Anda di halaman 1dari 43

Dengue Hemoragic Fever

Prof. Dr. dr. Teguh Yudha Adiguna, Sp. PD


Prof. DR. dr. Magindra Nursani Afifa, SP. PD

Pembimbing : dr. Taufik M. Walliy, Sp. PD

Fakultas Kedokteran Unswagati


RSUD WALED
Bagian Ilmu Penyakit Dalam
Demam Berdarah Dengue
penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
dengue dengan manifestasi klinis demam,
nyeri otot dan atau tanpa nyeri sendi yang
disertai leukopenia, ruam, limfadenopati,
trombositopenia dan diathesis hemoragik.
Pada DBD terjadi perembesan plasma yang
ditandai dengan peningkatan hematocrit atau
penumpukan cairan dirongga tubuh.
Chikungunya: Demam yang disebabkan oleh
alphavirus dan togaviridae yang disebarkan
oleh gigitan nyamuk dari spesies Aedes
Aegypti.
Morbilli / Campak : infeksi virus akut yang
ditandai oleh 3 stadium yaitu stadium kataral,
stadium erupsi, dan stadium konvalensi.
Gejalanya adalah demam, peradangan selaput
lendir, dan timbulnya erupsi kulit beruPA
bercak dan bintik merah disusul oleh
pengelupasan
Leptospirosis adalah suatu penyakit zoonosis yang
disebabkan oleh patogen spirochaeta, genus
Leptospira. Spirochaeta ini pertama kali diisolasi di
Jepang oleh Inada setelah sebelumnya digambarkan
oleh Adolf Weil tahun 1886. Weil menemukan bahwa
penyakit ini menyerang manusia dengan gejala
demam, ikterus, pembesaran hati dan limpa, serta
kerusakan ginjal
Etiologi
Demam Berdarah Dengue: virus dengue, yang
termasuk dalam genus Flavivirus, keluarga
Flaviviridae. Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-
1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4
Chikungunya : virus chikungunya berbentuk sferis
yang disebarkan melalui nyamuk Aedes Aegypti.
Morbilli : virus morbilli dari golongan
paramyxovirus yang berasal dari sekret saluran
pernapasan, darah, dan urine dari yang terinfeksi.
Epidemiologi
Demam Berdarah Dengue: Asia Tenggara,
Pasifik barat dan karibia. Indonesia
merupakan wilayah endemis dengan sebaran
di seluruh wilayah tanah air.
Chikungunya: pulau jawa, NTB, dan
Kalimantan tengah. Biasanya terjadi pada
daerah endemis Demam Berdarah Dengue.
Morbilli:
Patofisiologi DBD
Demam berdarah dengue:
a. gangguan pada volume plasma
b. Trombositopenia akibat adanya supresi sumsum tulang dan
destruksi serta pemendekan masa hidup trombosit.
c. gangguan sistem koagulasi dan fibrinolisis akibat penurunan faktor
ekstrinsik (tromboplastin dan faktor VII), intrinsik (faktor VIII, IX,
XI, XII), dan fibrinogen dari proses pembekuan darah
d. sistem komplemen menurun akibat aktivasi komplemen yang
menghasilkan anafilatoksin C3a dan C5a menstimulasi sel mast
pelepasan histamin peningkatan permeabilitas kapiler,
pengurangan volume plasma, dan syok hipovolemik.
e. respon leukosit (transformed lymphocytes)
MASA INKUBASI DBD
Masa inkubasi DBD biasanya 4 7 hari atau bahkan 3 15 hari sesudah masa tunas/inkubasi
selama 3 15 hari orang yang tertular dapat mengalami/menderita penyakit ini dalam salah
satu dari 4 bentuk berikut ini :
Bentuk Abortif, Penderita tidak merasakan suatu gejala apapun.
Dengue Klasik, Penderita mengalami demam tinggi selama 4 7 hari nyeri-nyeri pada
tulang, diikuti dengan munculnya bintik-bintik atau bercak-bercak pendarahan dibawah
kulit.
Dengue Haemorhagig Fever (Demam Berdarah Dengue/DBD), Gejalanya sama dengan
dengue klasik ditambah dengan pendarahan dari hidung (Epitaksis/mimisan), mulut,
dubur, dsb.

