Anda di halaman 1dari 51

Meet The Expert

Preseptor :
dr. Yaskur Syarif, Sp.M

Oleh:
Andra Yuliandi
Rizki Ismi Arsyad
Ikhsan Nurul Huda

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS


2016
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Katarak adalah kekeruhan yang terjadi pada lensa yang
menyebabkan turunnya tajam penglihatan dengan atau
tanpa gangguan fungsional pada pasien (AOA, 2010).
Katarak lensa yang keruh cahaya sulit mencapai
retina menghasilkan bayangan yang kabur pada
retina penderita tidak bisa melihat dengan jelas
Katarak senilis adalah katarak yang terjadi
pada usia lanjut yang diawali dengan
terjadinya kekeruhan pada lensa, kemudian
terjadi pembengkakan pada lensa dan diakhiri
dengan hilangnya transparansi dari lensa
(AAO, 2014-2015).
Epidemiologi
Katarak penyebab utama kebutaan yang dapat
dicegah
> 1,8 juta prosedur katarak dilakukan pada populasi >
65 tahun di Amerika Serikat per tahun
> 8 juta kasus kecacatan visual terkait dengan
pembentukan katarak
Prevalensi katarak pada individu > 65 tahun 50%
Meningkat pada individu > 75 tahun 70%
Etiologi dan Patofisiologi
Sangat kompleks dan belum sepenuhnya
dipahami
Patogenesis multifaktorial: interaksi kompleks
antara berbagai proses fisiologis
1. Usia: - mempengaruhi lensa dan
ketebalannya & daya akomodasi
- perubahan secara kimia & proteolitik dari kristalin (protein
lensa) massa molekular protein agregat
Protein agregat meluas fluktuasi dan mengubah
indeks refraksi lensa penglihatan silau dan
mengurangi transparansi lensa

Perubahan kimia protein nukleus mengubah warna


lensa menjadi lebih kuning atau coklat

konsentrasi glutation dan pottasium dan

konsentrasi sodium dan kalsium pada sitoplasma


lensa.

Patogenesis katarak banyak dan belum dimengerti


sepenuhnya (AAO, 2015).
Klasifikasi
Katarak senilis dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe utama:
1. Katarak Nuclear
Katarak Nuclear: sklerosis & penguningan yang berlebihan
pada lensa.
usia: secara fisiologis lensa memang mengalami
sclerosis dan penguningan, tapi tidak berpengaruh banyak
pada fungsi visual.
Apabila sclerosis dan penguningan >> disebut katarak nuclear
Cara mengevaluasi katarak nuclear:
- menggunakan slit lamp biomicroscope dan
dengan memeriksa refleks warna merah
dengan dilatasi pupil.

Ciri-ciri katarak nuclear:

- perkembangannya lambat
- biasa bilateral dan mungkin asimetris

- menyebabkan penurunan penglihatan jauh dibandingkan


penglihatan dekat
Pada stadium awal: karena proses pengerasan
dari nucleus lensa, seringkali terjadi peningkatan
indeks refraksi lensa yang berakibat terjadi
myopic shift pada refraksi (myopia lentikuler).
Pada beberapa kasus, myopc shift dapat
membuat orang-orang dengan presbiopi dapat
membaca dengan kacamata, kondisi ini disebut
juga sebagai second sight (penglihatan sekunder)
(Vaughan, 2000).
Gambar 2.1 Katarak Nuclear
2. Katarak Kortikal
- Terjadi perubahan komposisi ion dari korteks lensa
serta komposisi air dari serat-serat pembentuk lensa
- Terbentuk kekeruhan berbentuk baji yang menyebar
dari pinggir lensa ke tengah
- Pemeriksaan menggunakan biomikroskop slitlamp akan
mendapatkan gambaran vakuola, degenerasi hidropik
serabut lensa, serta pemisahan lamela kortek anterior
atau posterior oleh air (Vaughan, 2000).
Gambar 2.2 Katarak Kortikal
3. Katarak Subkapsular Posterior
- Sering terjadi pada pasien dengan usia muda dari katarak
kortikal dan nuclear
- Lokasi: di lapisan kortikal posterior dan biasanya axial
- Pasien sering mengeluh silau dan penglihatan yang jelek
pada kondisi cahaya tertutup
- Tajam penglihatan dekat > dibandingkan tajam
penglihatan jauh
- Monocular diplopia
- Pemeriksaan terbaik: menggunakan slit-lamp dalam kondisi
pupil dilatasi
Gambar 2.3 Katarak Subsapsular
Manifestasi klinis
Katarak senilis secara klinik dikenal dalam 4
stadium:
a. Katarak Insipien
Kekeruhan pada stadium ini terletak pada bagian
perifer korteks anterior dan posterior sehingga
menimbulkan keluhan poliopia karena indeks
refraksi bagian lensa yang berbeda-beda.
Pada stadium ini, tajam penglihatan penderita
biasanya masih baik dan bisa mencapai 6/6.
b. Katarak Imatur
Kekeruhan pada katarak imatur lebih tebal dan luas >
katarak insipien, akan tetapi masih ada bagian lensa
yang jernih.
Akan dapat bertambah volume lensa akibat
meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang
degeneratif.
Pada keadaan lensa mencembung akan dapat
menimbulkan hambatan pupil, sehingga terjadi
glaukoma sekunder.
Pada stadium ini dapat terjadi miopisasi dan
glaukoma sekunder karena terjadi intumesensi
lensa. Tajam penglihatan bisa menurun
hingga1/60
c. Katarak matur
Pada stadium ini, seluruh bagian korteks lensa
mengalami kekeruhan.
Lensa kembali mengecil karena air keluar bersama
hasil disintegrasi keluarnya air akan
mengembalikan iris pada posisi semula
kedalaman camera oculi anterior menjadi normal.
Penglihatan memburuk pada stadium ini,
terkadang hanya bisa membedakan gelap dan terang.
d. Katarak hipermatur
Katarak hipermatur ditandai dengan protein
kortikal yang mencair dan keluar melalui
kapsul lensa sehingga kapsul akan menyusut,
mengerut dan berwarna kuning. Pencairan
protein kortek yang terus menerus nukleus
mengapung bebas didalam kantong kapsul,
keadaan ini disebut sebagai katarak Morgagni.
Tabel 2.1 Perbedaan Stadium Katarak Senilis (Ilyas, 2008).

Pembeda Insipien Imatur Matur Hipermatur

Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif

Cairan Lensa Normal Bertambah (air Normal Berkurang

masuk) (air+ massa lensa

keluar)

Iris Normal Terdorong Normal Tremulans

Bilik Mata Depan Normal Dangkal Normal Dalam

Sudut Bilik Mata Normal Sempit Normal Terbuka

Shadow Test Negatif Positif Negatif Pseudopos

Penyulit - Glaukoma - Uveitis + Galukoma


Diagnosis Katarak Senilis

Diagnosis katarak senilis dibuat berdasarkan anamnesis


dan pemeriksaan fisik mata serta pemeriksaan
penunjang
1. Anamnesis
Penurunan ketajaman penglihatan secara progresif
(gejala utama katarak).
Mata tidak sakit, gatal, atau merah (kecuali pada
katarak traumatik).
Penglihatan seperti berkabut, berasap, tertutup film.
Perubahan daya lihat warna dan kontras sensitivitas.
Silau pada mata terutama saat mengendarai kendaraan
malam hari, lampu yang terang
Diplopia dan polypia
Baik melihat dekat pada pasien rabun dekat (hipermetropia).
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan visus.
Slit lamp
Tonometri
Ophtalmoscopy direct atau indirect.
3. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium diminta sebagai


bagian dari proses screening pra operasi
untuk mendeteksi penyakit yang menyertai,
seperti diabetes mellitus, hipertensi, dan
penyakit jantung
Stadium katarak senilis ditentukan berdasarkan
ketajaman penglihatan pasien.
Pada pemeriksaan slit lamp biasanya dijumpai keadaan
palpebra, konjungtiva, kornea, iris, pupil, dan COA
dalam keadaan normal.
Pada lensa pasien katarak, didapatkan lensa keruh.
Selanjutnya bisa dilakukan pemeriksaan shadow test
untuk menentukan stadium pada penyakit katarak
senilis.
Tatalaksana
Tatalaksana pada katarak adalah tindakan pembedahan
Pengobatan yang diberikan hanya memperlambat proses,
tetapi tidak menghentikan proses degenerasi lensa.
Kunci utama untuk membuat keputusan untuk melakukan
bedah katarak adalah adanya penurunan fungsi
penglihatan.
Indikasi medis nya seperti sudah terjadinya fakolitik
glaukoma, fakomorfik galukoma, fakoantigen uveitis dan
dislokasi lensa ke bilik mata depan
Pembedahan yang dapat digunakan untuk mengangkat lensa:4,5,9
1. ICCE ( Intra Capsular Cataract Extraction )
Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa
bersama kapsul.
Seluruh lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake dan
dipindahkan dari mata melalui incisi korneal superior yang lebar.
Sekarang metode ini hanya dilakukan hanya pada keadaan lensa
subluksatio dan dislokasi.
Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini: astigmatisme,
glaukoma, uveitis, endoftalmitis, dan perdarahan.
2. ECCE ( Extra Capsular Cataract Extraction )

Tindakan pembedahan pada lensa katarak


dimana dilakukan pengeluaran isi lensa dengan
memecah atau merobek kapsul lensa anterior
sehingga massa lensa dan kortek lensa dapat
keluar melalui robekan.

Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan


ini yaitu dapat terjadinya katarak sekunder.
Gambar 2.4 Teknik Extra Capular Cataract Extraction
3. Phakoemulsifikasi
Phakoemulsifikasi (phaco) maksudnya membongkar dan
memindahkan kristal lensa
Pada teknik ini diperlukan irisan sangat kecil (sekitar 2-3mm) di
kornea. Diperlukan getaran ultrasonic untuk menghancurkan
katarak mesin PHACO akan menyedot massa katarak yang telah
hancur sampai bersih sebuah lensa Intra Okular yang dapat
dilipat dimasukkan melalui irisan tersebut.
Karena incisi yang kecil maka tidak diperlukan jahitan, akan pulih
dengan sendirinya, yang memungkinkan pasien dapat dengan
cepat kembali melakukan aktivitas sehari-hari.
Perawatan Pasca Bedah
Jika digunakan teknik insisi kecil, maka penyembuhan pasca
operasi biasanya lebih pendek
Pasien dapat bebas rawat jalan pada hari itu juga,
dianjurkan untuk bergerak dengan hati-hati dan
menghindari peregangan atau mengangkat benda berat
selama sekitar satu bulan, olahraga berat jangan dilakukan
selama 2 bulan.
Mata dapat dibalut selama beberapa hari pertama pasca
operasi atau jika nyaman, balutan dapat dibuang pada hari
pertama pasca operasi dan matanya dilindungi dengan
kacamata atau dengan pelindung seharian.
Selain itu juga akan diberikan obat untuk:5

Mengurangi rasa sakit

Antibiotik mencegah infeksi,

Obat tetes mata streroid.

Obat yang mengandung steroid ini berguna untuk


mengurangi reaksi radang akibat tindakan bedah.

Obat tetes yang mengandung antibiotik untuk


mencegah infeksi pasca bedah.
Setelah pembedahan hal yang tidak boleh
dilakukan antara lain; menggosok mata,
membungkuk, menggendong yang berat,
membaca yang berlebihan dari biasanya,
mengedan keras sewaktu buang air besar,
berbaring ke sisi mata yang baru dibedah.
Komplikasi Katarak Senilis
Pada perjalanan katarak dapat terjadi penyulit. Yang
tersering adalah glaucoma, yang terjadi karena proses:4
a. Fakomorfik
Oleh karena proses intumesensi, iris terdorong ke depan,
sudut COA dangkal, aliran COA tidak lancar sedang
produksi terus berlangsung, sehingga tekanan intraokuler
meninggi dan menimbulkan glaucoma.
Pasien biasanya tampak mata merah, nyeri pada mata dan
riwayat penurunan penglihatan sebagai akibat
pembentukan katarak sebelum keadaan akut.
Kornea biasanya udem dan COA
dangkal.Tatalaksana awal termasuk penurunan
tekanan intraorbita dengan obat-obatan.

