KELAINAN REFRAKSI
Disusun oleh:
Ivo Afiani
I11112017
Pembimbing:
dr. Djoko S Tardan , SpM
dr. Maria Ade I, Sp.M
dr. Marsita Lita
Anatomi Media Refraksi
Anatomi Media Refraksi
Bagian mata yang termasuk media refraksi:
Kornea
Aqueous humor
Lensa
Corpus vitreus
Anatomi Media Refraksi
Kornea (Latin cornum=seperti tanduk) adalah selaput
bening mata, bagian selaput mata yang tembus
cahaya. Kornea merupakan lapisan jaringan yang
menutupi bola mata sebelah depan dan terdiri atas 5
lapis, yaitu:
1. Epitel
2. Membran Bowman
3. Stroma
4. Membran Descement
5. Endotel
Aqueous humor
Aqueous humor mengandung zat-zat gizi untuk kornea dan lensa, keduanya
tidak memiliki pasokan darah. Adanya pembuluh darah di kedua struktur ini
akan mengganggu lewatnya cahaya ke fotoreseptor.
Aqueous humor dibentuk dengan kecepatan 5 ml/hari oleh jaringan kapiler
di dalam korpus siliaris, turunan khusus lapisan koroid di sebelah anterior.
Cairan ini mengalir ke suatu saluran di tepi kornea dan akhirnya masuk ke
darah. kelebihan cairan akan tertimbun di rongga anterior dan
menyebabkan peningkatan tekanan intraokuler (di dalam mata). Keadaan
ini dikenal sebagai glaukoma.
Kelebihan aqueous humor akan mendorong lensa ke belakang ke dalam
vitreous humor, yang kemudian terdorong menekan lapisan saraf dalam
retina. Penekanan ini menyebabkan kerusakan retina dan saraf optikus
yang dapat menimbulkan kebutaan jika tidak diatasi
Lensa
Jaringan ini berasal dari ektoderm permukaan yang
berbentuk lensa di dalam bola mata dan bersifat
bening.
Lensa di dalam bola mata terletak di belakang iris
dan terdiri dari zat tembus cahaya (transparan)
berbentuk seperti cakram yang dapat menebal dan
menipis pada saat terjadinya akomodasi
Lensa berbentuk lempeng cakram bikonveks dan
terletak di dalam bilik mata belakang. Lensa akan
dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk
serat lensa di dalam kapsul lensa.
Badan vitreous
Badan vitreous menempati daerah mata di
balakang lensa.
Peranannya mengisi ruang untuk meneruskan
sinar dari lensa ke retina.
Kebeningan badan vitreous disebabkan tidak
terdapatnya pembuluh darah dan sel. Pada
pemeriksaan tidak terdapatnya kekeruhanbadan
vitreous akan memudahkan melihat bagian
retina pada pemeriksaan oftalmoskopi
Panjang bola mata
Panjang bola mata menentukan keseimbangan dalam
pembiasan.
Bila terdapat kelainan pembiasan sinar oleh karena
kornea (mendatar atau cembung) atau adanya
perubahan panjang (lebih panjang atau lebih pendek)
bola mata, maka sinar normal tidak dapat terfokus
pada mekula.
Keadaan ini disebut sebagai ametropia yang dapat
berupa miopia, hipermetropia, atau astigmatisma
Fisiologi Refraksi
Refraksi adalah perubahan arah dari suatu gelombang ketika
melewati media yang berbeda indeks biasnya
Refraksi pembelokan berkas cahaya terjadi ketika berkas
cahaya berpindah dari satu medium dengan kepadatan tertentu
ke medium dengan kepadatan yang berbeda
Sedangkan cahaya adalah suatu bentuk radiasi elektromagnetik
yang terdiri dari foton yang berjalan menurut cara gelombang.
Foto reseptor mata hanya peka terhadap panjang gelombang
400-700 nm
Berkas-berkas cahaya divergen yang mencapai mata harus
difokuskan kembali ke sebuah titik peka cahaya di retina
Ketika suatu berkas cahaya masuk ke medium dengan densitas
tinggi, cahaya tersebut melambat (begitupun sebaliknya)
Fisiologi Media Refraksi
Dua faktor yang berperan penting dalam derajat refraksi:
Densitas komparatif antara dua media (semakin besar perbedaan densitas,
semakin besar derajat pembelokan)
Sudut jatuhnya berkas di medium kedua (semakin besar sudut semakin besar
pembiasan)
Dua struktur paling penting dalam kemampuan refraktif mata adalah kornea
dan lensa
Kelengkungan kornea berperan dalam refraksi total karena perbedaan lensa
dan cairan. Kemampuan refraksi lensa dapat diubah dengan mekanisme
akomodasi
Pada kornea, cahaya yang masuk akan melewati media refraksi yang berbeda,
sehingga cahaya terkumpul dan diteruskan ke lensa lewat pupil yang lebarnya
diatur oleh iris.
Berkas cahaya yang melewati lensa dibiaskan kembali untik mencapai fokus
yang maksimak dengan daya akomodasi lensa sehingga fokus berkas dapat
jatuh di retina
Fisiologi Media Refraksi
Pemeriksaan Visus
Visus atau visual acuity (VA) merupakan
salah satu ukuran dari ambang
penglihatan.
VA menggambarkan kemampuan
seseorang untuk melihat dan
mengidentifikasi suatu objek serta untuk
melihat fungsi penglihatan seseorang.
Pemeriksaan Visus Dasar
Snellen chart yaitu kartu bertuliskan
beberapa huruf dengan ukuran yang
berbeda untuk pasien yang bisa
membaca.
E chart yaitu kartu yang bertuliskan
huruf E, tetapi arah kakinya berbeda-
beda.
Cincin Landolt => Kartu dengan tulisan
berbentuk huruf 'c', tapi dengan arah
cincin yang berbeda-beda.
Kelainan Refraksi
Emetropia
Mata dengan sifat emetrop adalah
mata tanpa adanya kelainan refraksi
pembiasan sinar mata dan berfungsi
normal. Daya bias mata adalah normal,
dimana sinar jauh difokuskan sempurna
didaerah makula lutea tanpa bantuan
akomodasi
Kelainan Refraksi
Ametropia
Dalam bahasa yunani ametros berarti tidak sebanding
atau seimbang, ops berarti mata. Dikenal beberapa bentuk:
Ametropia aksial : terjadi akibat sumbu bola mata lebih panjang
atau lebih pendek sehingga bayangan benda difokuskan didepan
atau dibelakang retina
Ametropia refraktif : terjadi akibat kelainan sistem pembiasan
sinar dalam mata. Bila daya bias kuat maka bayangan benda
terletak didepan retina (miopia) atau bila daya bias kurang maka
bayangan benda akan terletak dibelakang retina (hipermetropia
refraktif)
Kelainan Refraksi
Yang termasuk dalam ametropia:
Miopia Miopia
Hipermetropia
Astigmatism
Kelainan
Presbiopi Hipermetropia
Refraksi
Astigmatism
Presbiopia
Presbiopia merupakan gangguan akomodasi
pada usia lanjut yang dapat terjadi akibat
kelemahan otot akomodasi dan lensa mata
tidak kenyal atau berkurang elastisitasnya
akibat sklerosis lensa
Presbiopia
Gejala Klinik Presbiopia
Keluhan pasien berupa mata lelah,berair, dan sering panas
setelah membaca
Penatalaksanaan Presbiopia
Pada pasien presbiopi, kacamata atau addisi diperlukan
untuk membaca dekat yang berkekuatan tertentu,
biasanya:
o +1,0 D untuk usia 40 tahun
o +1,5 D untuk usia 45 tahun
o +2,0 D untuk usia 50 tahun
o +2,5 D untuk usia 55 tahun
o +3,0 D untuk usia 60 tahun
Karena jarak baca biasanya 33cm maka addisi +3,0
dioptri adalah lensa positif terkuat yang dapat diberikan
pada seseorang, pada keadaan ini mata tidak melakukan
akomodasi bila membaca pada jarak 33 cm
Hipermetropia
Keadaan mata tak berakomodasi yang
memfokuskan bayangan dibelakang retina .
Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya
panjang sumbu atau menurunnya indeks
refraksi
Hipermetropi berdasarkan etiologi:
Hipermetropi aksial
Hipermetropi kurvatur
Hipermetropi refraktif
Bentuk Hipermetropia
Hipermetropia
Hipermetropia Hipermetropia
fisiologi ringan
Hipermetropia Hipermetropia
patologis sedang
Hipermetropia
berat
Manifestasi Klinik Hipermetropia
Manifestasi klinik:
Gejala subyektif
Penglihatan kabur bila melihat dekat
dan jauh
Astenopia akomodativa : sakit kepala,
mata cepat lelah, cepat mengantuk
sesudah membaca dan menullis
Gejala obyektif
Terjadi strabismus
COA dangkal, karena hipertofi otot-
otot siliaris
Ambliopia pada mata yang tanpa
akomodasi; tidak pernah melihat
obyek dengan baik
Diagnosis Hipermetropia
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik
Visus dasar dengan snellen
chart, visus dengan pinhole
Refraksi subyektif dengan
cara trial and error
3. Pemeriksaan penunjang
Funduskopi
Refraktometer
Tatalaksana Hipermetropia
Non bedah
Koreksi dengan lensa sferis terbesar yang
memberikan visus terbaik dan dapat
melihat dekat tanpa kelelahan
Tidak diperlukan lensa sferis positif pada
hipermetropia ringan, tidak ada
astenopia akomodatif, tidak ada
strabismus
Bedah
LASIK (Laser in situ keratomileusis)
LASEK (Laser sebepithelial keratomileusis)
PRK
Komplikasi Hipermetropia
Strabismus (Esotropia)
Glaukoma sekunder
Miopia
Miopia terjadi jika kornea (terlalu cembung)
dan lensa (kecembungan kuat) berkekuatan
lebih atau bola mata terlalu panjang sehingga
titik fokus sinar yang dibiaskan akan terletak di
depan retina.
Jenis Miopia
Miopia refraktif
Kurvatura kornea atau lensa lebih kuat dari normal (kornea terlalu
cembung atau lensa mempunyai kecembungan yang lebih kuat)
Miopia aksial
Miopia Indeks
Indeks bias mata lebih tinggi dari normal, misalnya pada diabetes
mellitus