PPT
PPT
Keluhan Utama
Nyeri dan sulit menelan sejak 3 hari SMRS.
Keluhan Tambahan
Kaku pada mulut, air liur yang berlebihan, dan badan
terasa demam.
Riwayat Perjalanan Penyakit
Nyeri dan sulit menelan sejak 3 hari yang lalu
Rasa mengganjal di tenggorokan, nafas bau, kaku saat
membuka mulut, air liur , dan nafsu makan
Badan terasa lemas dan demam
Mual dan perut terasa kembung
Nyeri pada telinga dan gusi disangkal, akar gigi yang
tidak dicabut disangkal
BAB dan BAK tidak ada keluhan
Riwayat Pengobatan
Pasien tidak pernah berobat ke dokter untuk
mengatasi keluhannya
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama 6 bulan
yang lalu
Riwayat tonsilitis tidak diketahui
Riwayat hipertensi (-)
Riwayat diabetes mellitus (-)
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan
yang sama seperti pasien
Hal-Hal Penting
PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran : compos mentis
Pernapasan
Frekuensi : 20x/menit
Irama : reguler
Tipe : thorakoabdominal
Suhu : 39.0 C
Nadi : 92 x/menit
TD : 130/80 mmHg
Tinggi badan: 160 cm
Berat badan : < 50 Kg
Kulit
Turgor : baik
Lembab / kering : lembab
Lapisan lemak: ada
Pemeriksaan Telinga
Pemeriksaan Hidung
Pemeriksaan Mulut
Pemeriksaan Faring
Pemeriksaan KGB Leher
Pemeriksaan N. Craniales
Pemeriksaan Abdomen
Pemeriksaan Penunjang
Darah Rutin
Ro STL AP/Lateral
Ro Panoramic
Diagnosis
Abses Peritonsil Sinistra
Tonsilofaringitis akut
Sindrom Dispepsia
Diagnosis Banding
Abses Submandibula
Abses Parafaring
Abses Retrofaring
Tatalaksana
Diagnostik
Teknik aspirasi menggunakan jarum pus (+)
Terapi
Non Medikamentosa :
Diet makan lunak
Menjaga kebersihan mulut
Medikamentosa :
IVFD D5% 500 cc + 2x30 mg keterolac 20 tpm (hari I)
IVF RL 500 cc + 2x30 mg keterolac 20 tpm (hari II)
Antibiotik kombinasi : Cefotaxime 1 gr/12 jam IV
Metronidazole 500 mg/8 jam IV
Sanmol infus 3x1 g/100 ml (jika perlu)
Inj. Omeprazole 1x40 mg IV
Inj. Ondansetron 3x8 mg IV
Obat kumur antiseptik 3x/hari
Aspirasi Abses
Tempat paling bomban/fluktuatif pus (+) sebanyak
3 cc
Saran : Perawatan
ke dokter gigi,
tindakan operatif
tonsilektomi
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI
Tonsil palatina merupakan dua jaringan limfoid
Terletak pada dinding lateral orofaring didalam fossa tonsilaris
Cincin Waldeyer
tonsil palatina (tonsil faucial)
tonsil faring (adenoid)
tonsil lingual (tonsil pangkal lidah)
tonsil tuba Eustachius (lateral band dinding faring/
Gerlachs tonsil)
Batas-batas tonsil palatina
Anterior : Arcus Palatoglossus
Posterior : Arcus Palatopharyngeus
Superior : Palatum molle.
Inferior : sepertiga posterior lidah. Dilanjutkan oleh tonsil lingual
Medial : ruang orofaring
Lateral : Kapsul dipisahkan dari m. konstriktor faring superior
oleh jaringan ikat longgar.
PERDARAHAN
Pendarahan dari cabang-cabang
arteri karotis eksterna
Vena-vena
menembus m.constrictor
pharynges superior dan bergabung
dengan v. palatine externa, v.
pharyngealis, atau v.facialis
DEFINISI
Abses peritonsil atau Quinsy
Infeksi akut dengan akumulasi pus pada jaringan ikat longgar antara
m.konstriktor faring dengan tonsil pada fosa tonsil
EPIDEMIOLOGI
Abses peritonsil dapat terjadi pada umur 10-60 tahun, (20-40 tahun)
Laki-laki = wanita
ETIOLOGI
Komplikasi tonsilitis akut atau infeksi yang bersumber dari kelenjar
mukus Weber di kutub atas tonsil atau infeksi pada gigi.
Biasanya kuman penyebab sama dengan penyebab tonsilitis, dapat
ditemukan kuman aerob dan anaerob.
PATOFISIOLOGI
Infeksi akut di tonsil infeksi menyebar ke ruang peritonsiler
selulitis peritonsiler atau bisa juga terjadi obstruksi di kelenjar
Weber
Osbtruksi kelenjer Weber stasis (kolonisasi bakteri) infeksi
bakteri selulitis tidak diterapi dengan baik abses
peritonsil
PATOFISIOLOGI
Daerah superior dan lateral fosa tonsilaris jaringan ikat longgar
Infiltrasi supurasi ke ruang potensial peritonsil tersering menempati daerah tersebut
Abses Submandibula
Abses Parafaring
Abses Retrofaring
TATALAKSANA
Medikamentosa
Dapat diberikan antibiotika sebagai berikut :
Penicillin 600.000-1.200.000 IU, atau
Ampicillin 4 x 250-400 mg/hari, atau
Amoksisilin 3 x 250-500 mg/hari, atau
Sefalosporin 3-4 x 250-500 mg/hari,
atau
Metronidazol 3-4 x 250-500 mg/hari Tindakan operatif :
Analgetik antipiretik seperti parasetamol 3-4 Insisi Abses
x 250-500 mg/hari
Tonsilektomi
Obat kumur antiseptik
Tosilektomi
Waktu pelaksanaan tonsilektomi sebagai terapi abses peritonsil,
bervariasi :
Tonsilektomi a chaud: dilakukan segera / bersamaan dengan
drainase abses.
Tonsilektomi a tiede : dilakukan 3-4 hari setelah insisi dan
drainase.
Tonsilektomi a froid : dilakukan 4-6 minggu setelah drainase.
Komplikasi
Abses pecah spontan perdarahan aspirasi paru, atau
piema.
Penjalaran infeksi dan abses ke daerah parafaring
abses parafaring. Penjalaran ke mediastinum
mediastinitis.
Penjalaran ke daerah intrakranial thrombus sinus
kavernosus, meningitis, dan abses otak
Analisa Kasus
Pada kasus ini penegakan diagnosa abses peritonsil
sinistra didapatkan dari :
Anamnesis :
Hasil anamnesis sesuai dengan gejala klinis dari
penyakit abses peritonsil yang kemudian juga disertai
gejala lain sehingga didapatkan penyakit tambahan
yaitu sindrom dispepsia.
Nyeri menelan (odinofagia) kelainan atau
peradangan di daerah nasofaring, orofaring, dan
hipofaring
Sulit menelan (disfagia) peradangan pada daerah
faring kemudian pembengkakan tonsil
Ptyalismus peningkatan aktifitas kelenjar liur saat
terjadinya infeksi di daerah orofaring
Pada pemeriksaan tanda vital : nadi 92x/menit,
tekanan darah 130/80 mmHg, suhu 39,00 C demam
Penyebab demam infeksi pada peritonsil, respon
tubuh akan mengeluarkan mediator inflamasi yang
akan meningkatkan suhu tubuh
Pemeriksaan THT, yaitu :
Telinga : dbn
Hidung : dbn
Tenggorokan :
Pemeriksaan penunjang pemeriksaan darah rutin
dan Rongten STL.
Jumlah leukosit (WBC) = 20.800 mm3 adanya
infeksi bakteri di dalam tubuh pasien
Pemeriksaan rongten STL hasil yang didapat tidak
terbaca sehingga tidak dapat dijadikan salah satu
penunjang diagnosis.
Untuk memastikan diagnosis abses peritonsil sinistra
aspirasi jarum hasil pus (+) 3 cc.
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang diagnosa : abses peritonsil
sinistra, tonsilofaringitis akut, dan sindrom dispepsia
H 1 IVFD Dextrose 5% + keterolak 60 mg = 20 tpm
pasien low intake, mengeluh nyeri hebat saat menelan
dan bengkak pada leher. Keterolak merupakan obat anti
inflamasi non steroid.
H2 IVFD RL 500 cc + keterolak 60 mg
pengganti cairan yang hilang akibat demam tinggi, dan
mencegah terjadinya dehidrasi selama pasien dirawat.
Antibiotik kombinasi :
Cefotaxime 1 gr/12 jam IV gol. cefalosporin generasi III
yang bekerja sebagai bakterisidal dan menghambat sintesis
mukopeptida dinding sel bakteri, efek spektrum luas
terhadap bakteri gram (+) maupun gram (-), sensitif
terhadap bakteri streptococcus.
Metronidazole 500 mg/8 jam IV gol. Nitroimidazone
anti mikroba bakteri anaerob dan protozoa, bekerja
menghambat sintesis asam nukleat bakteri.
Omeprazole 1x40 mg IV obat gol. proton pump
inhibitors (PPIs) berfungsi kadar as. lambung
Ondansetron 3x8 mg IV obat gol. 5-HT3 blockers
berfungsi memblokir salah satu substansi natural tubuh
(serotonin) yang menyebabkan muntah
Sanmol antipiretik dan analgesik
Obat kumur antisepik 3x/hari proteksi pertama
pencegah bahkan membunuh bakteri yang masuk ke
dalam mulut
Insisi dan drainase abses mengeluarkan pus sehingga
membantu proses penyembuhan
Setelah infeksi teratasi dianjurkan untuk dilakukan
tonsilektomi
Edukasi tentang apa yang harus dilakukan pasien terkait
karies pada giginya penyebab abses peritonsil
Daftar Pustaka
Segal N, Sabri SE. Peritonsillar Abscess in Children in The Southern District of Israel.Int
Journal of PedOtol 2009;73:1148-50.
Abidin, Taufik. 2006. Abses Peritonsiler. Fakultas Kedokteran Universitas Mataram
Soepardi,E.A, Iskandar, H.N, Abses Peritonsiler, Buku Ajar Ilmu KesehatanTelinga,
Hidung dan Tenggorokan, Jakarta: FKUl, 2012;.
Adrianto, Petrus. Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorokan, 296, 308-09. EGC, Jakarta
Snell, R.S. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran, bagian 3, edisi 6. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2006.
Fachruddin, D. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepaladan
LeherEdisiKeenam.Jakarta.FKUI.
Anggraini, D., Sikumbang, T. Atlas Histologi Di Fiore Dengan Korelasi Fungsional.Edisi 9.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2001.
Soebroto, S Rukmini. Perbandingan Pungsi vs. Insisi pada Terapi Abses Peritonsil di UPF
THT RSUD Dr. Soetomo
Braude DA, Shalit M. A Novel Approach to Enchance Visualization During Drainage of
Peritonsillar Abscess. The Journal of Emergency Medicine 2007;35:297-98.
Kieff, Bhattacharyya. Selection of Antibiotic After Incision and Drainage of Peritonsillar
Abscesses. Otolaryngol Head Neck Surg.1999:120 (1):57-61.
Ming CF. Effycacy of Three Theraupetic Methods for Peritonsillar Abscess. Journal of
Chinese Clinical Medicine 2006;2:108-11.