1. Orientasi
2. Neonatus Normal
3. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
4. Bayi Prematur
5. Infeksi pada Neonatus
6. Kejang pada Neonatus
7. Anemia&Penyakit Perdarahan
pada Neonatus
8. Ikterus/Hiperbilirubinemia
9. Trauma Lahir
10. Sindroma Kesulitan Nafas
11. Asfiksia Neonatorum
12. Kelainan Bawaan
1. Pendahuluan
Dahulu Perinatology disebut Neonatology, yi: mempelajari tentang
fisiologi dan patologi neonatus.
Neonatology tidak akan sempurna bila tidak mengetahui keadaan
yang terjadi pada kehamilan dan persalinan sehingga
Neonatology diganti menjadi Perinatology.
Perinatology adalah ilmu yang mempelajari masa kehamilan sejak
28 minggu s/d lahir 7 hari. (merupakan satu kesatuan)
Perinatologi terdiri dari 2 bagian, yi:
Perinatologi Obstetri : Sejak kehamilan 28 minggu s/d
kelahiran (Daerah Hulu)
Perinatologi Pediatri: Sejak lahir s/d genap 7 hari
(Daerah Hilir)
PERINATOLOGI
6. keluarga berencana
Perinatologi Pediatri tidak sempurna bekerja tanpa
informasi dari Perinatologi Obstetri, oleh karena
keadaan pada masa hamil dan persalinan
berpengaruh pada kehidupan neonatus. Kedua
hal ini mempengaruhi morbiditas dan mortalitas
dari neonatus.
Perinatologi merupakan cara preventif dan kuratif
untuk menolong janin dan neonatus sehingga
neonatus jauh lebih baik.
Di negara maju, perinatologi sudah sangat
berkembang seperti pemonitoran janin dengan
menggunakan Amnioscopy dan pengambilan
darah untuk mengetahui kesehatan atau penyakit
janin untuk diambil tindakan untuk menurunkan
morbiditas dan mortalitas.
Di Indonesia,mortalitas perinatal masih sangat tinggi
(36/1000). Faktor yang turut berperan adalah:
Kurang/tidak dimanfaatkannya fasilitas kesehatan yang
ada
Keadaan geografi yang tidak memungkinkan
Keadaan sosio-ekonomi belum memadai
Keterlambatan pertolongan
Masa kehamilan / masa gestasi
Masa sejak terjadinya konsepsi sampai
dengan saat kelahiran, dihitung dari hari
pertama haid terakhir (menstrual age of
pregnancy).
Kehamilan cukup bulan (term / aterm) : masa
gestasi 37-42 minggu (259 - 294 hari) lengkap.
Kehamilan kurang bulan (preterm) : masa
gestasi kurang dari 37 minggu (259 hari).
Kehamilan lewat waktu (postterm) : masa
gestasi lebih dari 42 minggu (294 hari).
Bayi cukup bulan (term infant) : bayi dengan
usia gestasi 37 - 42 minggu.
Bayi kurang bulan (preterm infant) : bayi
dengan usia gestasi kurang dari 37 minggu.
Kelahiran Hidup adalah bayi yang dilahirkan
dengan masa gestasi 22 minggu dengan tanda
hidup:
- denyut tali pusat
- denyut jantung
- bernafas
- ada pergerakan
Kelahiran Mati adalah bayi yang dilahirkan dengan
masa gestasi 22 minggu tanpa tanda hidup.
Istilah-istilah Penting
Birth Rate : Jumlah kelahiran per 1000 penduduk
Fertility rate: Jumlah kelahiran hidup per 1000
wanita subur (15 s/d 45 tahun)
Kematian Neonatal Dini : bayi yang lahir, mati
s/d umur 7 hari
Kematian Neonatal Lanjut : bayi yang lahir, mati
antara 7 s/d 28 hari
Still Birth Rate : Lahir mati per 1000 kehamilan
Perinatality rate :
Jlh yg lahir mati(S)+Kematian Neonatal Dini (D)
1000 Kelahiran
35 37 40 42 46
G E S T A SI
P re T erm T erm P o stT erm
Penggolongan bayi baru lahir
C. Telinga
Apakah ada deformitas daun telinga
Apakah ada tonjolan kulit unilateral/bilateral.
D. Hidung
Apakah ada atresia koana
Apakah ada mucus (sumbatan)
E. Mulut
Apakah ada labio-schizis
Apakah ada Palato-schizis
Apakah ada Gnato-Schizis
F. Leher
Relatif pendek
Clavicula periksa apa ada fraktur atau tidak
Goiter
Pembengkakan muskulus sterno-cleidomastoideus
G. Thorax
Lihat bentuk, RR: frekuensi 30 s/d 100 x/menit dan
dihitung dalam 1 menit penuh.
Bila bayi cukup bulan, dalam keadaan tenang, dgn
RR >60x/menit maka curigailah dengan insufisiensi
jantung atau insufisiensi paru
Bayi prematur, tipe pernafasan Cheyne-Stokes.
Pada pemeriksaan auskultasi ditemukan suara
pernafasan bronkhovesikular, kadang-kadang ada
ronchi pada akhir inspirasi panjang.
GENITALIA
Genitalia dan kelenjar mammae dipengaruhi oleh
hormon ibu melalui placenta, sering terjadi
Pembesaran mammae
Sekresi air susu pada bayi laki-laki dan perempuan
Pada bayi perempuan, kadang terjadi sekresi dari vagina
dan kadang berdarah.
Pada bayi laki-laki, skrotum bisa relatif lebih besar
Perhatikan/lihat apakah ada: hydrocele, hernia,
hypopasdia, hymen imperforata, dan pemeriksaan
anus.
EXTREMITAS
Apakah ada fraktur, terjadi kelumpuhan saraf,
terjadinya luxation
Perhatikan Reflex [moro, isap dan rooting]
PERAWATAN KULIT DAN Tali Pusat
- untuk menurunkan kejadian infeksi kulit dan daerah sekitar tali
pusat.
- Seluruh kulit / Tali Pusat dan sekitar Tali Pusat harus dibersihkan
dgn antiseptic (kamar bersalin/pada waktu masuk, tempat bayi
dirawat)
- Pemotongan/pengikatan Tali Pusat hrs segera dilakukan di kamar
bersalin
- Pemotongan lebih kurang 5 cm dari perut.
- Pengikatan dgn: pita karet, jepitan metal/plastic
- Bayi dimandikan dgn air hangat yang suhunya setara dgn suhu tbh
- Setiap hari dimandikan
- Bayi dikeringkan, lalu diselimutkan
- Petugas: yang merawat/kontak pertama kali. Harus cuci tangan
dulu-siku dgn sabun/air mengalir selama 2 menit.
- Kemudian: mencuci tangan selama 15 s/d 30 detik sesudah atau
sebelum memegang bayi
Perawatan tali pusat:
1. saat pemotongan
2. panjang tali pusat yang sisa
3. pengikatan tali pusat
4. pencegahan infeksi
5. fiksasi
6. pengamatan
1. Saat pemotongan:
a. dini: tidak menunggu tali pusat selesai berdenyut
b. Menunggu: pemotongan setelah tdpt transfuse placenta sempurna
yi: setelah tali pusat berhenti berdenyut. Kerugian: kemungkinan
hiperbilirubinemia. Keuntungan: dapat meringankan anemia of
premature kelak dan dapat mengurangi kemungkinan tjd respiratory
distress syndrome
2. Panjang tali pusat yang sisa : 5 cm dari pangkal
3. Pengikatan tali pusat:
Bahan: rubber bands atau plastic clips
perdarahan dikurangi
mengurangi penciutan tali pusat
4. Pencegahan infeksi
Memulas selaput tali pusat dari area 2,5 cm pangkal tali puat dgn
larutan antiseptikum: Betadine 1%, phisohex, lar.jodium 3%,
mercurochrome 2%, alcohol 70%
kemudian tali pusat ditutup dgn kain kasa kering/steril
5. Fiksasi tali pusat ke sebelah kiri supaya tidak menekan hepar
bila difiksasi disebelah kanan
6. Pengamatan: lihat ikatan, perdarahan.
SUHU INKUBATOR DLM 24 JAM SETELAH LAHIR
BB lahir Suhu ( derajat C )
500 gr 35 + 0,5
1000 gr 34,9 + 0,5
1500 gr 34 + 0,5
2000 gr 33,5 + 0,5
2500 gr 33,2 + 0,8
3000 gr 33 + 1,0
3500 gr 32,8 + 1,2
4000 gr 32,6 + 1,4
Minuman bayi baru lahir
Macam minuman:
Yg plg baik : ASI, bila tidak ada : PASI ( pengganti ASI ),
susu sapi yang susunannya telah disesuaikan dgn susunan ASI
Keuntungan ASI :
1. Aspek gizi
2. Aspek kekebalan Ab ( + )
-immunoglobulin ( Ig G, Ig D, Ig E )
-lisozim : fungsi bakteriostatik thdp enterobakteri
-laktoferin dan transferin : proteksi zat besi thdp pertumbuhan
kuman
-faktor Lactobacillus bifidus : mencegah pertumbuhan organisme spt
E. coli patogen
-laktoperoksidasi : membantu membunuh Streptococcus
dll.
3. Aspek psikologis dan fisiologis :
-BB ibu akan cepat kembali spt sedia kala
-merangsang uterus ibu berkontraksi
-menurunkan kemungkinan ibu menderita CA mammae
4. Aspek kontrasepsi dan aspek ekonomi
Kontra indikasi ibu yg menderita penyakit berat utk memberikan ASI :
1. Ibu menderita gagal jantung
2. Ibu menderita TBC aktif
3. Ibu menderita gagal ginjal
Sedangkan penyakit2 lainnya spt : hepatitis B, HIV/AIDS blm ada
kesepakatan
Pemberian minuman :
A. Peroral
bisa 2 cara : 1, mengisap
2, melalui sonde : NGT
B. Parenteral ( iv )
C. Frekuensi :
BB < 1250 gr : 24x minum/hari setiap 1 jam diberikan, blm bisa
mengisap dgn NGT, pemberian hrs hati2 krn bisa tjd aspirasi
pneumonia.
BB 1250 2000 gr : 12x / hari, BB > 2500 gr : 7x / hari.
D. Jumlah
Hari I : 60cc/kgBB/24jam
II : 90cc/kgBB/24jam
III : 120cc/kgBB/24jam
IV : 150cc/kgBB/24jam
Kemudian ditambah sedikit2 sampai 180-200 cc/kgBB/24jam
Cth : bayi BB 2 kg, hari I = 2 x 60 = 120 / 12x = 10 cc/tiap kali minum
hari II = 2 x 90 = 180 / 12x = 15 cc/tiap kali
minum
dst.
Bayi BB 1,2 kg, hari I = 1,2 x 60 = 72 / 24x = 3 cc/tiap kali minum
hari II = 1,2 x 90 = 108 / 24x = 4,5 cc/tiap kali
minum
dst
Bayi BB 2,6 kg, hari I = 2,6 x 60 = 156 / 7x = 22,3 cc/tiap kali minum
hari II = 2,6 x 90 = 234 / 7x = 33,4 cc/tiap kali minum
BERAT BADAN LAHIR RENDAH DAN
BAYI KURANG BULAN
Penyebab Dismaturitas:
Setiap keadaan yang mengganggu pertukaran zat antara
ibu dan janin. Ini juga bergantung pada :
a. faktor ibu
b. faktor janin
c. faktor placenta
PENYAKIT BAYI PREMATURE
MANIFESTASI KLINIS/:
Infeksi pada neonatus:
1. Terjadi bersama dengan penyakit lain
2. Dengan/tanpa gejala
3. Gejala tidak spesifik
4. Dapat mengenai beberapa sistem organ sekaligus
GEJALA UMUM/:
1. Panas 4. Hipotermia
2. Tampak tidak sehat 5. Malas minum
3. Letargi 6. Sklerema,
mis: pada sepsis
GEJALA PADA SALURAN NAFAS/:
1. Apnea/dyspnea/tachypnea
2. Retraksi
3. Pernafasan cuping hidung, merintih
4. Cyanose
GEJALA HEMATOLOGI/:
1. Kuning 4. Purpura perdarahan
2. Pucat 5. Splenomegali
3. Petechie
DIAGNOSA/:
1. Observasi yang teliti
2. Anamnese kehamilan/partus
3. Pemeriksaan fisis dan laboratorium
Pembagian infeksi neonatus menurut ringan/beratnya
penyakit:
a. Infeksi ringan
1. Infeksi kulit,mis: impetigo
2. Ophthalmia neonatorum
3. Omfalitis
4. moniliasis
b. Infeksi berat
1. Sepsis
2. Meningitis
3. Pneumonia
4. Diare epidemik
5. Pyelonefritis
6. Osteitis akut
7. Tetanus neonatorum
SEPSIS NEONATORUM & MENINGITIS
Merupakan sindroma klinis dengan ciri penyakit sistemik
simptomatis dan bakteriemia.
DIAGNOSA/:
Meningitis didiagnosa apabila dalam cairan lumbal punctie
tampak: warna cairan : chrom sampai keruh
sel leukosit & protein >>, Nonepandi test (+)
kadar glukosa>>,
bakter/antibakteri (+)
Sepsis, terdiagnosa secara klinis sistemik dan bakteriemia
TERAPI/:
Bila diagnosa ditegakkan:
bahan untuk biakan diambil (darah & liquor)
terapi antibiotika:
1. Ampisilin (i.v.) 25 s/d 50 mg/KgBB/12jam
*25 s/d 50 mg/KgBB/12jam (umur <7 hari)
*sepsis: setiap 8jam (umur > 8 hari)
*meningitis: 50 mg/KgBB/6jam
plus kombinasi dengan Gentamycin
7.5mg/KgBB/12jam per i.v.
2. Terapi sesuai biakan
3. Lama terapi untuk sepsis 14 hari dan meningitis
21
hari.
KOMPLIKASI MENINGITIS/:
1. Efusi subdural
2. Ventrikulitis
3. Gejala sisa neurologis, mis: lumpuh, kelainan
inteligensia, tuli, buta.
PNEUMONIA
Sering: Bronchopneumonia
GEJALA/:
1. Tidak spesifik
2. Menyerupai penyakit berat lain, spt sepsis atau
meningitis.
3. Gejala gawat nafas, yi: tachypnea, nafas cuping
hidung, merintih, apnea/pernafasan periodik, retraksi.
4. Auskultasi paru terdapat ronchii.
Ro: foto paru : perselubungan, atelektasis diffuse
Th : spt Th sepsis/meningitis
DIARE
Merupakan masalah penting karena berbahaya,
Infeksi terjadi:
1. pada saat lahir, bayi terkontaminasi dengan tinja ibu.
2. sesudah lahir, infeksi terjadi dari kontaminasi dari:
bayi lain, petugas, alat minum, dll.
Bisa terjadi wabah di bangsal bayi oleh E.coli, Salmonella,
echovirus, rotavirus.
Timbulnya diare bisa bersifat perlahan/tidak diketahui dan bisa
bersifat mendadak.
GEJALA/:
1. Malas minum 4. Diare
2. Tampak kurang sehat 5. Tinja mula2 kuning,
3. Muntah encer, berubah mjd ber-
lendir, berair, frekuensi
BAB bertambah.
BAHAYA/:
1. Dehidrasi
2. Gangguan keseimbangan elektrolit
3. Shock-hypovolemic
PENATALAKSANAAN/:
1. Memberi cairan
2. Mengatur keseimbangan elektrolit
3. Antibiotika sesuai dengan penyebabnya
4. Mencegah penularan
TINDAK LANJUT/:
Bila bayi pernah infeksi saluran kemih, maka:
a. perlu pemeriksaan radiologik untuk evaluasi.
b. bila ada lesi obstruktif maka perlu konsultasi ke
ahli
urologi untuk evaluasi atau jika perlu dilakukan tin-
dakan operatif.
OPHTHALMIA NEONATORUM
Disebut juga Blenorrhoea atau Conjunctivitis Gonorrhoica.
Etiologi/:
Neisseria gonorrhoe invasi:
a. waktu melewati jalan lahir
b. melalui tangan petugas
Gejala/:
1. Conjunctiva mula-mula hiperemis
2. Edema palpebra
3. Bulu mata lengket
4. Mata mengeluarkan sekret purulent
5. Bilateral
6. Bahaya pada kornea jika terserang bisa
menyebabkan kebutaan.
Diagnosa/: Pemeriksaan sekret mata
Terapi/:
1. Isolasi 3. Salep mata, yi: Pnc atau
2. Bersihkan sekret atau kloramfenikol
4. Antibiotika sistemik
Profilaksis/:
Cara Crede yaitu segera setelah bayi lahir, mata ditetes
dengan Ag.Nitrat 1% (yg masih baru)
MONILIASIS
Etiologi/:
Candida albicans, yi: jamur yang sering ditemukan pada
neonatus, biasanya tidak menimbulkan gejala. Tapi bila
daya tahan tubuh bayi menurun, penggunaan antibiotika
yang berlama-lama dan terapi kortikosteroid yang
berlama-lama akan menimbulkan gejala.
