Anda di halaman 1dari 16

DEMENTIA

Oleh : H. Sukardi, S.Kep,MM


Pendahuluan
Aging membawa perubahan pada anatomi
dan fisiologi yang akhirnya mneyebabkan
terjadinya kerusakan fisik dengan adanya
berbagai penyakit dan kelainan seperti
arthritis, diabetes mellitus, kerusakan sensori,
serta kemunduran struktur dan fungsi otak
dan syaraf pusat ( Burke dan Walsh, 1997).
Pengenalan terhadap gangguan kognitif pada
lansia, tersedianya penatalaksanaan dan
support bagi individu, keluarga menjadi
penting bagi perawat sebagai pemberi
pelayanaan.
Kemampuan kognitif seseorang dipengaruhi oleh status
kesehatan, genetic, pengalaman masa lalu, latar belakang
pendidikan, budaya, kepercayaan, dan kondisi kehidupan
yang baru saja dialami. Perubahan pada otak dipengaruhi
oleh aging proses dan kondisi patologi tertentu. Manifestasi
dari kemampuan kognitif antara lain bahasa,
perhatian/attention, memory, orientasi, kemampuan visual,
konseptualisasi, dan intelegensi secara umum (Albert, 1994).

Dementia merupakan salah satu dari tiga kerusakan mental


yang penting sering terjadi pada lansia ( dementia, depresi,
delirium). Prevalensi dementia cenderung meningkat dengan
adanya penurunan angka kematian usia lanjut sehingga
umur seseorang bias mencapai lebih dari 75 tahun bahkan
85 tahun atau lebih, lansia yang mengalami sakit infeksi bias
ditekan dengan adanya fasilitas kesehatan yang tersedia.
Definisi
Dementia adalah deteriorasi mental yang
menyebabkan hilangnya fungsi kognitif yang biasa
dimanifestasikan dengan gejala yang progresif seperti
mudah lupa, hilangnya kemampuan self-care secara
total, inkontinentia, kegagalan mengenali orang lain
bahkan keluarga sendiri. Dementia pada umumnya
bersifat irreversib kecuali sebagian kecil dari
dementia yang diketahui penyebabnya missal
malnutrisi dapat membaik.
Faktor resiko
Dementia dapat dipengaruhi oleh factor sebagai
berikut :
Riwayat keluarga dengan dementia
Downs syndrome
Penyakit tiroid (Mayeux dan Schofield, 1994 cited by Burke
dan Walsh, 1997)
Pencapaian pendidikan yang lebih tinggi berperan
positif dalam menunda menifestasi dementia (Zhang
et al. 1990 cited by Burke dan Walsh, 1997).
Etiologi
1. Dementia primer merupakan akibat primer dari
perubahan patologi pada korteks cerebri atau
struktur subcortical otak. Dementia ini termasuk
Alzheimer disease (terjadi kerusakan pada struktur
otak), multi- infarct dementia (stroke yang
berkepenjangan dan supply darah ke otak jadi
terganggu), Parkinsons dementia (terjadi
degenerasi pada basal ganglia otak yang bias
idiopatik atau karena pengaruh infeksi, toxic atau
pengguna obat phenothiazine yang lama ada pasien
schzoppherenia).
2. Dementia sekunder, diakibatkan oleh factor dari luar terhadap
otak
pengobatan sendiri mungkin bermasalah bagi lansia olehj karena kadar
lemah tubuh dan air pada lansia yang mempengaruhi waktu yang lebih
lama untuk memberi efek obat labih besar.
Lambatnya motilitas GI mempengaruhi lamanya absorbsi jenis-jenis
obat.
Metabolisme obat yang lamban pada liver dan pengeluaran oleh ginjal
yang lebih lama.
Lansia mungkin sulit mengikuti aturan minum obat karena keterbatasan
fisik dan kognitif.
Hypothyroidism (myxedema) dapat menyebabkan kerusakan kognitif
yang progresif.
Gangguan nutrisi atau kekurangan vitamin penting untuk system syaraf
pusat dan parifer. Kurangnya vit B6 dapat menyebabkan confusion dan
dementia progresif. Kurang VIT B12 dapat menyebabkan perubahan
degeneratif pada spinal cord, kurang VIT B1 bisa menyebabkan
kerusakan mental secara umum.
Penyebab diatas meruakan penyebab dari segi
biologis (burke dn Walsh, 1997). Dari segi psikologis
dementia dapat terjadi karena : seseorang tak ada
motivasi, depresi berkepanjangan, apsif, tak ada
pengulangan mengingat. Tidak adanya dialog, diskusi
atau peran juga merupakn factor pemicu secara
social untuk terjadinya dementia (Soejoenoes, 2005).
Gejala dan tanda
Dementia terdiagnosa ketika didapatkan beberapa deficit
kognitif. Penuruna konitif harus dibedakan dari penurunan
normal pada fungsi kognitif pada aging (American Psychiatric
Association, 1994). Perkembangan dari gejala bervariasi antara
individu satu dengan yang lainnnya yang meliputi katrakteristik
gejala sbb :

Short-and lng term memory impairment


Individu tak dapat menerima informasi baru atau
mengingat sesuatu yang sebelumnya dapat
didingat dengan baik missal tanggal lahir, alamat.
Aphasia
Kesulitan untuk berbahasa, Diana individu
melupakan kata-kata sederhana dan
menggunakan kata lain yang mirip suaranya.

Apraxia
Kesulitan dalam melakukan aktifitas gerak
meskipun kapasitas fisik tak ada kerusakan.

Agnosia
Kegagalan dalam mengenali atau mengidentifikasi
objek meskipun fungsi sensori tidak mengalami
kerusakan.
Gangguan executive functioning
Kesulitan daam merencanakan,
mengorganisasi dan berfikir tentang sesuatu
yang abstract yang sering dimanifestasikan
sebagai kesulitan dalam mengidentifikasikan
kata, mendeteksi similaritas/ kemiripan.
Diagnosis
Diagnosis dilakukan untuk menentukan tipe dementia
dan diketahui penyebab mungkin masih bias diatasi.
Informasi yang perlu dikai antara lain :
apakah lansia mengalami kerusakan kognotif
perubahan lifestyle
perilaku yang tidak umum
hilang memory
disorientasi pada admission
sejumlah pemeriksaan neuropsychiatry
dilakukan untuk membedakan antara kognitif
normal dan abnormal. Screening test
dikembangkan dengan quisioner.
Quistioner pasien untuk mengetes orientasi psien
terhadap tempat, aktu, memory, dan atensi.
Questioner petugas mengenai kebutuhan
informasi tentang keampuan pasien unutk
melaksanakan aktifitas normal dalam kehidupan
sehari-hari termasuk informasi tentang identifikasi
emosi dna perubahan ersonality.
Management
Penatalaksanaan pasien dementia berupa penatalaksanaan
simtomati pada pasien serta keluarganya.

Pengobatan
Tetrahydroaminoacridine (THA) untuk apsien
Alzheimers disease memberikan sedikit efek
dalam mengurangi penurunan kognitif meskipun
beberapa pasien tak merasakan efeknya
(Cognex, 1994, Davis et al, 1992).
Pengobatan imtomatik diberikan kepada pasien
dengan tidur, agitasi dan agresif, antidepresan
sesekali diberikan untuk pasien dengan multi-
infarct dementia.
Pendidikan kesehatan
Support pasien dan keluarga berupa konseling, terapi
kelompok dan support individual untuk membantu
memelihara pasien selama meungkin di rumah.

Pencegahan
belajar abstrak dari apa yang dibaca dan didengar
diskusi
mengembangkan hobi yang bermanfaat
the third university
mengisi teka-teki silang
hidup yang berarti dengan sikap realistic terhadap diri dan
orang lain
menunda penuaan : hidup sehat dan sadar gizi, olah raga
teratur, seimbang kerja istirahat-rekreasi, bergaul unutk
dikemudian hari, management stress yang baik.
References
Burke, M. M., and Walsh, M. B. (1997. Gorontolic Nursing :
wholistic care of the older adult, 2 ed. St. Louis: Mosby.
Charlotte E.(1997). Geronological Nursing.ed. Lippincott.
Darmojo, R. B., and Martono, H. (1999). Geriatri:ilmu
kesehatan usia lanjut.Jakarta:FKUI.
Gloriam et. Al. (1992). Nursing Intervention:essential nursing
treatments.2 ed. WB. Saunders.
Hardywinoto and Tonnny, S. (1999).panduan
Gerontologi:tinjaua dari berbagai assspek.jakarta : Gramedia
Utama.
Soejoenoes. (2005). Kumpulan Makalah Seminar Regional P
Burke dan Walsh, 1997sikogeriatri(tidak dipublikasikan).
Surakarta: RSJD Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai