SPEKTROSKOPI MOLEKUL
GELOMBANG MIKRO
Widajanti Wibowo
2. Spektroskopi Gelombang Mikro
2.1. Rotasi molekul
Rotasi sebuah benda tiga dimensi mungkin cukup kompleks, sehingga untuk
mudahnya, rotasi molekul diuraikan dalam komponen-komponen rotasinya
dalam arah yang saling tegak lurus lewat pusat gravitasi, sebagai sumbu-
sumbu rotasi utama
II = SI mI rI2
Moment of inertia (I), also called mass moment of inertia or the angular
mass, is a measure of an object's resistance to changes in its rotation rate. It
is the rotational analog of mass.
4
Molekul dapat dikelompokkan sesuai dengan nilai relatif dari ketiga momen
inersia utama :
1. IC = IB , I A = 0 Linear molecules
2. IC = IB = IA Spherical top
3. IC = IB > IA Prolate symmetric top
4. IC > IB = IA Oblate symmetric top
5. IC > IB > IA Asymmetric top
- molekul linier, dimana semua atomnya berada pada satu garis lurus
5
Molekul linier:
IC = IB , IA = 0
Other examples:
HCl
CO2
HCCH
HCCCCCCH
LiF
IC = IB = IA
Spherical top
8
Prolate Symmetric Top
Molecules
IC = IB > IA
Prolate symmetric top
9
Oblate Symmetric Top
Molecules
IC > IB = IA
Oblate symmetric top
10
Asymmetric Top Molecules
Most of the molecules are
asymmetric top.
IC > IB > IA
Asymmetric top
11
molekul asimetri atas (asymmetric top), bila IA IB IC
Metanal (formaldehida)
H2 O
2.2. Spektra Rotasi
Energi rotasi, seperti juga bentuk lain dari energi molekul adalah
terkuantisasi, artinya molekul hanya dapat memiliki nilai-nilai energi
tertentu
Nilai-nilai energi yang diperbolehkan, yaitu tingkatan-tingkatan energi, yang
pada prinsipnya dapat dihitung dengan penyelesaian persamaan Schrdinger
Y(,) = EY(,)
dimana
The Rigid Rotor
J EJ
3 10B
2 6B
(2J+1) fold
degeneracy!
1 2B
0 0
2.3. Spektra Rotasi Molekul Diatomik
1. Molekul diatomik yang rigid (kaku), dimana 2 massa m1 dan m2
dihubungkan dengan balok kaku dengan panjang r0 = r1 + r2
Molekul berotasi melalui ujung-ujung pada titik C, yaitu pusat gravitasi :
r2 r1
m2
m1
R
Dengan menggunakan persamaan Schrdinger, tingkatan energi rotasi untuk
molekul diatomik yang rigid adalah :
h2
E J 2 J(J 1) Joule
8 I
dimana J = 0, 1, 2, adalah bilangan kuantum rotasi
I = momen inersia
Spektra yang terbentuk berhubungan dengan frekuensi radiasi yang
diemisikan atau diabsorpsi, sebagai akibat dari perbedaan antara tingkatan
energi :
E E
Hz atau cm-1
h hc
Tingkatan energi rotasi dalam satuan bilangan gelombang adalah :
EJ h
J 2 J(J 1) cm-1 (J = 0, 1, 2, )
hc 8 Ic
dimana c adalah laju sinar dalam satuan cm det-1
Persamaan ini sering disingkat menjadi : J = B J (J+1) cm-1
h
dengan B cm-1, adalah tetapan rotasi
8 2 I B c
Diagram tingkatan-tingkatan energi yang diperbolehkan adalah :
Pembentukan spektrum menyangkut perbedaan antara tingkatan-tingkatan
energi. Bila sebuah molekul berada pada keadaan dasar rotasi, J = 0 (dimana
tidak terjadi rotasi), kemudian mengabsorpsi radiasi sehingga berada pada
keadaan J = 1, maka energi yang diabsorpsi adalah :
J1 J0 2B 0 2B cm-1
J1J2 J2 J1 6B 2B 4B cm-1
Secara umum untuk eksitasi molekul dari keadaan J ke keadaan J+1,
diperoleh :
Transisi dapat terjadi dari sebuah tingkatan energi tertentu ke tingkatan energi
didekatnya dengan aturan seleksi : J = 1.
Semua transisi yang lain dilarang secara spektroskopi, seperti transisi J=0
J=2 J=4
2. Intensitas garis spektra.
Meskipun probabilitas dari perubahan dengan J = 1 adalah hampir sama,
tetapi tidak berarti bahwa semua garis pada spektra muncul dengan
intensitas yang sama, karena akan ada jumlah molekul yang berbeda pada
masing-masing tingkatan energi.
Faktor pertama yang menentukan populasi pada tiap tingkatan energi adalah
distribusi Boltzmann :
- energi rotasi pada tingkatan energi paling rendah adalah nol karena J=0 dan
mempunyai N0 molekul
- jumlah molekul pada tingkatan yang lebih tinggi diberikan sebagai :
NJ EJ BhcJ(J 1)
exp exp
N0 kT kT
Intensities
10
B 14B
2B 4B 6B 8B 12B 16B
Depends on initial
populations!
Population of levels
kT 1
Maksimum populasi pada : J max
2hcB 2
3. Efek substitusi isotopik.
Bila sebuah atom tertentu dalam sebuah molekul diganti dengan isotopnya,
maka pada prinsipnya jarak antar inti tidak berubah dengan berarti
Karena total massa berubah, maka momen inersia dan nilai B molekul
menjadi berubah
Contoh : dari 12C16O menjadi 13C16O, maka ada pertambahan massa dan nilai
B menjadi berkurang, B>B
38
Ikatan bersifat elastis sampai keadaan tertentu dan panjang ikatan bertambah
dengan bertambahnya nilai J merefleksikan kenyataan bahwa makin cepat
sebuah molekul diatomik berotasi, maka makin besar gaya sentrifugal yang
cenderung menyebabkan atom-atom terpisah.
Elastisitas ikatan dapat dikuantisasi dari spektra rotasi dan harus dipikirkan 2
dari konsekuensinya, yaitu :
- bila ikatan bersifat elastis, maka ikatan akan mulur dan terkompresi secara
periodik dengan frekuensi dasar tertentu, yang tergantung pada massa atom
dan elastisitas ikatan (tetapan gaya). Untuk gerakan harmonis sederhana,
pendekatan yang paling baik untuk tetapan gaya adalah :
k 42 w 2 c 2m
w adalah frekuensi vibrasi (cm-1)
- Berubahnya B dengan J ditentukan oleh konstanta gaya, yaitu makin lemah
ikatan, maka distorsi segera terjadi karena gaya sentrifugal, sehingga akibat
kedua dari elastisitas adalah beubahnya besaran r dan B selama vibrasi :
h h 1
B B
8 2 Ic 8 2 cmr 2 r2
Nilai rata-rata 1/r2 tidak sama dengan 1/re2 dimana re adalah jarak
keseimbangan.
h2 h4
E J 2 J(J 1) J 2
( J 1) 2 Joule
8 I 32 4 I 2 r 2 k
EJ
atau J BJ(J 1) DJ 2 (J 1) 2 cm-1 dan
hc
h3
D
32 4 I 2 r 2 kc
dimana D = konstanta distorsi sentrifugal dan merupakan besaran yang
positif.
Persamaan di atas hanya berlaku untuk medan gaya harmonis sederhana,
bila medan gaya tidak harmonis, maka :
16B3 2 mc 2 4B3
D 2
k w
dimana w adalah frekuensi vibrasi dari pada ikatan dan k sesuai persamaan :
k 42 w 2 c 2m
Aturan seleksinya tetap : J = 1 dan transisinya dinyatakan sebagai :
keseimbangan momen : mO rO + mC rC = mS rS
momen inersia : I = mO rO2 + mC rc2 + mS rS2
persamaan lain : rO = rCO + rC dan rS = rCS rC
dimana rCO dan rCS adalah panjang ikatan molekul, sehingga momen inersia :
m O rCO mS rCS 2
I 2
m O rCO m S rCS
2
M
dimana M = total massa molekul
Panjang ikatan rCO dan rCS dapat diperoleh dengan substitusi isotopik, bila
diandaikan panjang ikatan tidak berubah, sehingga untuk molekul isotop
18OCS :
I' mO'rCO
2
mSrCS
2
mO 'rCO mSrCS 2
M'
E J ,K
J ,K BJ(J 1) A BK 2 cm-1
hc
dengan B = h/82cIB dan A = h/82cIA
Aturan seleksi untuk molekul simetri atas :
J = 1 dan K = 0
J+1, K J, K = J, K
= B (J+1) (J+2) + (A-B) K2 [BJ (J+1) + (A-B) K2]
= 2 B (J+1) cm-1
Jadi spektrum tidak tergantung pada K dan perubahan rotasi terhadap sumbu
simetri tidak meningkatkan spektrum rotasi.
Rotasi terhadap sumbu simetri tidak mengubah momen dipol yang tegak
lurus terhadap sumbu, sehingga rotasi tidak berinteraksi dengan radiasi.
Spektrumnya sama untuk molekul yang linier dan hanya ada 1 momen
inersia (rotasi ujung-ujung).
Tingkatan energi rotasi molekul simetri atas prolate dan oblate :
Untuk setiap nilai K terdapat satu tumpukan tingkatan energi J, yang mirip
dengan molekul diatomik, kecuali bahwa pada tingkatan energi yang paling
rendah pada setiap tumpukan J = K.
Perbedaan utama antara molekul simetri atas prolate dan oblate adalah pada
nilai tertentu J, tingkatan energi molekul prolate menyebar (diverge),
sedangkan molekul oblate mengumpul (converge). Hal ini disebabkan oleh
nilai (A-B) yang positif untuk molekul prolate dan negatif untuk molekul
oblate.
Analisis kimia dengan spektroskopi gelombang mikro
Secara efektif, terbatas untuk sampel berupa gas
Meskipun spektrum gelombang mikro suatu zat terdiri dari banyak garis-
garis, tetapi sangat tajam dan posisinya dapat ditentukan dengan sangat
tepat. Dibutuhkan hanya beberapa data untuk dibandingkan dengan data
dari tabel.
Dapat digunakan untuk analisis kuantitatif, sebab intensitas garis
menunjukkan jumlah zat yang ada
Karena momen inersia untuk keseluruhan molekul, maka teknik ini akan
menunjukkan perbedaan bila ada perbedaan pada momen inersia, seperti
efek isotop
Banyak digunakan untuk analisis kimia molekul stabil sederhanan yang
terdapat di ruang angkasa
Oven gelombang mikro, dimana hanya molekul-molekul air yang
mengabsorpsi radiasi dan tereksitasi ke tingkatan energi rotasi yang lebih
tinggi. Pemanasan makanan dengan oven microwave terjadi secara
internal, yaitu melalui molekul air di keseluruhan bulk makanan, sehingga
waktu pemasakan menjadi jauh lebih cepat.
Problems ch 2
Useful constant: h = 6.626 x 10-34 Js; k = 1.381 x 10-23 JK-1; c = 2.998 x
108 ms-1;
Atomic masses (in kg): 1H= 1.673 x 10-27; 2D = 3.344 x 10-27; 19F =
31.55 x 10-27; 35Cl = 58.06 x 10-27; 37Cl = 61.38 x 10-27; 79Br = 131.03
x 10-27; 127I = 210.7 x 10-27
2.1. Which of the following molecules will show a microwave rotational
spectrum:
H2, HCl, CH4, CH3Cl, CH2CL2, H2O, SF6
2.2 The rotational spectrum of 79Br19F shows a series of equidistant
lines of 0.71433 cm-1 apart. Calculate the rotational constant, B, and
hence the moment of inertia and bond length of the molecule.
Determine the wavenumber of the J = 9 J = 10 transition, and
find which transition gives rise to the most intense spectral line at
room temperature (say 300K). Calculate the number of revolutions
per second which the BrF molecule undergoes when in (a) the J = 0
state, (b) the J = 1 state, and (c) the J = 10 state.
3. The rotational constant for H35Cl is observed to be 10.5909 cm-1.
What are the values of B for H37Cl and for 2D35Cl?