Pertumbuhan jamur menimbulkan kelainan:
1. Stomatitis (Oral Trush) 3. Diare
2. Dermatitis 4. Infeksi parentheral
Infeksi mula-mula di daerah mulut s/d esofagus, lalu ke
traktus digestivus sehingga menyebabkan diare.
Terapi/:
Larutan Nistatin: 3x 100.000 unit/hari, mikostatin,
candicidin, amphotericin (inj)
lokal : lar gentian violet 1%
OMFALITIS
Pangkal umbilikus terinfeksi oleh stafilokokus dengan
tanda radang:
1. Nanah
2. Merah/edema
3. Jika menjalar ke hati akan menyebabkan abses
4. Jika kronis maka menjadi granuloma
Terapi/:
1. Antibiotika
2. Perawatan placenta/umbilikus
3. Untuk granuloma diterapi dengan AgNO3 3%
HYPOGLIKEMIA
1. Transient (symptomatis dan sementara)
Terjadi pada: ibu dengan DM; BBLR; dys/premature;
bayi hipotermi; bayi dengan sepsis, meningitis, HMD.
2. Persistens (menetap)
Terjadi pada galaktosemia, Glucose storage
dysfunction, tumor adrenal
DIAGNOSA/: Bila dalam 3 hari pertama setelah lahir
diperiksa 2x berturut-turut didapati KGD:
< 30 mg% (Term)
< 20 mg% (BBLR)
< 40 mg% (umur >3 hari)
HIPOKALSEMIA
Bila kadar kalsium < 7mg%
Biasanya menyertai penyakit lain, seperti:
a. perdarahan intrakranial
b. hipomagnesemia
c. gawat janin
Hipokalsemia terjadi dalam 4 hari pertama
a. ibu dengan hipoparatiroidisme
b. neonatal hipoparatiroidisme
c. pemberian susu buatan dengan kadar fosfor tinggi
Hipokalsemia terjadi pada hari selanjutnya
HIPOMAGNESEMIA
Bersamaan dengan hipokalsemia, hipoglikemia dan gawat janin
Dugaan hipomagnesemia:
adanya hipokalsemia tanpa hipofosfatemia
hipokalsemia yang tidak teratasi dengan terapi kalsium
HIPERNATREMIA
Dehidrasi sel otak, perdarahan otak
Terjadi oleh karena garam (disangka gula) diberi kepada bayi ke
dalam botol susu bayi.
Perhatikan
Kadar Na darah = 130 s/d 140 mEq
Kadar Na Oralit = 90 mEq
Untuk bayi Na Oralit (kristaloid pedialit) ialah 45 mEq
HIPERBILIRUBINEMIA
Bila bilirubin indirect >> sehingga terjadi perlekatan dalam sel otak
sehingga terjadilah deposit bilirubin indirect (Kern Ikterus) akibatnya
gangguan neurologis dimana akan tampak kejang dan gejala lainnya.
Diagnosa/:
Anamnesa:
Keluarga Kejang pada bayi?
Kehamilan Penyakit, obat?
Persalinan lama, vakum?
Pemeriksaan Fisik:
K.U. Iritable, lemah, hipotonik
Gangguan pernafasan
sianose, ikterus
Perdarahan kulit
Funduskopi, mis: tampak perdarahan retina, dll.
Pemeriksaan Laboratorium:
Lumbal punctie
KGD
Serum Ca, P, Mg, Na, K
Kultur darah/ Sensitivity Test
Roentgen, misalnya EEG, CT-Scanning
Terapi Kejang pada Neonatus/:
1. Perawatan Umum:
a. menjaga suhu lingkungan
b. mencegah infeksi
c. cairan cukup
d. oksigen bila kejang
e. manipulasi bayi dikurangi, bila perlu baru dilakukan
2. Medikamentosa:
Pengobatan terutama ditujukan pada penyebab kejang,
misalnya:
Antikonvulsan untuk terapi sekunder saja
Untuk mencegah hipoglikemia:
Tanpa gejala maka hindari kedinginan dan berilah ASI 10 s/d 15
cc/KgBB
Bila KGD < 45 mg% maka infuslah Dextrose
Dengan Gejala:
Sedang Kejang, maka berilah larutan Glukosa 5% yaitu: 2 s/d
3 cc/KgBB (per Bolus)
Lanjutkanlah dengan Glukosa 10%, yaitu: 8 s/d 10
cc/KgBB/jam sampai pemeriksaan Dextrostic > 45 mg%
Kemudian baru berikan minuman per oral
Bila setelah 12 jam, KGD < 45mg% maka berilah
Hydrocortison 5 mg/KgBB/12 jam (secara i.m. atau i.v.)
HIPOKALSEMIA
Diagnosa/: bila antara serangan-serangan, keadaan bayi tetap baik
Terapi/: Kalsium Glukonas 10% (3 ml/KgBB per i.v.) secara perlahan-
lahan, yaitu:
bila gejala menghilang pada waktu injeksi maka segera hentikan
bila gejala tidak menghilang berarti ada hipomagnesemia, maka
berilah *MgSO 4 2%: 2 s/d 4 ml (i.m.)
*MgSo 4 50%: 1 ml/1x/hari
Defisiensi Pyridoxin: Berilah Pyridoxin 25 s/d 50 mg per i.v.
Blind Treatment:
Bila fasilitas lab tidak ada untuk pemeriksaan kausa kejang,
maka lakukan:
beri pyridoxin(25 s/d 50 mg per i.v.)
dalam 2 s/d 3 menit tidak berhasil, beri MgSo 4,, bila tidak
berhasil berilah: - Kalsium glukonas
- Glukonas
Pengobatan dengan Antikonvulsan
1. Phenobarbital/Luminal:
20 mg/KgBB/i.v., Single Dose 5 mg/menit secara perlahan
33% bayi kejang dapat diatasi dengan fenobarbital diatas
40 mg/KgBB/i.v. maka 85% bayi kejang teratasi
2. Phenitoin
20 mg/KgBB/i.v. dgn cara 0.5 mg/KgBB/menit
Dosis maintenance: 5 s/d 10 mg/KgBB/i.v./hari
3. Diazepam
0.3 s/d 0.5 mg/KgBB/i.v. atau per i.m.
Bahaya: apnoe ataupun collaps sirkulasi
Lama pemberian antikonvulsan adalah:
1. s/d 1 minggu bebas kejang
2. Bila kejang kembali, ulangi lagi
Pemberian Antibiotika:
Bila: 1. Ada infeksi
2. Sesuaikan dengan kultur/sensitivity test
Prognosa/:
Kurang baik, bila:
1. Nilai APGAR 5 menit: <6
2. Kejang yang berkepanjangan
3. Kejang timbul <12 jam setelah lahir
4. BBLR
5. Ada kelainan neurologi
ANEMIA DAN PENYAKIT PERDARAHAN
PADA NEONATUS
6.1. ANEMIA
Bisa karena: fisiologis, bleeding, hemolisa, produksi eritrosit berkurang
Th :
A. Khusus
- terapi sesuai dgn etiologi
- mis : sepsis diberi AB
hipoglikemi diberi lar. Glukosa
B. Umum
1. Bersihkan jln nafas
2. Perangsangan
3. Pemberian O 2 :
a. intranasal
b. dimasukkan ke dlm tempat bayi berbaring
c. ventilasi manual
Jika usaha2 ini gagal maka dilakukan CPAP (continous positive
airway pressure)
ASFIKSIA NEONATORUM
Adalah keadaan gagal bernafas secara spontan & teratur segera
setelah lahir pada bayi baru lahir
Masih merupakan faktor penting sbg penyebab kesakitan & kematian
pd bayi baru lahir
Banyak kaitannya yg erat antara asfiksia dgn kelainan pd masa
neonatus, mis timbulnya : - Respiratory distress syndrome (RDS)
- aspirasi mekonium
- infeksi, kejang pasca asfiksia
Akibat asfiksia :
Pd keadaan asfiksia, tjd kekurangan suplai O 2 ok adanya gangguan
pertukaran O 2 & CO 2 shg denyut cor bayi/fetus menurun shg
menimbulkan gangguan perfusi pd jaringan & organ vital
2. Faktor pencetus :
a. kompresi plasenta : menumbung, melilit, terpilin
b. gangguan pertumbuhan
c. mekonium stain
d. oksigenasi yg berkurang dlm darah, mis : hemolitik
e. depresi pernafasan bayi, mis : anestesia, analgetika
f. kelainan kongenital, mis : aplasia paru, hernia diafragmatika,
atresia saluran nafas
Derajat Nilai
1. Vigourous baby 7 10 ( asfiksia ringan )
2. Asfiksia sedang 46
3. Asfiksia berat 03
PENATALAKSANAAN :
Bila bayi baru lahir tdk segera menangis atau tdk bernafas segera
setelah lahir.
Penilaian :
Pernafasan depresi/tdk ada depresi/tdk ada
Denyut cor > 80x/mnt < 80x/mnt
Dikategorikan asfiksia neonatal asfiksia neonatal
sbg : sedang berat
Diobati/ Th :
1, puskesmas - keringkan dgn S
tanpa handuk hangat
perawatan - beri lingk. Hangat
2, dirumah - bersihkan jln nafas: A
oleh bidan postural drain, pe-
ngisapan orofaring
- ventilasi tekanan (+) M
dgn pernafasan mulut
ke mulut / kantong &
masker A
rujuk
rujuk
3, puskesmas - s.d.a. - s.d.a.
dengan pe- - bila masih biru: - bila masih biru:
rawatan bicarbonat 8,4% bicarbonat 8,4% or
2ml/kgBB + dex- 7,5% 2ml/kgBB +
trose 20% 2ml/kg dextrose 20% 2ml/
BB atau kgBB atau
bicarbonat 1,5% bicarbonat 1,5% 5ml/
5ml/kgBB + dex- kgBB + dextrose 5-10%
trose 10% or 5% 5ml/kgBB (vena umb)
5ml/kgBB (vena umb) - massage cor luar bila
- AB: ampisilin perlu
rujuk rujuk
4, R.S. - s.d.a. - s.d.a. , intubasi
- ventilasi dgn O2 - pijat cor luar
- bila perlu intubasi - bicarbonat + dextrose
(iv) ( s.d.a. )
KELAINAN KONGENITAL
Kelainan kongenital yg perlu tindakan dini :
A. Omfalokel
- protusi isi abdomen yg keluar dr dinding perut disekitar
umbilikus
- benjolan terbungkus suatu kantong
Tindakan :
- tindakan bedah utk memasukkan protusi usus dan menutup lubang
hernia tsb
B. Atresia oesofagus
- air ludah terus terkumpul dan meleleh atau berbusa
- pd setiap pemberian minum, bayi sesak, batuk, muntah & biru
(sianosis)
- bisa dgn fistula yi: udara dpt tetap masuk ke gaster / usus
- tanpa fistula, dimana perut bayi datar, krn tdk terisi udara
Diagnosa :
Memasukkan kateter yg agak keras & radioopaque via lubang hidung
Bila ada hambatan terasa atresia
Kemudian lakukan pemeriksaan radiologis
Tindakan / Th : - bedah
Prognosa : tergantung beberapa faktor yi : masa gestasi, cepat/lambat
diagnosa, ada/tdk komplikasi dlm operasi
TRAUMA LAHIR
Yg ditekankan :
a. Pengenalan masalah yg sering mengakibatkan terjadinya trauma lahir
dgn pemeriksaan dini : 1, ada masalah dlm kandungan
2, ada masalah dlm persalinan
3, masalah bayi, mis : kurang bln spt
hipoxia
b. Perlunya pengenalan thdp jenis kelamin terutama yg sering ditemukan
c. Mengetahui tindakan yg akan dilakukan
Trauma lahir yg sering terjadi :
1. Caput suksadenum
Benjolan difus kepala, batas tak tegas, melampaui sutura, tdk
berfluktuasi, bersifat edema tekan
Terlihat segera setelah lahir
Tdk perlu tindakan krn sembuh dlm 2 3 hari
2. Sefalohematoma
Benjolan di kepala, difus, batas tegas, tdk melewati sutura, bisa
soliter/multipel, ada fluktuasi
Baru tampak setelah 6 jam sampai dgn 2 3 hari
Tidak perlu tindakan krn sembuh dlm 2 8 minggu
3. Perdarahan supaponeurosis
Bila perdarahannya luas, dilakukan transfusi
4. Fraktura clavicula
Krn susah melahirkan bahu bayi
Tampak moro reflex berbeda kanan/kiri sehingga perlu tindakan
immobilisasi
5. Trauma pleksus
Brachialis immobilisasi
Di daerah thoracal disebut Duchene Erb paralyse
Di daerah caudal disebut klumpke paralyse
6. Trauma intracranial
Perlu diagnosa & tindakan cepat
Gejalanya bergantung pd lokasi intracranial bleeding tsb
Klinis : -, gangguan kesadaran
-, gangguan respirasi
-, gangguan neurologik
-, kejang, bayi menangis ( high pitch cry )