Anda di halaman 1dari 60

Oleh :

dr. Lia Trisetiany


Status Pasien
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. N
Umur : 32 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Peninjauhan Rt. 02, Jambi
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Pendidikan Terakhir : SMA
Status Perkawinan : Menikah
Jumlah anak/saudara : Jumlah anak 2 orang
Status ekonomi keluarga : Cukup
Tanggal MRS : 19 Juli 2017
Anamnesis
Alloanamnesis tanggal 20 Juli 2017

Keluhan Utama
Nyeri dan sulit menelan sejak 3 hari SMRS.

Keluhan Tambahan
Kaku pada mulut, air liur yang berlebihan, dan badan
terasa demam.
Riwayat Perjalanan Penyakit
Nyeri dan sulit menelan sejak 3 hari yang lalu
Rasa mengganjal di tenggorokan, nafas bau, kaku saat
membuka mulut, air liur , dan nafsu makan
Badan terasa lemas dan demam
Mual dan perut terasa kembung
Nyeri pada telinga dan gusi disangkal, akar gigi yang
tidak dicabut disangkal
BAB dan BAK tidak ada keluhan
Riwayat Pengobatan
Pasien tidak pernah berobat ke dokter untuk
mengatasi keluhannya
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama 6 bulan
yang lalu
Riwayat tonsilitis tidak diketahui
Riwayat hipertensi (-)
Riwayat diabetes mellitus (-)
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan
yang sama seperti pasien
Hal-Hal Penting
PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran : compos mentis
Pernapasan
Frekuensi : 20x/menit
Irama : reguler
Tipe : thorakoabdominal
Suhu : 39.0 C
Nadi : 92 x/menit
TD : 130/80 mmHg
Tinggi badan: 160 cm
Berat badan : < 50 Kg
Kulit
Turgor : baik
Lembab / kering : lembab
Lapisan lemak: ada
Pemeriksaan Telinga
Pemeriksaan Hidung
Pemeriksaan Mulut
Pemeriksaan Faring
Pemeriksaan KGB Leher
Pemeriksaan N. Craniales
Pemeriksaan Abdomen
Pemeriksaan Penunjang
Darah Rutin
Ro STL AP/Lateral
Ro Panoramic
Diagnosis
Abses Peritonsil Sinistra
Tonsilofaringitis akut
Sindrom Dispepsia

Diagnosis Banding
Abses Submandibula
Abses Parafaring
Abses Retrofaring
Tatalaksana
Diagnostik
Teknik aspirasi menggunakan jarum pus (+)

Terapi
Non Medikamentosa :
Diet makan lunak
Menjaga kebersihan mulut
Medikamentosa :
IVFD D5% 500 cc + 2x30 mg keterolac 20 tpm (hari I)
IVF RL 500 cc + 2x30 mg keterolac 20 tpm (hari II)
Antibiotik kombinasi : Cefotaxime 1 gr/12 jam IV
Metronidazole 500 mg/8 jam IV
Sanmol infus 3x1 g/100 ml (jika perlu)
Inj. Omeprazole 1x40 mg IV
Inj. Ondansetron 3x8 mg IV
Obat kumur antiseptik 3x/hari
Aspirasi Abses
Tempat paling bomban/fluktuatif pus (+) sebanyak
3 cc

Insisi dan Drainase Abses


Saran : Tindakan operatif (setelah infeksi teratasi)
tonsilektomi

Monitoring : Keluhan pasien, pemeriksaan fisik mulut, tonsil, faring,


luka insisi

KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi)


Menjelaskan mengenai penyakit pasien, termasuk faktor yang
memperberat penyakit pasien
Menjelaskan kepada pasien mengenai tujuan dan manfaat dari
pengobatan yang diberikan kepada pasien.
Menjelaskan kepada pasien mengenai kesehatan gigi dan mulut sangat
penting agar penyakit lain tidak terjadi dan berulang.
Menjelaskan tentang tindakan tonsilektomi yang sebaiknya dilakukan
pada pasien agar penyakitnya tidak berulang.
Menyarankan pasien untuk makan makanan yang lembut dan
menyarankan pasien untuk tetap menjaga higienitas mulut.
Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
Follow Up
Pasien masuk via IGD RS Baiturahim tanggal
19/07/2017 dengan diagnosa Hiperpireksia ec Tonsilitis
Akut T3-T3.
Pasien di rawat di ruang perawatan dengan status
pasien BPJS kelas III.

DPJP : dr. Elfiani, Sp.PD.FINASIM


dr. Yulianti, Sp. THT-KL
19/07/2017
S O A P
kaku membuka TD = 130/80 Suspek abses IVFD D5% 500 cc
mulut (+), nyeri Nadi = 100x/i submandibula + 2x30 mg
menelan (+), RR = 20x/i Sindrom ketorolak 20
hipersalivasi (+), T = 40,0oC dispepsia gtt/menit
bau pernafasan Pemeriksaan fisik Antibiotik :
(+), demam (+), organ dalam Dd/ Cefotaxime 1 gr/12
mual (+), muntah batas normal Tonsilofaringitis jam IV
(-) Pemeriksaan fisik Metronidazole
THT belum 500 mg/8 jam IV
dilakukan Inj. Omeprazole
1x40 mg IV
Inj. Ondansetron
3x8 mg IV
Sanmol infus (jika
perlu)
Diet makan lunak
20/07/2017
S O A P
kaku membuka TD = 130/80 Abses peritonsil Aspirasi pus
mulut (+), nyeri Nadi = 92x/i sinistra Insisi dan drainase
menelan (+), RR = 20x/i T Tonsilofaringitis abses
hipersalivasi (+), = 39,0oC Sindrom IVFD RL 500 cc +
bau pernafasan (+), Pemeriksaan fisik dispepsia 2x30 mg ketorolak
demam (+), mual Abdomen : 20 gtt/menit
(+) Hipertimpati (+) Antibiotik :
Pemeriksaan fisik Cefotaxime 1 gr/12
Mulut dan faring : jam IV
Metronidazole 500
mg/8 jam IV
Inj. Omeprazole
1x40 mg IV
Inj. Ondansetron
3x8 mg IV
Sanmol infus (jika
perlu)
Obat kumur
antiseptik 3x/hari
Diet makan lunak
21/07/2017
S O A P
kaku membuka TD = 120/80 Abses peritonsil IVFD RL 500 cc +
mulut (+) Nadi = 80x/i sinistra post insisi 2x30 mg ketorolak
berkurang, nyeri RR = 20x/i hari ke II 20 gtt/menit
menelan (+) T = 36,8oC Tonsilofaringitis Antibiotik :
berkurang, nyeri Pemeriksaan fisik Sindrom Cefotaxime 1 gr/12
luka insisi (+) Mulut dan faring : dispepsia jam IV
berkurang, Metronidazole 500
hipersalivasi (+), mg/8 jam IV
mual (+) Inj. Omeprazole
1x40 mg IV
Inj. Ondansetron
3x8 mg IV
Sanmol infus (jika
perlu)
Obat kumur
antiseptik 3x/hari
Diet makan lunak
22/07/2017 (Pasien BLPL)
S O A P
hipersalivasi (+) TD = 120/80 Abses peritonsil Paracetamol tab
Nadi = 80x/i sinistra post insisi 3x500 mg
RR = 20x/i hari ke III Omeprazole cap 2
T = 36,3oC Sindrom x 20 mg
Pemeriksaan fisik dispepsia Obat kumur
Mulut dan faring : antiseptik 3x/hari

Saran : Perawatan
ke dokter gigi,
tindakan operatif
tonsilektomi
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI
Tonsil palatina merupakan dua jaringan limfoid
Terletak pada dinding lateral orofaring didalam fossa tonsilaris

Cincin Waldeyer
tonsil palatina (tonsil faucial)
tonsil faring (adenoid)
tonsil lingual (tonsil pangkal lidah)
tonsil tuba Eustachius (lateral band dinding faring/
Gerlachs tonsil)
Batas-batas tonsil palatina
Anterior : Arcus Palatoglossus
Posterior : Arcus Palatopharyngeus
Superior : Palatum molle.
Inferior : sepertiga posterior lidah. Dilanjutkan oleh tonsil lingual
Medial : ruang orofaring
Lateral : Kapsul dipisahkan dari m. konstriktor faring superior
oleh jaringan ikat longgar.
PERDARAHAN
Pendarahan dari cabang-cabang
arteri karotis eksterna

Vena-vena
menembus m.constrictor
pharynges superior dan bergabung
dengan v. palatine externa, v.
pharyngealis, atau v.facialis
DEFINISI
Abses peritonsil atau Quinsy
Infeksi akut dengan akumulasi pus pada jaringan ikat longgar antara
m.konstriktor faring dengan tonsil pada fosa tonsil
EPIDEMIOLOGI
Abses peritonsil dapat terjadi pada umur 10-60 tahun, (20-40 tahun)
Laki-laki = wanita

