Batasan :
Bronkiolitis adalah penyakit infeksi dan
peradangan akut pada saluran nafas bawah,
yang ditandai edema, nekrosis epitel saluran
nafas yang kecil, peningkatan sekresi mukus
dan bronkospasme, yang menyebabkan
sumbatan pada jalan nafas yang kecil,
terutama pada anak usia dibawah 2 tahun
Etiologi :
Respiratory syncitial virus (RSV) > dari 50% kasus
Adenovirus ( 11%)
Mycoplasma pneumonia
Enterovirus
Influenza virus
Rhinovirus
Mumps
Chlamydia pneumoniae
Human metapneumovirus (hMPV)
Epidemiologi
95 % terjadi pada anak dibawah 2 tahun
75% nya pada usia kurang dari 1 tahun
Faktor resiko :
- Berat lahir rendah
- Kurang bulan
- Status ekonomi rendah
-Orang tua prokok
-Tidak mendapat ASI
Penularan :
Indikasi rawat :
bayi umur < 3 bulan dengan distres
pernafasan,riwayat gesatasi < 34 minggu,
penyakit kardio pulmoner atau
immunodifisiensi, RR > 70 X/menit, letargi
Bayi umur < 6 bulan dengan wheezing dan
SpO2 < 92%, tidak dapat minum, apnea dan
asidosis
Terapi supportif :
O2
Cairan IV
Hindari kelebihan cairan
Bronkodilator (1)
Masih kontroversi :
Lancet 1993 tidak merekomendasikan
penggunaan bronkodilator krn tidak efektif
Keliner dkk (meta-analisis) , bermanfaat untuk
perbaikan gejala pd bronkiolitis ringan dan
sedang
Flores dan Horwitz (meta-analisis lain) tidak
dpt membuktikan efektifitas bronkodilator
Bronkodilator (2)
Beberapa pendapat masih ada alasan pemberi
an bronkodilator
Pemberian awal dinilai 5 10 menit bila ada
respon lanjutkan.
Dosis albuterol (5 mg/ml) 0,15 mg/kg/kali (2,5
5 mg) diulangi tiap 15 20 menit
Nebulisasi efinefrin tidak terbukti lebih
effektip dari albuterol.
Kortikosteroid
Masih kontroversi
Adanya perbaikan klinis bila digabung kortiko
steroid dan bronkodilator
Sedian : prednison (oral) , metilprednisolon
(oral /iv)
Antibiotika :
Pemakaian antibiotika secara rutin tidak mem
pengruhi perjalanan penyakit.
Kecuali bila terdapat leukositosis atau tanda
tanda sepsis.
Antiviral (1)
Ribavirin (1-beta D-ribafuranosyl 1,2,4-triazole
3 carbox-amide) analog dgn nukleosida
sintesis yang dapat menggangu kerja RNA
messenger dan menghambat sintesa protein
virus. Sehingga replikasi RSV dihambat.
Sedian Ribavirin (Virazole) dosis awal 20mg/ml
dilanjutkan dng aerosol kontinyu selama 12
18 jam/hari selama 3-7 hari
Antiviral (2)
Penggunaan masih kontroversi karena :-
manfaat belum jelas, mahal dan efek samping
obat.
American Academy of Pediatric (AAP)
merekomendasikan penggunaan aerosol
ribavirin untuk bronkiolitis dengan hipertensi
pulmonal atau penyakit paru kronis lain
Komplikasi :
Bronkiolitis oblitrans komplikasi ok adenovirus
tipe 3,7 dan 21, Virus influeza, Mycoplasma
pneumonia dan Pneumocystis carinii ---
ditandai distruksi difus dari saluran nafas distal
--- hipoksia dan obstruksi permanen.
Prognosis :
Sembuh tanpa gejala sisa setelah 7 10 hari
atau beberapa minggu
Kematian oleh karena : apneu, asidosis dan
dehidrasi berat.
Angka kematian 1-2% pada anak yang dirawat
angka kematian 3-4 % pd anak dengan
peny.jantung dan paru yang mendasari
Hubungan bronkiolitis dan asma
Faktor predisposisi untuk asma, tetapi bukan
merupakan hub.sebab akibat
Banyak dari bayi dengan bronkiolitis ok RSV
mengalami wheezing berulang di kemudian hari.
Fjerli dkk(2005) anak dgn bronkiolitis waktu bayi
(51%) akan mengalami wheezing berulang
setelah 7 tahun
Adanya faktor genetik sebelumnya