Pajak Penghasilan
Pasal 4 ayat (2)
Pajak atas Penghasilan
dengan Perlakuan Tersendiri
yang Diatur Melalui
Peraturan Pemerintah (PPh
Final atau bersifat Rampung)
1
PENGHASILAN YANG DIKENAKAN
PPh FINAL
Bunga Deposito, Tabungan/Jasa Penghasilan Pengalihan Hak
Giro, dan SBI Atas Tanah Dan Bangunan
Bunga Obligasi Penghasilan Persewaan Tanah
dan Bangunan
Bunga Simpanan Koperasi bagi
Orang Pribadi Penghasilan Usaha Jasa
Konstruksi
Hadiah Undian
Diskonto SPN
Penghasilan Transaksi Saham
dan sekuritas lain di Bursa Efek Dividen yang diterima WPOP
Dalam Negeri
Penghasilan dari Usaha yang
Diterima atau Diperoleh Wajib penghasilan perusahaan modal
Pajak yang Memiliki Peredaran ventura dari transaksi penjualan
Bruto Tertentu saham atau pengalihan
penyertaan modal pada
perusahaan pasangan usahanya
2
Bunga Deposito, Tabungan/Jasa
1 Giro, dan Diskonto SBI
4
Penggunaan Stempel Tanda Tangan pada Bukti
Pemotongan PPh Bunga Deposito, Tabungan,
Jasa Giro, dan Diskonto SBI
5
PENGHASILAN TRANSAKSI
2
SAHAM BURSA EFEK
6
Transaksi Saham di Bursa Efek
9
Penyetoran Tambahan PPh Atas Saham
Pendiri
Apabila saham pendiri telah diperdagangkan di bursa
sebelum tgl 29 Mei 1994 (PP Nomor 41 Tahun 1994),
PPh harus sudah disetor paling lambat 6 bulan sejak PP.
Apabila pada saat PP saham perusahaan belum
diperdagangkan di bursa, pemilik saham pendiri harus
meyetor tambahan PPh paling lambat satu bulan setelah
IPO
Apabila pemilik saham pendiri memilih tidak
menggunakan kemudahan tsb diatas, maka akan dikenakan
PPh sesuai tarif umum
10
3 Bunga Obligasi
12
Pemotong PPh atas bunga obligasi
0bjek PPh Pemotong Saat
Pemotongan
Bunga Obligasi yang diterima atau Emiten atau kustodian Saat jatuh
diperoleh pemegang obligasi selaku agen pembayaran Tempo bunga
13
4 Bunga Simpanan Dibayar Kepada OP selaku
Anggota Koperasi
(Tidak termasuk bunga simpanan yang berasal dari SHU)
Tarif
0% Bunga simpanan sampai dengan Rp
240.000, per bulan
10% Jumlah bruto bunga simpanan lebih
dari Rp 240.000 per bulan
Tarif
15
6 Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan
X Bruto NILAI
5% PENGALIHAN hak atas
tanah dan/atau bangunan
TARI
F
X Bruto NILAI PENGALIHAN
hak RS dan Rusun Sederhana yg
1% dilakukan oleh WP yg usaha
pokoknya mengadakan pengalihan
hak atas tanah dan/atau bangunan
PEMOTONG
a. Akuntan, arsitek, dokter, notaris,
PPAT kecuali Camat, pengacara,
dan konsultan yang melakukan
OP pekerjaan bebas
b.OP yg menjalankan usaha
dengan pembukuan dan telah
terdaftar sebagai WP,
yang ditunjuk oleh KPP
20
Persewaan Tanah ... PEMBAYAR
PAJAK
PENERIMA
PENGHASILAN
PENYEWA dengan menggunakan SSP paling
Dalam hal penyewa adalah wajib lambat tanggal 15 bulan
potong PPh berikutnya
Dalam hal penyewa bukan
Pemotong PPh
Apabila penyedia jasa adalah BUT, maka laba setelah dikenakan PPh final
dikenakan lagi PPh Pasal 26 (4) sesuai ketentuan yang berlaku
PP Nomor 51 Tahun 2008 s.t.d.t.d PP Nomor 40 Tahun 22
2009
9 Diskonto SPN
Surat Perbendaharaan Negara adalah surat utang Negara yang
berjangka waktu paling lama 12 bulan dengan pembayaran
bunga secara diskonto
Surat Utang Negara adalah surat berharga yang berupa surat
pengakuan utang baik dalam mata uang rupiah maupun valuta
asing yang dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh
Negara Republik Indonesia sesuai dengan masa berlakunya, yang
terdiri atas Surat Perbendaharaan Negara dan Obligasi Negara.
Pasar Perdana adalah kegiatan penawaran dan penjualan Surat
Utang Negara untuk pertama kali.
Pasar Sekunder adalah kegiatan perdagangan Surat Utang
Negara yang telah dijual di Pasar Perdana.
Diskonto SPN adalah :
selisih lebih antara nilai nominal pada saat jatuh tempo dengan harga
perolehan di Pasar Perdana atau di Pasar Sekunder atau
selisih antara harga jual di Pasar Sekunder dengan harga perolehan di Pasar
Perdana atau di Pasar Sekunder, tidak termasuk PPh yang dipotong.
23
Diskonto
SPN
PEMOTONG :
1. Emiten atau Kustodian
TARI 2. Broker, Bank selaku dealer
3. Broker, bank, dana pensiun,
F reksadana, selaku pembeli
24
Penjual SPN wajib untuk memberitahukan kepada pemotong pajak mengenai harga
perolehan SPN dan tanggal perolehan yang sebenarnya untuk keperluan penghitungan
diskonto yang menjadi dasar pemotongan PPh. Pemberitahuan ini dilakukan dengan
menyerahkan lembar ke-4 Bukti Pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) dari pembelian SPN
sebelumnya atau menyerahkan fotokopi bukti pembelian di pasar perdana yang sah
dalam hal SPN diperoleh di pasar perdana. Kewajiban di atas juga berlaku bagi penjual
SPN yang dikecualikan dari pemotongan PPh.
Dalam hal penjualan SPN secara langsung tanpa melalui pedagang perantara dan
dilakukan kepada pihak selain pemotong pajak di atas, pihak yang melakukan
pencatatan perubahan hak kepemilikan SPN (sub registry) wajib memotong PPh Final
yang terutang sebelum mutasi hak kepemilikan dapat dilakukan.
Pemotongan PPh dilakukan pada tanggal transaksi saat penjualan SPN di Pasar
Sekunder atau pada tanggal saat jatuh tempo SPN.
25
10 Dividen yang diterima oleh WPOP Dalam Negeri
PEMOTONG PAJAK
Subjek Pajak
Orang pribadi
Badan, tidak termasuk BUT
Pengecualian Subjek Pajak:
WPOP yang melakukan kegiatan usaha perdagangan dan/atau jasa yang
dalam usahanya menggunakan sarana atau prasarana yang dapat dibongkar
pasang dan menggunakan sebagian atau seluruh tempat untuk kepentingan
umum yang tidak diperuntukkan bagi tempat usaha atau berjualan misalnya
pedagang makanan keliling, pedagang asongan, warung tenda di trotoar,
dan sejenisnya.
WP badan yang belum beroperasi secara komersial atau yang dalam jangka
waktu 1 (satu) tahun setelah beroperasi secara komersial memperoleh
peredaran bruto melebihi Rp4,8 milyar.
27
Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak
yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu
Objek Pajak
Atas penghasilan dari usaha yang diterima atau
diperoleh wajib pajak dengan peredaran bruto tidak
melebihi Rp4,8 miliar dalam 1 tahun, dikenakan PPh
yang bersifat final.
Peredaran bruto merupakan peredaran bruto dari usaha,
termasuk dari usaha cabang.
Tidak termasuk Penghasilan dari usaha adalah
Penghasilan dari Pekerjaan Bebas (dokter, akuntan,
pengacara dll)
1% x Jumlah bruto Peredaran
TARIF Usaha setiap bulan dari setiap
tempat usaha
28
Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh
Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu
Objek Pajak
Atas penghasilan dari usaha yang diterima atau
diperoleh wajib pajak dengan peredaran bruto tidak
melebihi Rp4,8 miliar dalam 1 tahun, dikenakan PPh
yang bersifat final.
Peredaran bruto merupakan peredaran bruto dari usaha,
termasuk dari usaha cabang.
Tidak termasuk Penghasilan dari usaha adalah
Penghasilan dari Pekerjaan Bebas (dokter, akuntan,
pengacara dll)
1% x Jumlah bruto Peredaran
TARIF Usaha setiap bulan dari setiap
tempat usaha
29
Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh
Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu
30