ETIOLOGI
Komplikasi tonsilitis akut atau infeksi yang bersumber dari kelenjar
mukus Weber di kutub atas tonsil atau infeksi pada gigi.
Biasanya kuman penyebab sama dengan penyebab tonsilitis, dapat
ditemukan kuman aerob dan anaerob.
PATOFISIOLOGI
Infeksi akut di tonsil infeksi menyebar ke ruang peritonsiler
selulitis peritonsiler atau bisa juga terjadi obstruksi di kelenjar
Weber
Osbtruksi kelenjer Weber stasis (kolonisasi bakteri) infeksi
bakteri selulitis tidak diterapi dengan baik abses
peritonsil
PATOFISIOLOGI
Daerah superior dan lateral fosa tonsilaris jaringan ikat longgar
Infiltrasi supurasi ke ruang potensial peritonsil tersering menempati daerah tersebut

Stadium infiltrat Bengkak dan Hiperemis

Berlanjut, supurasi sehingga daerah tersebut lebih lunak dan berwarna


kekuning-kuningan

Pembengkakan peritonsil mendorong tonsil ke tengah, depan, bawah, uvula


bengkak terdorong ke sisi kontra lateral

Iritasi pada m. pterigoid interna trismus


DIAGNOSIS
ANAMNESIS Gejala :
- Gejala tonsilitis akut
Identitas Pasien
- Odinofagia (nyeru menelan) yang hebat,
Keluhan Utama, RPS (Keluhan pasien ) - Nyeri telinga (otalgia),
RPD, Riwayat penyakit keluarga - Muntah (regurgitasi),
- Mulut berbau (foetor ex ore),
- Banyak ludah (hipersalivasi),
- Suara sengau (rinolalia),
- Sukar membuka mulut (trismus),
- Banyak air ludah (hipersalivasai),
PEMERIKSAAN FISIK
Mulut : Hipersaliva
Faring : palatum mole, tampak membengkak dan menonjol ke
depan, serta pada palpasi palatum mole teraba fluktuas, Uvula
bengkak dan terdorong ke sisi kontralaterali
Tonsil : Tonsil bengkak, hiperemis, mungkin banyak detritus dan
terdorong ke arah tengah, depan, dan bawah.
Pemeriksaan Penunjang
Aspirasi abses
Darah lengkap, kadar elektrolit , dan kultur darah
Throat culture atau throat swab and culture
Radiologi
CT-Scan
DIAGNOSIS BANDING

