemeriksaan IgG ELISA, meskipun IgM ELISA dapat
digunakan untuk membedakan infeksi akut dari infeksi lama.
Mikroskop elektron berguna dalam mendiagnosis infeksi
filovirus, tetapi tidak membantu membedakan Marburg dari
Ebola.

40
Hasil labolatorium termasuk:

Ruam makulopapular, ciri khas dari Marburg, Ebola, dengue,


dan lassa.
Pengurangan jumlah limfosit (limfopenia) dan peningkatan
jumlah leukosit neutrofilik meningkat (Neutrofilia).
Trombositopenia dan Agregasi trombosit abnormal
Kadar serum enzim yang meningkat; AST biasanya lebih
tinggi dari ALT.
Kadar Alkali fosfatase dan bilirubin biasanya normal atau hanya
agak meningkat.

Marburg virus dapat didiagnosis dengan jelas dari spesimen


pasien yang sudah meninggal melalui immunohistochemistry,
isolasi virus atau PCR (PCR) darah atau jaringan spesimen.41
Pengobatan & Pencegahan
Terapi suportif (tidak ada pengobatan khusus untuk
demam Marburg. Namun, virus itu sendiri sensitif
terhadap pelarut lipid, deterjen, disinfektan hipoklorit dan
fenolik disinfektan. Virus juga dapat dihancurkan oleh
radiasi ultraviolet dan gamma.

Vaksinasi untuk virus ini tidak ada. Seperti dengan paparan


filoviruses lain, paparan Marburg tidak memberikan
kekebalan berikutnya. Respon antibodi pada pasien tidak
menetralisir atau melindungi infeksi virus Marburg
berikutnya. 42
Referensi :
i. http://www.cdc.gov/
Centers for Disease Control and Prevention (CDC). (2009). Imported case
of Marburg hemorrhagic fever - Colorado, 2008. MMWR.Morbidity and
Mortality Weekly Report, 58 (49), 1377-1381.

ii. Control of Communicable Diseases Manual (18th ed., pp. 180-182). Washington,
D.C.: American Public Health Association.

iii. World Health Organization. (2005). WHO update on current reported Marburg
cases in Angola. Retrieved 4/30, 2010 .

iv. Bausch, D. G., Sprecher, A. G., Jeffs, B., & Boumandouki, P. (2008).
Treatment of Marburg and Ebola hemorrhagic fevers: a strategy for testing
new drugs and vaccines under outbreak conditions. Antiviral Research, 78 (1),
43
150-161.
Thank you !

44

Anda mungkin juga menyukai