Oleh :
Drs. Halomoan Sinaga, Apt
(Kabid PPLH dan Pengendalian Kebakaran)
Bambang Hariyoseno, S.Sos
(Kasubbid Pengendalian Kebakaran)
Sy. Ahmad Zaini, A.Md. KL
(Kasubbid Pengawasan dan Pemulihan LH)
Petugas Pemadam Kebakaran Pemerintah Kab. Sanggau
Di
Rumah Sakit Parindu
1 September 2016
Apa kabar : Luar Biasa
Motto:
" Pantang Pulang Sebelum Api Padam
Walaupun Nyawa Taruhannya
Visi Pemadam Kebakaran :
Pencegahan Dan Penanggulangan
Bahaya Kebakaran
Tanggap Cepat Tepat Dan
Profesional
Secara geografis Indonesia berada pada Ring Of Fire berda pada pertemuan tiga
lempeng dunia yang menjadi faktor pemicu rawan terjadinya bencana, disamping itu
sumber kerawanan lain berupa heterogenitas bangsa Indonesia yang sewaktu-waktu dapat
memicu konflik yang berdampak luas bagi keamanan dan ketentraman rakyat Indonesia.
Indonesia dikenal sebagai laboratorium bencana, berbagai bencana dapat dijumpai meliputi
bencana alam, non alam maupun sosial.
Bencana alam yang sering terjadi antara lain gunung meletus, tsunami, angin puting
beliung, dan banjir bandang. Karakter dasar dari bencana alam ini adalah tidak dapat
dilawan dan distop namun dapat dihindari dengan melakukan upaya pengurangan
risiko bencana.
Sedang kebakaran dapat distop, dicegah atau dihentikan karena penyebab
kebakaran 99% akibat ulah manusia baik diisengaja maupun tidak disengaja dan sebagian
kecil penyebab kebakaran akibat bencana alam yang disusul timbulnya kebakaran.
Apa kaitannya api dengan kita di bangunan Kantor-kantor, Pabrik
dirumah-rumah maupun di hutan/lahan.
Banyak kasus terjadi hubungan singkat listrik menjadi penyebab utama kebakaran,
misalnya penggunaan kompor listrik, kipas angin, kulkas, Televisi, AC, bahkan komputer
bisa terbakar akibat arus pendek listrik, apabila kita menggunakan listrik menyalahi
aturan-aturan yang berlaku.
Berdasarkan pengalaman, pengamatan, penyelidikan dan analisa, maka diketahui
bahwa terjadinya kebakaran disebabkan oleh faktor-faktor :
1. Faktor Alam:
a. Kemarau Panjang;
b. Sambaran petir;
C. Tiupan angin kencang (topan/badai) yang menyebabkan terjadinya gesekan
pohon dengan kabel listrik sehingga terjadi arus pendek.
2. Penyalaan Sendiri:
Suatu terjadi kebakaran tanpa diketahui penyalaan awal, hal ini umumnya terjadi pada :
a. Tempat penyimpanan kopra, tembakau dan gablek yang masih setengah kering;
b. Tempat pembuangan/timbunan sampah;
c. Reaksi kimia.
3. Faktor Manusia:
a. Mendekatkan benda yang mudah terbakar didekat dinding atau sumber panas
seperti
1. Api Kelas A :
seperti : Kayu, kertas, kain, karet dan berbagai jenis plastik.
2. Api Kelas B :
Seperti : Bensin, minyak, cat, spiritus dan alkohol.
3. Api Kelas C :
Seperti : Peralatan rumah tangga, computer dan jaringan kabel
listrik.
4. Api Kelas D :
Seperti : Alumunium, magnesium, titanium, logam mudah terbakar :
Irconium, natrium dan kalium.
ALAT PEMADAM API
Usai kerja periksalah rungan/tempat kerja dengan seksama terutama yang dapat
menyebabkan kebakaran seperti peralatan listrik, tempat sampah, tempat
memasak, dll
1. Bahaya Listrik
Ada beberapa hal penting yang harus dimengerti oleh para petugas
pemadam kebakaran yang terkait dengan cara arus listrik berpengaruh
terhadap tubuh manusia, adalah :
A. Ampere (amperage) adalah sejumlah aliran arus listrik tertentu;
B. Tahanan (resistance) adalah kekuatan yang menahan atau
menghambat aliran arus listrik.
Peristilahan ini dapat dibandingkan dengan sistem pompa air tangan, saluran keluar air
pompa tersebut di hubungkan dengan pipa sepanjang kira-kira 3 meter yang pada ujungnya
dilengkapi dengan katup atau kerangan untuk membuka atau menutup aliran air.
Arus listrik dapat mengalir melalui tanah, air, dan benda-benda lainnya termasuk tubuh
manusia. Jika listrik melalui tubuh manusia dan langsung mengalir ke tanah, maka listrik
tersebut dapat merusak organ-organ tubuh manusia yang penting dan mengakibatkan
kegosongan atau kebakaran yang parah.
Percikan arus listrik dapat menimbulkan panas yang sangat tinggi. Arus listrik juga
dapat membakar cairan-cairan yang mudah menyala atau benda-benda yang mudah
terbakar.
a. Menghindari Bahaya Listrik
Kontak langsung dengan arus listrik akan mengakibatkan cedera tubuh seperti
kejang otot yang menyebabkan menurunnya kemampuan gerak, terjatuh, terhentinya
detak jantung dan aliran pernafasan.
Arus listrik di daerah atau tempat kebakaran harus diputuskan terlebih dahulu sebelum
operasi pemadam kebakaran dilaksanakan, khususnya jika mengunakan air.
Perhatian: Hal penting yang harus dimengerti para petugas pemdam kebakaran dalah
bahwa pada saat sumber daya atau arus listrik utama (PLN) dimatikan, kemungkinan
generator darurat (gen-set) akan beroperasi secara otomatis. Dengan demikian, untaian
kabel yang terjuntai di atas tanah atau lantai jangan sekali-kali di anggap tidak beraliran
listrik (aliran listriknya padam). Karena itu, jangan menyentuh kabel tersebut sampai betul-
betul yakin bahwa aliran listriknya memang telah terputus.
b. Penanganan Keadaan Darurat Listrik
Berikut ini adalah butir-butir yang sebaiknya dimasukkan dalam kebijakan dinas
untuk mengatasi bahaya karena kontak listrik:
1. Beritahukan kepada PLN sesegera mungkin begitu ada ancaman bahaya listrik;
2. Jika keadaan memungkinkan, biarkan petugas dari PLN menangani
peralatan yang masih bertegangan listrik. Terkecuali jika seseorang
terancam jiwanya;
3. Jangan gunakan semprotan jenis solid atau lurus jika diperkirakan ada
kemungkinan bahaya listrik;
4. Biarkan ujung tiang atau potongan kabel yang terbakar tetap dalam
posisinya sampai petugas utilitas memutuskan aliran listriknya;
5. Jika keadaan memungkinkan, hindari kabel yang bertegangan tinggi;
6. Biarkan petugas PLN saja yang memotong kabel listriknya;
7. Anggaplah semua kabel tetap beraliran listrik.
2. Bahaya Asap.
Penyebaran asap akan membawa dampak terjadinya kematian. Asap memiliki
3 (tiga) sifat yang merugikan bagi tubuh manusia, yaitu:
a. Asap dapat mengurangi kadar-kecukupan oksigen yang dibutuhkan untuk kehidupan
manusia.
b. Asap dapat memedihkan mata sehingga mengganggu pandangan.
c. Asap mengandung gas-gas beracun, seperti CO (karbon onoksida).
Ada 2 (dua) cara untuk melindungi diri kita dari penyebaran asap dan gas-gas
kebakaran, yaitu:
1. Merangkak pada saat melakukan evaluasi;
2. Menggunakan alat bantu pernafasan.
Pada saat terjadi kebakaran, persentase O (oksigen) menurun, sementara
persentase CO dan CO meningkat. Seseorang yang tidak menggunakan alat bantu
pernafasan di daerah kebakaran akan bernafas lebih cepat, mengisap partikel-partikel di
dalam kandungan asap, dan gas-gas panas yang beracun.
Apabila tingkat O di udara yang digunakan untuk bernafas menurun, maka
sejumlah O yang masuk ke otak akan berkurang, dan perilaku orang akan menjadi tidak
rasional. Ketika tingkat O berkurang di bawah 15%, orang akan menjadi kehilangan
kesadaran/ pingsan.
Perhatian: Beberapa gas kebakaran akan masuk ke dalam tubuh manusia
melalui kulit dan pernafasan. Penting sekali bagi petugas pemadam kebakaran untuk
memahami secara benar-benar tentang bahaya yang ditimbulkan oleh bahan-bahan
yang terbakar yang dihadapi seseorang telah terkena asap atau gas beracun lainnya
harus dievakuasi secepatnya ke daerah yang aman sebelum diberikan pertolongan
medis.
3. Bahaya Panas
Api atau kebakaran adalah suatu reaksi eksotermis yang melepaskan panas. Dalam
penjalaran api, panas perpindahan melalui konduksi, konveksi, dan radiasi. Dengan cara
yang sama, panas dapat berpindah ke tubuh manusia keluar yang terbatas sehingga dapat
mengakibatkan berkumpulnya gas-gas terkontaminasi yang mudah menyala atau beracun
dan menurunnya atmosfir oksigen. Ruang-ruang terbuka paling atas yang ketinggiannya
lebih dari 1,2 meter juga diartikan sebagai ruangan-ruangan tertutup.
Bahaya besar bagi pemadam kebakaran pada ruang-ruang tertutup meliputi:
kurangnya oksigen, terisapnya gas beracun, sisa-sisa panas, sisa benda-benda yang mudah
terbakar atau bahan-bahan yang mudah menyala dari bahaya proses dan pertemuan antara
zat-zat beracun dengan air dari operasi pemadam kebakaran yang dapat memenuhui
ruangan tersebut.
Mengingat begitu besarnya bahaya memasuki ruangan tertutup tersebut pada situasi darurat,
dianjurkan agar para petugas pemadam kebakaran hanya boleh memasuki ruangan dimaksud setelah
mereka benar-benar yakin dapat mengantisipasi bahaya yang mungkin timbul.
4. Bahaya Terperangkap atau Terperosok
Petugas pemadam kebakaran yang terjatuh atau terperosok kemungkinan bisa menderita
patah tulang, cedera kepala, cedera punggung dan kekurangan oksigen ataupun sebaran gas
beracun. Mengingat berkurangnnya jarak penglihatan selama kebakaran, tempat-tempat seperti
tersebut di bawah ini perlu diwaspadai karena dapat mengakibatkan seorang petugas pemadam
kebakaran terperangkap:
a. Lubang terbuka;
b. Balkon;
c. Lantai yang rapuh;
d. Penutup atau atap tembus cahaya;
e. Shaft lift untuk orang atau barang;
f. Tumpukan barang-barang yang tinggi yang dapat rubuh jika basah karena semprotan air.
Pada saat jarak penglihatan berkurang, para petugas pemadam kebakaran harus
merangkak dan meraba jalan di depan. Bahkan jika perlu berjalan, petugas pemadam
kebakaran harus menyeret kaki dan tidak melangkah.
5. Bahaya Ledakan.