Abses Submandibula
Abses Parafaring
Abses Retrofaring
TATALAKSANA
Medikamentosa
Dapat diberikan antibiotika sebagai berikut :
Penicillin 600.000-1.200.000 IU, atau
Ampicillin 4 x 250-400 mg/hari, atau
Amoksisilin 3 x 250-500 mg/hari, atau
Sefalosporin 3-4 x 250-500 mg/hari,
atau
Metronidazol 3-4 x 250-500 mg/hari Tindakan operatif :
Analgetik antipiretik seperti parasetamol 3-4 Insisi Abses
x 250-500 mg/hari
Tonsilektomi
Obat kumur antiseptik
Tosilektomi
Waktu pelaksanaan tonsilektomi sebagai terapi abses peritonsil,
bervariasi :
Tonsilektomi a chaud: dilakukan segera / bersamaan dengan
drainase abses.
Tonsilektomi a tiede : dilakukan 3-4 hari setelah insisi dan
drainase.
Tonsilektomi a froid : dilakukan 4-6 minggu setelah drainase.
Komplikasi
Abses pecah spontan perdarahan aspirasi paru, atau
piema.
Penjalaran infeksi dan abses ke daerah parafaring
abses parafaring. Penjalaran ke mediastinum
mediastinitis.
Penjalaran ke daerah intrakranial thrombus sinus
kavernosus, meningitis, dan abses otak
Analisa Kasus
Pada kasus ini penegakan diagnosa abses peritonsil
sinistra didapatkan dari :
Anamnesis :
Hasil anamnesis sesuai dengan gejala klinis dari
penyakit abses peritonsil yang kemudian juga disertai
gejala lain sehingga didapatkan penyakit tambahan
yaitu sindrom dispepsia.
Nyeri menelan (odinofagia) kelainan atau
peradangan di daerah nasofaring, orofaring, dan
hipofaring
Sulit menelan (disfagia) peradangan pada daerah
faring kemudian pembengkakan tonsil
Ptyalismus peningkatan aktifitas kelenjar liur saat
terjadinya infeksi di daerah orofaring
Pada pemeriksaan tanda vital : nadi 92x/menit,
tekanan darah 130/80 mmHg, suhu 39,00 C demam
Penyebab demam infeksi pada peritonsil, respon
tubuh akan mengeluarkan mediator inflamasi yang
akan meningkatkan suhu tubuh
Pemeriksaan THT, yaitu :
Telinga : dbn
Hidung : dbn
Tenggorokan :
Pemeriksaan penunjang pemeriksaan darah rutin
dan Rongten STL.
Jumlah leukosit (WBC) = 20.800 mm3 adanya
infeksi bakteri di dalam tubuh pasien
Pemeriksaan rongten STL hasil yang didapat tidak
terbaca sehingga tidak dapat dijadikan salah satu
penunjang diagnosis.
Untuk memastikan diagnosis abses peritonsil sinistra
aspirasi jarum hasil pus (+) 3 cc.
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang diagnosa : abses peritonsil
sinistra, tonsilofaringitis akut, dan sindrom dispepsia
H 1 IVFD Dextrose 5% + keterolak 60 mg = 20 tpm
pasien low intake, mengeluh nyeri hebat saat menelan
dan bengkak pada leher. Keterolak merupakan obat anti
inflamasi non steroid.
H2 IVFD RL 500 cc + keterolak 60 mg
pengganti cairan yang hilang akibat demam tinggi, dan
mencegah terjadinya dehidrasi selama pasien dirawat.
Antibiotik kombinasi :
Cefotaxime 1 gr/12 jam IV gol. cefalosporin generasi III
yang bekerja sebagai bakterisidal dan menghambat sintesis
mukopeptida dinding sel bakteri, efek spektrum luas
terhadap bakteri gram (+) maupun gram (-), sensitif
terhadap bakteri streptococcus.
Metronidazole 500 mg/8 jam IV gol. Nitroimidazone
anti mikroba bakteri anaerob dan protozoa, bekerja
menghambat sintesis asam nukleat bakteri.
Omeprazole 1x40 mg IV obat gol. proton pump
inhibitors (PPIs) berfungsi kadar as. lambung
Ondansetron 3x8 mg IV obat gol. 5-HT3 blockers
berfungsi memblokir salah satu substansi natural tubuh
(serotonin) yang menyebabkan muntah
Sanmol antipiretik dan analgesik
Obat kumur antisepik 3x/hari proteksi pertama
pencegah bahkan membunuh bakteri yang masuk ke
dalam mulut
Insisi dan drainase abses mengeluarkan pus sehingga
membantu proses penyembuhan
Setelah infeksi teratasi dianjurkan untuk dilakukan
tonsilektomi
Edukasi tentang apa yang harus dilakukan pasien terkait
karies pada giginya penyebab abses peritonsil
Daftar Pustaka
Segal N, Sabri SE. Peritonsillar Abscess in Children in The Southern District of Israel.Int
Journal of PedOtol 2009;73:1148-50.
Abidin, Taufik. 2006. Abses Peritonsiler. Fakultas Kedokteran Universitas Mataram
Soepardi,E.A, Iskandar, H.N, Abses Peritonsiler, Buku Ajar Ilmu KesehatanTelinga,
Hidung dan Tenggorokan, Jakarta: FKUl, 2012;.
Adrianto, Petrus. Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorokan, 296, 308-09. EGC, Jakarta
Snell, R.S. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran, bagian 3, edisi 6. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2006.
Fachruddin, D. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepaladan
LeherEdisiKeenam.Jakarta.FKUI.
Anggraini, D., Sikumbang, T. Atlas Histologi Di Fiore Dengan Korelasi Fungsional.Edisi 9.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2001.
Soebroto, S Rukmini. Perbandingan Pungsi vs. Insisi pada Terapi Abses Peritonsil di UPF
THT RSUD Dr. Soetomo
Braude DA, Shalit M. A Novel Approach to Enchance Visualization During Drainage of
Peritonsillar Abscess. The Journal of Emergency Medicine 2007;35:297-98.
Kieff, Bhattacharyya. Selection of Antibiotic After Incision and Drainage of Peritonsillar
Abscesses. Otolaryngol Head Neck Surg.1999:120 (1):57-61.
Ming CF. Effycacy of Three Theraupetic Methods for Peritonsillar Abscess. Journal of
Chinese Clinical Medicine 2006;2:108-11.

Anda mungkin juga menyukai