Dengue Syok Sindrom, Gejalanya sama dengan DBD ditambah dengan syok/presyok.
Bentuk ini sering berujung pada kematian.
Tanda dan gejala DBD
- Masa inkubasi berdasarkan derajat DBD antara 3-15 hari
- Demam akut atau suhu tiba-tiba meningkat
- Menggigil
- Terjadinya perdarahan saat demam
a. Perdarahan pada kulit atau petechie, echimosis, hematom.
b. Perdarahan lain seperti epistaksis, hematemesis, hematuri
dan melena
- Keluhan pada saluran pernafasan
- Keluhan pada saluran pencernaan
- Keluhan sistem tubuh lain
Kriteria diagnosis DBD (WHO, 1997)
Demam akut 2-7 hari, biasanya bifasik
Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan berikut:
a. Rumple leed positif
b. Petekie, ekimosis, atau purpura
c. Perdarahan mukosa (epistaksis dan perdarahan gusi)
d. Hematemesis atau melena
Trombositopenia (<100.000/uL)
Terdapat minimal satu tanda kebocoran plasma:
a. Peningkatan hematokrit > 20%
b. Penurunan hematokrit > 20% setelah terapi cairan
c. Efusi pleura, asites, atau hipoproteinemia
Kriteria diagnosis DBD (WHO, 2009)
2 kriteria klinis + 2 kriteria labotoris
KLINIS:
a. Demam tinggi mendadak,terus menerus selama 2-7 hari
b. Terdapat manifestasi pendarahan seperti rumple leed
positif, petekie, ekimosis, purpura, perdarahan mukosa,
epitaksis, perdarahan gusi, dan hematemesis/melena
c. Pembesaran hati
d. Syok ditandai dengan nadi lemah dan cepat, tekanan
nadi turun, tekanan darah tururn, serta akral dingin.
LABORATORIS
a. Trombositopenia (< 100.000L )
b. Hemokonsentrasi, peningkatan hematokrit > 20%.
Kriteria diagnosis DBD (WHO, 2011)
Nb: kriteria klinis dan labotoris sama dengan WHO, 2009.
Diagnosis DBD ditegakkan berdasarkan:
a. 2 kriteria klinis pertama + trombositopenia dan
hemokonsentrasi / peningkatan hematokrit > 20%
b. Dijumpai hepatomegali sebelum terjadi perembesan
plasma
c. Dijumpai tanda perembesan plasma : efusi
pleura/hipoalbuminemia
d. Dikonfirmasi dengan deteksi NS-1 (antigen virus
dengue) dan uji serologi anti dengue positif.
Revisi Diagnosis DHF menurut WHO
2009 dan T MUDWAL Teory
Probable dengue
Live in/travel to dengue endemic area.
Fever and 2 of the following criteria:
Nausea, vomiting
Rash (Ruam)
Aches and pains
Tourniquet test positive
Leukopenia
Any warning sign
Laboratory confirmed dengue (Important when no sign of
plasma leakage)
Revisi Diagnosis DHF menurut WHO
2009 dan T MUDWAL Teory
Warning Sign
Abdominal pain or tenderness
Persistent vomiting
Clinical fluid accumulation
Mucosal bleed
Lethargy, restlessness
Liver enlargement > 2 cm
Laboratory: increase in HCT concurrent with rapid
decrease in platelet count
Revisi Diagnosis DHF menurut WHO
2009 dan T MUDWAL Teory
Severe Plasma Leakage Dengue (Kriteria
Dengue Berat)
Shock (DSS)
Fluid accumulation with respiratory distress
Severe bleeding as evaluated by clinician
Severe organ involvement
Liver AST or ALT > 1000
CNS : Impaired consciousness
Heart and other organs
klasifikasi derajat penyakit infeksi virus dengue
DD /
DERAJAT GEJALA LABORATORIUM
DBD

Demam disertai 2 atau lebih Leukopenia


tanda: sakit kepala, nyeri retro- Trombositopenia, peningkatan
DD orbital, mialgia, manifestasi hematokrit (5-10%), dan tidak
perdarahan, ruam kulit ditemukan bukti kebocoran plasma
makulopapular dan atralgia

Gejala diatas ditambah uji Trombositopenia (<100.000/L), bukti


DBD I
rample leed positif ada kebocoran plasma

Gejala diatas ditambah Trombositopenia (<100.000/L), bukti


DBD II
perdarahan spontan ada kebocoran plasma

Gejala diatas ditambah


Trombositopenia (<100.000/L), bukti
DBD III kegagalan sirkulasi (kulit dingin
ada kebocoran plasma
dan lembab serta gelisah)

Syok berat disertai dengan


Trombositopenia (<100.000/L), bukti
DBD IV tekanan darah dan nadi tidak
ada kebocoran plasma
teratur
Protokol 1

Protokol 2
Protokol 3
Protokol 4
Protokol 5
Patofisiologi chikungunya
Nyamuk Aedes tersebut dapat mengandung virus
Chikungunya pada saat menggigit manusia yang
sedang mengalami viremia, yaitu 2 hari sebelum
demam sampai 5 hari setelah demam timbul.
Kemudian virus yang berada di kelenjar liur
berkembang biak dalam waktu 8-10 hari (extrinsic
incubation period) sebelum dapat ditularkan
kembali kepada manusia pada saat gigitan
berikutnya. Di tubuh manusia, virus memerlukan
waktu masa tunas 4-7 hari (intrinsic incubation
period) sebelum menimbulkan penyakit.
DIAGNOSIS CHIKUNGUNYA
Kriteria Klinis: Demam mendadak > 38,5C
dan nyeri persendian hebat (severe athralgia)
dan atau dapat disertai ruam (rash).
Kriteria Epidemiologis: Bertempat tinggal atau
pernah berkunjung ke wilayah yang sedang
terjangkit Chikungunya dengan sekurang-
kurangnya 1 kasus positif RDT/ pemeriksaan
serologi lainnya, dalam kurun waktu 15 hari
sebelum timbulnya gejala (onset of symptoms)
Kriteria Laboratoris: sekurang-kurangnya
salah satu diantara pemeriksaan berikut:
Isolasi virus
Terdeteksinya RNA virus dengan RT-PCR
Terdeteksinya antibodi IgM spesifik virus Chik
pada sampel serum
Peningkatan 4 kali lipat (four-fold) titer IgG pada
pasangan sampel yang diambil pada fase akut dan
fase konvalesen (interval sekurang-kurangnya 2-3
minggu)
Berdasarkan kriteria di atas, Diagnosis Demam
Chikungunya digolongkan dalam 3 kategori yaitu:
KASUS TERSANGKA (Suspected case/ Possible case)
Penderita dengan kriteria klinis.
KASUS PROBABEL (Probable case)
Penderita dengan kriteria klinis + kriteria epidemiologis
KASUS KONFIRM (Confirmed case)
Penderita dengan kriteria laboratoris.
TATALAKSANA
Simptomatis
Antipiretik dan analgetik
Suportif
Tirah baring (bedrest), batasi pergerakkan
Minum banyak untuk mengganti kehilangan cairan
tubuh akibat muntah, keringat dan lain-lain.
Fisioterapi
Perbedaan chikungunya dan DBD
Penyakit chikungunya disebabkan oleh sejenis
virus yang disebut virus chikungunya
Gejalanya mirip DBD
Virus chikungunya dipindahkan dari satu
penderita ke penderita lain melalui nyamuk
antara lain Aedes aegypti
Masa inkubasinya selama 1-6 hari
Morbili
Penyakit infeksi yang menular yang disebabkan
oleh measles virus.
Patofisiologi Morbilli
Terinfeksi virus menginfeksi jaringan
limfatik lokal, dibawa oleh makrofag paru,
ampifilik virus morbilli pada KGB regional
darah seluruh tubuh ruam infeksi
Tanda dan gejala Morbilli
Masa inkubasi 10-20 hari. Gejalanya dibagi
menjadi 3 stadium, yaitu:
a. Stadium kataral : 4-5 hari dgn demam,
malaise, batuk fotofobia, konjungtivitis, dan
coryza.
b. Stadium erupsi : 4-7 hari dengan coryza, da
batuk-batuk bertambah. Timbul eksantema di
palatum durum dan palatum mole.
c. Stadium konvalensi : berupa meninggalkannya
bekas yang berwarna lebih tua yang lama
kelamaan akan menghilang sendiri.
Perbedaan Morbilli dengan DBD
Koplik spot
3C : Cough, Conjungtivitis, and Coryza
Penatalaksanaan morbilli
Pengobatan bersifat suportif dan simptomatis,
terdiri dari istirahat, pemberian cairan yang
cukup, suplemen nutrisi, antibiotik diberikan
bila terjadi infeksi sekunder, anti konvulsi
apabila terjadi kejang, antipiretik bila demam.
Indikasi rawat inap bila hiperpireksia (suhu
>39,5C), dehidrasi, kejang, asupan oral sulit
atau adanya penyulit.
Leptospirosis
Suatu penyakit yang disebabkan oleh kuman
Spirochaeta yaitu Leptospira interrogans
(WHO).
www.leptospirosis.org

- Gram (-)
- Bakteri berbentuk spiral
- Berflagel pada kedua ujungnya
- L. Interrogans yang patogen bagi manusia dan
hewan
- 180 serotipe dan 18 serogrup
- Obligat aerob & optimal pada suhu 280 C - 300 C
- Menghasilkan Katalase dan Oksidase
Transmisi
Hewan karier ekskresi leptospira di dalam urine
secara intermiten atau kontinyu

Infeksi pada manusia :


Kontak langsung : veterinarians, pekerja di peternakan,
tukang potong
Kontak tidak langsung : kontak dengan air, atau tanah,
lumpur yang telah terkontaminasi

Infeksi terjadi terutama bila terdapat luka/ erosi pada


kulit atau selaput lendir.
PATOGENESIS
Luka/ aberasi
Leptospira Mukosa membranosa atau konjungtiva
aerosol inhalation dari microscopic droplets
Ingesti

Masuk ke sirkulasi

migrasi spirochetes ke dalam organ dan jaringan

Gejala klinis
Manifestasi Klinis
Fase I (septikemia)
4 7 hari
Darah, LCS, Jaringan lain (-) pada akhir fase
Leptospira masih tetap berada pada aqueos
humor dan parenkim ginjal
Manifestasi Klinis
Fase II (fase Imun)
4 30 hari
Peninggkatan titer Ab leptospira
Leptospirouria (1 4 mgg)
Menigitis, gangguan hati dan ginjal terdapat
pada fase ini
Leptospirosis Anikterik
Fase I :
Demam, malaise, nyeri kepala, dan nyeri abdomen
Mialgia, ruam kulit, hepatosplenomegali, dehidrasi
Gejala hilang dengan lisisnya leptospira.
Fase II :
Demam, uveitis, nyeri kepala
Demam tidak terlalu tinggi dan singkat
Tanda khas adalah meningitis (adanya pleositosis pada
LCS dengan/tanpa gejala meningeal
Ab tinggi Leptospira hilang dari LCS (minggu ke-2)
Leptospiuria
Leptospirosis Ikterik
Fase I :
Sama seperti Leptospira anikterik
Fase II :
Gangguan fungsi hati dan ginjal
Kegagalan sirkulasi
Gangguan kesdaran
Ikterus (mulai pada hari ke-3 atau minggu ke-2)
Demam yang menetap antara kedua fase
Oliguri dan anuri
Aktivitas protrombin plasma dan albumin serum
Diagnosis
Leptospira merupakan penyebab utama FUO
pada beberapa negara. Pemeriksaan
laboratorium sangatlah penting dalam
melakukan tindakan diagnosis terhadap
leptospira
Daignosis pastinya:
1. Leptospira yang diisolasi dari cairan tubuh
2. Gambaran klinis sesuai leptospirosis
3. Kenaikan titer antibodi 4 kali atau lebih
Diagnosis
Diagnosis dibagi menjadi 3 klasifikasi:
Suspek: Gejala klinis (+) tanpa hasil lab

Probable: Gejala klinis leptospirosis (+) dan tes


serologi penyaring (+)

Definitif: Gejala klinis (+), hasil tes MAT adanya


peningkatan titer 4 kali atau lebih
Pengobatan
Penisilin G 6-8 juta U/m2/hari i.v.
Dalam 6 dosis selama 7 hari

Tetrasiklin 10 20 mg/kgBB/hari i.v.


Dalam 4 dosis selama 7 hari
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai