Anda di halaman 1dari 24

TEGUH SETIAWAN

0810221098
Muntah pada anak merupakan keadaan yang cukup
merisaukan orang tua dan mendorong mereka sesegera
mungkin mencari pertolongan untuk mengatasinya.
Muntah sebenarnya merupakan simptom/gejala, bukan
suatu penyakit.
Muntah dapat sebagai awal penyakit saluran cerna atau
diluar saluran cerna baik berupa infeksi, inflamasi atau
kelainan anatomi. Peningkatan tekanan intracranial
dapat bermanifestasi awal berupa muntah, begitu juga
adanya infeksi sitemik dapat menimbulkan muntah.
Tidak semua obat anti muntah dapat diberikan kepada
setiap anak karena penanganannya ditujukan kepada
penyebab muntah sendiri.
Muntah merupakan pengeluaran isi lambung/esofagus
dengan paksa.
Pengeluaran isi lambung ini berlangsung dengan
kekuatan secara aktif akibat adanya kontraksi abdomen,
pilorus, elevasi kardia, disertai relaksasi sfingter
esofagus bagian bawah dan dilatasi esofagus.
Muntah merupakan reflek protektif tubuh karena dapat
berfungsi melawan toksin yang tidak sengaja tertelan.
Muntah merupakan usaha mengeluarkan racun dari
tubuh dan bisa mengurangi tekanan akibat adanya
sumbatan atau pembesaran organ yang menyebabkan
penekanan pada saluran pencernaan.
Sindrom Muntah Siklik terjadi sebanyak 1,9%
pada anak-anak sekolah.
Refluks gastroesofagus merupakan hal yang
sangat umum terjadi pada tahun pertama
kehidupan. 50% pada bayi berumur 2 bulan
mengalami regurgitasi 2 kali sehari atau lebih.
Prevalensi tertinggi yaitu 67% terjadi sekitar
bayi berumur 4 bulan dan kemudian prevalensi
menurun menjadi 1% pada saat bayi berumur 1
tahun
Reseptor muntah:
traktus gastrointestinal
visera (hati, ginjal, pankreas, jantung, paru)
canalis vestibularis
Chemoreceptive Trigger Zone (CTZ)
Supraneuron

Gastroenteritis adalah penyebab utama muntah


pada anak.
Fase Nausea
sensasi psikis yang tidak nyaman yang mendahului rasa atau
keinginan untuk muntah. Muntah yang disebabkan oleh
peningkatan tekanan intrakranial dan obstruksi saluran
gastrointestinal tidak didahului oleh fase nausea.
Fase Retching
Otot pernafasan dan diafragma berkontraksi menyebabkan
tekanan intratorakal menjadi negatif.
Fase Emesis/ Ekspulsif/ Muntah
Apabila fase retching mencapai puncaknya dan didukung oleh
kontraksi otot abdomen dan diafragma, akan berlanjut menjadi
muntah jika tekanan tersebut dapat mengatasi mekanisme anti
refluks dari sfingter esofagus bagian bawah.
Muntah siklik
Kelainan fungsional gastrointestinal yang dapat diidentifikasi
dengan adanya 3 atau lebih episode mual dan muntah yang
berlangsung selama hitungan jam hingga hari yang diselingi
dengan masa bebas gejala hingga beberapa minggu atau bulan.
Muntah psikogenik
Berjalan kronis, terkait dengan stres atau makan, tidak ada
nausea dan anoreksia, muntah dapat dipicu oleh dirinya sendiri
dengan memaksakan muntah atau memasukan tangannya
kedalam mulut
Abdominal migraine
Suatu sindrom dengan gejala abdominal periodik. Biasanya
terdapat famili dengan riwayat migraine.
Alimentary Vomiting
Muntahan yang berisi makanan yang belum dicerna atau baru sebagian
dicerna, terkadang dalam jumlah yang berlebih. Tipe ini yang paling sering
didapatkan dan dapat terjadi segera atau beberapa jam setelah makan.
Acid Vomiting
tampak sebagai sejumlah kecil cairan mukus berwarna keputihan dan
mengandung material busa dengan pH<5, yang mungkin terjadi selama atau
selesai makan dan terkadang terjadi pada waktu malam hari.
Bilious vomiting
ekspulsi dari cairan berwarna hijau kekuningan yang tebal. Memikirkan
adanya total (atresia) atau sebagian (stenosis) obstruksi saluran cerna yang
berada di distal dari ampulla Vater.
Bloody vomiting
Muntah berwarna merah terang atau seperti kopi yang dapat diakibatkan oleh
adanya perdarahan yang baru terjadi maupun sedang terjadi pada saluran
cerna bagian atas (esofagus, lambung, atau duodenum)
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang
Sifat Muntahan
Frekuensi Muntah
Kekuatan Muntah
Hubungan dengan Makanan
Gejala Lain
Possetting
Pengeluaran sedikit isi lambung sehabis makan, biasanya
meleleh keluar dari mulut. Sering didahului oleh
bersendawa.
Ruminasi
Suatu kebiasaan abnormal, mengeluarkan isi lambung,
mengunyahnya, kemudian menelannya kembali.
Regurgitasi
RGE adalah keluarnya isi lambung ke dalam esofagus.
Keadaan ini mungkin normal atau dapat pula abnormal.
Setiap refluks tidak selalu disertai regurgitasi atau muntah,
tetapi setiap regurgitasi pasti disertai refluks.
Komplikasi Fisik
Mallory-Weiss Syndrome: laserasi linier
pada mukosa perbatasan esofagus dan
lambung
Komplikasi Metabolik
gangguan elektrolit dan asam-basa
Komplikasi Psikologis
perilaku anoreksia pada anak-anak
penatalaksanaan muntah adalah menghilangkan
kausa spesifiknya, namun penatalaksanaan
simptomatik untuk mengurangi atau
menghilangkan gejala muntah acapkali perlu
dilakukan terlebih dahulu
Golongan stimulan motor gastrointestinal
merangsang motilitas dan sekresi
Golongan obat prokinetik
menormalisir gangguan motilitas otot sehingga
memperbaiki koordinasi aktifitas peristaltik.
1. Ismail R dan Wahyu H. Muntah Pada Anak. Dalam: Suharyo, ed. Gastroenterologi Anak Praktis. 1988.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Hal. 109-115.

2. Markum AH, Ismael S, Alatas H. Muntah Pada Bayi. Dalam: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. 1985.
Jakarta: Infomedika. Hal. 311.

3. Suraatmaja, Sudaryat. Gastroenterologi Anak. 2005. Jakarta: Sagung Seto. Hal. 155-169.

4. Putra, Deddy S. Muntah Pada Anak. Diunduh dari: www.dr-deddy.com/artikel-kesehatan/4-muntah-


pada-anak.pdf. Diakses pada tanggal 11 Oktober 2010.

5. Sudarmo, Subijanto M. Penatalaksanaan Muntah pada Bayi dan Anak. Diunduh dari:
www.pediatrik.com/buletin/20060220-hw0gpy-buletin.pdf. Diakses pada tanggal 11 Oktober 2010.

6. Ravelli, Alberto. Recurrent Vomiting. Dalam: Guandalini, Stefano ed. Essential Pediatric
Gastroenterology, Hepatology, and Nutrition. 2005. USA: McGraw-Hill Medical Publishing. Hal. 3-14.

7. Laney, Wayne. The Gastrointestinal Tract & Liver. Dalam: Rudolph, Abraham ed. Rudolphs
Fundamentals of Pediatrics. 2002. USA: McGraw-Hill Medical Publishing. Hal. 466-472.

8. Sondheimer, Judith. Vomiting. Dalam: Walker, Allan ed. Pediatrics Gastrointestinal Disease. 2004.
USA: BC Decker. Hal. 203-209.

Anda mungkin juga menyukai