b. Fakolitik
Lensa yang keruh, jika kapsul menjadi rusak, substansi
lensa yang keluar akan diresorpsi oleh sebukan fagosit
atau makrofag yang banyak di COA, sebukan ini
sedemikian banyaknya sehingga dapat menyumbat
sudut COA dan menyebabkan glaucoma
Penyumbatan dapat terjadi pula oleh karena
substansi lensa sendiri yang menumpuk di sudut
COA, terutama bagian kapsul lensa, dan
menyebabkan eksfolasi glaukoma

c. Fakotoksik Partikel Lensa

Substansi lensa di COA merupakan zat yang


toksik bagi mata (protein asing) sehingga
terjadi reaksi alergi.
Selain glaucoma sekunder, terdapat penyulit
dislokasi lensa pada katarak stadium matur.
Stadium matur, yang didiamkan dapat terjadi
terlepasnya zonula zinii sehingga
menyebabkan dislokasi lensa yang juga
menyebabkan uveitis dan glaucoma.
BAB 3
DISKUSI
Pasien laki-laki berumur 80 tahun dengan keluhan utama
pasien adalah penglihatan kedua mata kabur secara perlahan-
lahan sejak 6 bulan yang lalu. Penyakit ini masuk dalam
kelompok penyakit visus turun perlahan tanpa mata merah.
Dari kelompok ini kemungkinan penyakit lainnya adalah
kelainan refraksi, katarak, glaukoma kronis serta kelainan
makula dan retina. Keluhan dirasakan semakin memberat
hingga mengganggu aktivitasnya. Pasien merasa lebih sulit
melihat benda-benda yang terletak jauh dibandingkan dengan
sebelumnya.
Pasien juga mengeluh pandangan berbayang pada kedua
mata seperti melihat awan atau asap. Gejala-gejala yang
dialami pasien ini sesuai dengan kepustakaan yang menuju
kearah katarak. Katarak merupakan kekeruhan pada lensa
sehingga mengakibatkan penurunan tajam penglihatan.
Tingkat kekaburan yang dialami pasien bervariasi
tergantung dari tingkat kekeruhan lensa. Lensa pasien
katarak akan semakin cembung akibat proses hidrasi
korteks, sehingga indeks refraksi berubah karena daya
biasnya bertambah dan mata menjadi myopia
Usia pasien yang lebih dari 50 tahun merupakan salah satu
penentu jenis katarak. Jenis katarak yang sesuai adalah katarak
senilis. Pasien mengaku memakai kacamata untuk membaca
dengan ukuran +3.00 pada mata kiri dan kanan, hal ini
menunjukan terdapatnya kelainan refraksi pada pasien ini,
ditinjau dari segi usia, pasien menderita presbiopia. Sebelumnya
pasien telah dikenal menderita glaukoma sejak tahun 2011 di
mata kiri kanan. Awalnya pasien mengeluh mata kiri dan kanan
semakin lama semakin kabur secara perlahan dan. Keluhan mata
merah, nyeri, berair, silau ketika melihat cahaya, sekret pada
kedua mata, tampak bayangan seperti awan, disangkal
Keluhan Nyeri kepala kadang-kadang dirasakan.
Kemudian dokter memberikan obat yaitu timol
ed 0,5% 2x1 dan Glaopen ed 1x1. Kemudian
pasien telah dilakukan operasi trabekulektomi
tahun 2013 pada mata kiri di rumah sakit
swasta. Dilakukan operasi trabekulektomi pada
mata kanan tanggal 29 januari 2016 di RSUP
M. Djamil Padang.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan visus pasien kurang dari 6/6,
terdapat kekeruhan pada kedua lensa yang jika disinari dengan
menggunakan senter pada kemiringan 45o menimbulkan bayangan
iris. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa
pada lensa normal yang tidak terdapat kekeruhan, sinar dapat
masuk kedalam mata tanpa ada yang dipantulkan. Jika kekeruhan
lensa hanya sebagian saja, maka sinar obliq yang mengenai bagian
yang keruh ini, akan dipantulkan lagi, sehingga pada pemeriksaan,
terlihat dipupil, ada daerah yang terang sebagai reflek pemantulan
cahaya pada daerah lensa yang keruh dan daerah yang gelap,
akibat bayangan iris pada bagian lensa yang keruh.
Keadaan ini disebut bayangan iris (+).
Pada pemeriksaan opthalmologi, tidak ditemukan
adanya hiperemi pada konjungtiva serta rasa nyeri
pada mata (-). Pada funduskopi, didapatkan reflex
fundus yang (+), Adanya bayangan iris mengarah
kepada katarak senilis imatur.
Dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik, didapatkan
diagnosis yang sesuai adalah katarak senilis imatur.
Usulan pemeriksaan yang dilakukan pada pasien ini
adalah pemeriksaan funduskopi dan slit lamp untuk
lebih memastikan kekeruhan yang terjadi pada lensa
dan segmen posterior bola mata serta menilai keadaan
retina pasien.
Penatalaksanaan pada katarak imatur adalah
penggunaan kaca mata sehingga pasien mampu
beraktivitas dengan baik. Namun jika hal ini masih
dirasa mengganggu oleh pasien, dapat dilakukan
ekstraksi lensa. Ekstraksi lensa dapat dilakukan dengan
metode ECCE atau Fakoemulsifikasi.
Dimana pemilihan teknik operasi ini juga diserahkan
pada pasien, namun sebelumnya kita harus
memberikan edukasi mengenai kelebihan ataupun
kekurangan dari masing-masing teknik tersebut. Pada
ECCE, pembedahan yang dilakukan lebih lebar
dibandingkan dengan teknik fakoemulsifikasi sehingga
proses penyembuhan akan berlangsung lebih lama dan
kemungkinan terjadinya astigmatisma juga lebih besar.
Sementara teknik fakoemulsifikasi memiliki komplikasi
astigmatisma yang lebih kecil hanya saja biayanya lebih
mahal dibandingkan dengan ECCE.
Prognosis pada pasien ini buruk. Hal ini
didasarkan dengan usia pasien yang sudah tua
dan pasien juga mengalami penyakit glaukoma .
Fakomorfik dapat terjadi karena proses
intumesensi, iris terdorong ke depan, sudut COA
dangkal, aliran COA tidak lancar sedang produksi
terus berlangsung, sehingga tekanan intraokuler
meninggi dan menimbulkan glaucoma. Hal ini
dapat memperberat peglihatan
Daftar Pustaka
1. American Optometric Association. Care of the Adult
Patient in Cataract. 2010.
2. American Academy of Opthalmology. Lens and Cataract.
Section 11. San Fransisco: MD Association, 2014-2015.
3. WHO. Priority Eye Disease. Diakses dari
http://who.int/blindness/causes/ priority/indek1.html
4. Vaughan DG, Asbury T. Lensa. Dalam buku Oftalmologi
Umum edisi 14. Alih Bahasa Tambajong J, Pendit UB.
Widya Medika : Jakarta. 2000; hal 175-7, 183-4
5. American Academy of Opthalmology. Lens and Cataract.
Section 11. San Fransisco: MD Association, 2011-2012.
6. Ilyas, Sidarta, Ilmu Penyakit Mata, Edisi ke-3, Balai Penerbit
FKUI, Jakarta, 2008: 34,200-11
7. Liao Shuh-Bin, Ku Wan-Chen. Progression of
diabetic retinopathy after phacoemulsification
in diabetic patients: a three year analysis. Chang
Gung MedJ.2003;26(11):829-832.
8. Zaczek A, Olivestedt G and Zetterstrom C.
Visual Outcome After Phacoemulsification and
IOL Implantation. Br J
Ophthalmol.1999;83:1036-41.
9. Ocampo Jr, Vicente VD. Senile Cataract. 2012.
Diakses dari
http://emedicine.medscape.com/article/121091
4-overview
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai