Anda di halaman 1dari 32

Nama Anggota Kelompok

-Brent M.Heumasse, S.Ked


-Ester j.m kayame, S.Ked
-Grace I.J Samosir, S.Ked
-Louis Wakum, S.Ked
PENDAHULUAN
Epilepsi merupakan suatu kondisi neurologik yang mempengaruhi
sistem saraf. Epilepsi juga dikenal sebagai penyakit kejang.
Epilepsi merupakan penyakit yang umum terjadi dan penting di
masyarakat.

Menurut World Health Organization (WHO) sekitar 50 juta


penduduk di seluruh dunia mengidap epilepsi. Epilepsi sukar untuk
dikendalikan secara medis atau pharmacoresistant, sebab
mayoritas pasien dengan epilepsi adalah bersifat menentang.

Epilepsi merupakan stigma bagi masyarakat. Mereka cenderung


untuk menjauhi penderita epilepsi. Akibatnya banyak yang
menderita epilepsi yang tak terdiagnosis dan mendapat
pengobatan yang tidak tepat sehingga menimbulkan dampak klinik
dan psikososial yang merugikan baik penderita maupun
keluarganya.
DEFINISI

Epilepsi merupakan manifestasi gangguan fungsi


otak dengan berbagai etiologi, dengan gejala
tunggal yang khas, yakni kejang berulang akibat
lepasnya muatan listrik neuron otak secara
berlebihan dan paroksimal.
EPIDEMIOLOGI

Dapat terjadi pada laki-laki maupun


perempuan, umur berapa saja, dan
ras apa saja.
Insiden epilepsi di negara maju
ditemukan sekitar 50/100,000
sementara di negara berkembang
mencapai 100/100,000.
Penderita laki-laki umumnya sedikit
lebih banyak dibandingkan dengan
perempuan. Insiden tertinggi terjadi
pada anak berusia di bawah 2 tahun
(262/100.000 kasus) dan usia lanjut
di atas 65 tahun (81/100.000 kasus).
klasifikasi
Klasifikasi menurut sindroma epilepsi
yang dikeluarkan ILAE tahun 1989

Berkaitan dengan
letak fokus

Idiopatik Simptomatik

- Lobus temporalis
Epilepsi pada anak - Lobus frontalis
Epilepsi Rolandik
dengan paroksismal
benigna - Lobus parietalis
oksipital
- Lobus oksipitalis
klasifikasi
II. Epilepsi Umum
A. Idiopatik
- Benign neonatal familial convulsions, benign neonatal
convulsions
- Benign myoclonic epilepsy in infancy
- Childhood absence epilepsy
- Juvenile absence epilepsy
Juvenile myoclonic epilepsy (impulsive petit mal)
- Epilepsy with grand mal seizures upon awakening
- Other generalized idiopathic epilepsies
Klasifikasi
B. Epilepsi Umum Kriptogenik atau Simtomatik
- Wests syndrome (infantile spasms)
- Lennox gastaut syndrome
- Epilepsy with myoclonic astatic seizures
- Epilepsy with myoclonic absences

C. Simtomatik
- Etiologi non spesifik
- Early myoclonic encephalopathy
- Specific disease states presenting with seizures
Klasifikasi
III. Epilepsi dan Sindrom yang tak dapat ditentukan
fokal atau umum
Bangkitan Umum dan fokal
Bangkitan neonatal
Epilepsi mioklonik berat pada bayi
Epilepsi dengan gelombang paku kontinyu selama
tidur dalam
Epilepsi afasia yang didapat (Sindrom Landau
Kleffner)
Epilepsi yang tidak termasuk dalam klasifikasi
diatas
Tanpa gambaran tegas fokal atau umum
Klasifikasi
IV. Sindrom Khusus
Bangkitan yang berkaitan dengan situasi tertentu
Kejang demam

Bangkitan kejang / status epileptikus yang timbul hanya


sekali( isolated)

Bangkitan yang hanya terjadi bila terdapat kejadian


metabolic akut, atau toksis, alcohol, obat-obatan, eklamsia,
hiperglikemi non ketotik

Bangkitan berkaitan dengan pencetus spesifik (epilepsi


reflektorik)
Klasifikasi
Bangkitan Umum (konvulsi atau non konvulsi)

a. Absence / lena / petit mal

b,. Klonik

c. Tonik

d. Tonik-Klonik/Grand mal

e. Mioklonik

f. Atonik
Etiologi

Sebagian besar Meningitis


idiopatik
Encefalitis
Pengaruh genetik
Trauma kepala
Jejas prenatal
Demensia Gangguan
perkembangan
(sindroma down,
autisme).
Tanda dan Gejala
PATOFISIOLOGI

Kejang adalah manifestasi elektrik sementara dari korteks


cerebri. Suatu kejang terjadi apabila terdapat
ketidakseimbangan antara kekuatan eksitatorik dan
inhibitorik didalam jaringan neuron korteks yang
menyebabkkan eksitasi mendadak dengan menifestasi
klinis yang terjadi tergantung dari jaringan korteks yang
terangsang, oleh karena itu, dapat terjadi manifestasi visual
sensorik dan motorik
Penegakkan Diagnosis
Epilepsi dapat ditegakkan setelah pasien mengalami dua
atau lebih kejang yang tidak dipicu

Pemeriksaan
Anamnesa fisik dan
meurologi

Pemeriksaan
penunjang
Anamnesa
Pola atau bentuk dan lama serangan

Gejala sebelum, selama, dan sesudah serangan

Frekuensi serangan dan faktor pencetus

Ada tidaknya penyakit lain yang diderita sekarang

Usia saat serangan pertama

Riwayat kehamilan, persalinan, dan perkembangan

Riwayat penyakit epilepsi dalam keluarga


Pemeriksaan Fisik dan Neurologis

Melihat adanya tanda-tanda infeksi, seperti demam, infeksi


telinga, tanda meningeal, atau bukti adanya trauma kepala.
Pada anak-anak, harus memperhatikan adanya
keterlambatan perkembangan, organomegali, perbedaan
ukuran antara anggota tubuh yang dapat menunjukkan awal
gangguan pertumubuhan otak unilateral.
Pemeriksaan neurologis lengkap dan rinci adalah penting,
khususnya untuk mencari tanda-tanda fokal atau lateral.
Pemeriksaan Penunjang
Kelainan Fokal
kemungkinan adanya
lesi struktural di otak
Elektroensefalografi
(EEG)
Kelainan Umum
kemungkinan adanya
kelainan genetik atau
metabolik
Pemeriksaan EEG rutin sebaiknya dilakukan perekaman pada waktu
sadar dalam keadaan istirahat dan pada waktu tidur.
Gambaran EEG pasien epilepsi menunjukkan gambaran epileptiform,
misalnya gelombang tajam (spike), paku-ombak, paku majemuk, dan
gelombang lambat yang timbul secara paroksismal.
Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan yang dikenal dengan istilah pencitraan otak (neuroimaging)
bertujuan untuk melihat struktur otak dengan melengkapi data EEG.
Pada pencitraan struktural, MRI merupakan pilihan utama, lebih unggul
dibandingkan CT scan, karena MRI dapat mendeteksi dan menggambarkan
lesi epileptogenik.
Pencitraan fungsional seperti Single Photon Emission Computerised
Tomography (SPECT), Positron Emission Tomography (PET), dan MRI
fungsional digunakan lebih lanjut untuk menentukan lokasi lesi epileptogenik
sebelum pembedahan jika pencitraan struktural meragukan.
MRI fungsional juga dapat membantu menentukan lokasi area fungsional
spesifik sebelum pembedahan
TERAPI

Sasaran Terapi
Mengontrol (mencegah dan mengurangi frekuensi)
supaya tidak terjadi kejang - beraktivitas normal lagi
Meminimalisasi adverse effect of drug

Strategi Terapi
Mencegah atau menurunkan lepasnya muatan listrik
syaraf yang berlebihan melalui perubahan pada
kanal ion atau mengatur ketersediaan neurotransmitter
Prinsip pengobatan pada epilepsi
Monoterapi
Menurunkan potensi AE
Meningkatkan kepatuhan pasien
Hindari / minimalkan penggunaan antiepilepsi sedatif
Jika monoterapi gagal, dapat diberikan sedatif atau
politerapi
Pemberian terapi sesuai dengan jenis epilepsinya
Mulai dengan dosis terkecil (dapat ditingkatkan sesuai
dengan kondisi pasien)
Prinsip pengobatan pada epilepsi

Variasi individual -- perlu pemantauan


Monitoring kadar obat dalam darah - penyesuaian dosis
Lama pengobatan tergantung jenis epilepsinya, kondisi
pasien dan kepatuhan pasien
Jangan menghentikan pengobatan secara tiba-tiba
(mendadak)
Penatalaksanaan Terapi
Non farmakologi :
Amati faktor pemicu

Menghindari faktor pemicu (jika ada), misalnya : stress, OR,


konsumsi kopi atau alkohol, perubahan jadwal tidur, terlambat
makan, dll.

Farmakologi : menggunakan obat-obat antiepilepsi


Obat-obat yang meningkatkan inaktivasi kanal Na+:
Inaktivasi kanal Na menurunkan kemampuan syaraf untuk
menghantarkan muatan listrik
Contoh: fenitoin, karbamazepin, lamotrigin, okskarbazepin, valproat

Obat-obat yang meningkatkan transmisi inhibitori GABAergik:


agonis reseptor GABA meningkatkan transmisi inhibitori dg
mengaktifkan kerja reseptor GABA contoh: benzodiazepin,
barbiturat
menghambat GABA transaminase konsentrasi GABA meningkat
contoh: Vigabatrin
menghambat GABA transporter memperlama aksi GABA
contoh: Tiagabin
meningkatkan konsentrasi GABA pada cairan cerebrospinal pasien
mungkin dg menstimulasi pelepasan GABA dari non-vesikular
pool contoh: Gabapentin
glutamat Pre-sinaptik
tiagabin
GAD
-
Berdifusi gabapentin GABA Transporter GABA
menjauh
+

Metabolit
GABA-transaminase Re-uptake
GABA
GABA 3
- 1

Post sinaptik
Reseptor GABA
vigabatrin
EFEK DEPRESI CNS
Generalized
Partial Atypical
DRUG Tonic- Clonic/ Absence
Absence
Seizure Grand Mal

Carbamazepine Valproate
Drug of Ethosuximide
Phenytoin Carbamazepine Valproate
Choice Valproate
Valproate Phenytoin

Lamotrigine
Lamotrigine
Gabapentine Clonazepam
Topiramate
Topiramate Clonazepam Lamotrigine
Alternative Tiagabine
Primidone
Lamotrigine Topiramate
Phenobarbital
Primidone Felbamate
Phenobarbital
Farmakokinetika Obat
Prognosis
Prognosis umumnya baik, 70 80% pasien yang
mengalami epilepsy akan sembuh, dan kurang lebih
separo pasien akan bisa lepas obat

20 - 30% mungkin akan berkembang menjadi


epilepsi kronis pengobatan semakin sulit 5 %
di antaranya akan tergantung pada orang lain dalam
kehidupan sehari-hari

Pasien dg lebih dari satu jenis epilepsi, mengalami


retardasi mental, dan gangguan psikiatri dan
neurologik prognosis jelek
Lamotrigin dan Gabapentin : tidak ditemui
efek teratogen pada hewan uji, tetapi data
pada manusia belum cukup kuat.

Pemberian suplemen asam folat dan vitamin


K diperlukan selama wanita hamil yang
mengkonsumsi obat-obat antiepilepsi.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai