Anda di halaman 1dari 89

ANALISIS TEGANGAN

1
Mengapa mempelajari tegangan?
Pada massa batuan terdapat kondisi tegangan
awal yang harus dimengerti, baik secara langsung
maupun sebagai kondisi tegangan yang
diterapkan pada analisis dan desain.
Selama dilakukan penggalian pada massa batuan
kondisi tegangan akan berubah secara dramatik
karena batuan yang tadinya mengalami tegangan
telah digali sehingga tegangan akan
diredistribusikan.
Tegangan merupakan besaran tensor dan tensor
tidak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.

RKW 2
Skalar, Vektor, dan Tensor

Skalar merupakan besaran yang hanya


memiliki besar (contoh: suhu, waktu, massa).
Vektor merupakan besaran yang memiliki
besar dan arah (contoh: gaya, kecepatan,
percepatan)
Tensor merupakan besaran yang memiliki
besar dan arah serta bergantung kepada
bidang tempat bekerjanya (contoh: tegangan,
regangan, permeabilitas).

RKW 3
Definisi Tegangan
Gaya-gaya yang bekerja pada sebuah titik O dalam suatu
benda dapat diterangkan sebagai berikut
Untuk setiap arah OP melalui O
dapat dianggap bahwa benda
dapat dipotong melalui suatu
bidang kecil dA melalui O dan
normal terhadap OP.
Permukaan pada sisi P disebut
sisi positif, sedangkan pada sisi
lainnya disebut sisi negatif.

RKW 4
Definisi Tegangan (Lanjutan)

Efek dari gaya-gaya internal


di dalam benda adalah sama
dengan gaya dF yang dialami
benda pada sisi positif. Juga
akan terdapat kopel yang
dapat dibaikan karena dA
dianggap sangat kecil.
Nilai limit dari rasio dF/dA
dengan dA mendekati nol
adalah vektor tegangan
pada titik O yang bekerja
pada bidang dengan normal
pada arah OP.

RKW 5
Definisi Tegangan (Lanjutan)

Vektor tegangan ini adalah vektor pOP yang


didefinisikan sebagai:
dF
p OP lim
dA 0 dA

RKW 6
Konvensi Tanda
Gaya-gaya yang dianggap
positif adalah gaya-gaya
tekan, yaitu yang berarah
seperti yang ditunjukkan
oleh dF.
Hal ini berlawanan dengan
konvensi yang digunakan
dalam teori elastisitas dan
mekanika kontinu.

RKW 7
Konvensi Tanda (Lanjutan)

Dalam mekanika batuan, akan lebih memudahkan


untuk menggunakan tegangan tekan bertanda positif
karena:
Kondisi tegangan (tegangan in situ akibat overburden,
tekanan pemampatan dalam peralatan-peralatan, dan
tekanan fluida di dalam pori) selalu berupa tegangan
tekan.
Konvensi ini digunakan juga di dalam mekanika tanah dan
geologi struktur.
Banyak problem dalam mekanika batuan menyangkut
gesekan pada permukaan dan dalam kasus ini tegangan
normal pada permukaan adalah postif.

RKW 8
Konvensi Tanda (Lanjutan)

Perhatikan sebuah kubus


dengan sisi paralel dengan
sumbu x, y, dan z.
Tegangan-tegangan yang
bekerja pada sisi kubus
dapat dinyatakan dengan:
Tiga tegangan normal sxx,
syy, dan szz
Enam tegangan geser txy,
tyx, tyz, tzy, tzx, dan txz

RKW 9
Konvensi Tanda (Lanjutan)

Arti subscript pada tegangan:


Subscript pertama menunjukkan arah dari normal bidang
dimana tegangan tersebut bekerja.
Subscript kedua menunjukkan arah dari tegangan
tersebut.

Catatan: Untuk tegangan normal, kadang-kadang


hanya digunakan satu subscript.
Sebagai syarat kesetimbangan rotasional, maka semua
gaya yang bekerja pada sisi kubus harus setimbang,
sehingga: txy = tyx, tyz = tzy, dan tzx = txz

RKW 10
Konvensi Tanda (Lanjutan)

Konvensi tanda untuk


komponen tegangan
dapat didasarkan pada
normal kedalam
(inward normal) yaitu
normal dari muka
kubus yang berarah ke
pusat kubus.
Tegangan yang searah
dengan normal
kedalam adalah positif.

RKW 11
Konvensi Tanda (Lanjutan)

Pada muka horisontal


bagian atas yang
paralel dengan bidang
x-y, normal kedalam
berarah ke arah sumbu
z negatif.
Tegangan normal szz
yang bekerja pada
muka ini searah dengan
arah normal kedalam,
sehingga dianggap
positif.
RKW 12
Konvensi Tanda (Lanjutan)

+tzx dan +tzy bekerja


pada arah negatif
sumbu x dan y.
Semua tegangan pada
muka yang terlihat pada
gambar di samping
adalah positif.
Pada muka bagian
bawah, normal kedalam
berarah ke arah sumbu
z positif, sehingga +szz
berarah yang sama.

RKW 13
Tegangan Dalam Dua Dimensi
Perhatikan sebuah elemen
bujursangkar dengan sisi
yang sangat kecil pada
bidang x-y dan tebal t.
Elemen ini mengalami
tegangan normal sx, sy
dan tegangan geser txy =
tyx.

RKW 14
Tegangan Dalam Dua Dimensi (Lanjutan)

Akan ditentukan tegangan


normal dan tegangan
geser yang bekerja pada
sebuah bidang yang
normalnya membentuk
sudut q terhadap sumbu x
dimana sx bekerja.
Perlu digunakan prinsip
kesetimbangan gaya dalam
sebuah segitiga yang
sangat kecil dengan tebal t.

RKW 15
Tegangan Dalam Dua Dimensi (Lanjutan)

Panjang sisi segitiga:


AB = a
OA = a sin q
OB = a cos q
Untuk memenuhi
kondisi
kesetimbangan,
seluruh gaya yang
bekerja pada arah s
dan t dalam keadaan
setimbang.
RKW 16
Tegangan Dalam Dua Dimensi (Lanjutan)

Fs = 0
s at = sx cosq a cosq t + txy sinq a cosq t
+ sy sinq a sinq t + tyx cosq a sinq t
s= s x cos 2q + s sin2q + 2t sinq cosq
y xy
1
cos2 1 cos2
2
Dari trigonometri:
sin2 1 cos2
1
2
cos sin2 1
2

2 sin cos sin 2

RKW 17
Tegangan Dalam Dua Dimensi (Lanjutan)

x y
1 cos2 t xysin2 1 cos2
2 2
x x cos2 y y cos2
t xysin2
2 2 2 2
x y x y
cos2 t xysin2
2 2

RKW 18
Tegangan Dalam Dua Dimensi (Lanjutan)

Ft = 0
t at = -sx sinq a cosq t + txy cosq a cosq t
+ sy cosq a sinq t - tyx sinq a sinq t
t = (sy-sx)sinqcosq + txy(cos2q-sin2q)
Dari1trigonometri:
sin cos sin 2
2
cos sin cos2
2 2

RKW 19
Tegangan Dalam Dua Dimensi (Lanjutan)

y x
t sin2 t xycos2
2
x y
t sin2 t xycos2
2

RKW 20
Tegangan Dalam Dua Dimensi (Lanjutan)

Persamaan persamaan :

x y x y
cos2 t xysin2

2 2
x y
t sin2 t xycos2
2

Memungkinkan kita untuk menentukan tegangan normal


s dan tegangan geser t pada setiap bidang yang
didefinisikan oleh q untuk setiap kombinasi nilai sx, sy,
dan txy.
RKW 21
Tegangan Dalam Dua Dimensi (Lanjutan)

Persamaan-persamaan yang
diturunkan untuk s dan t
dapat juga dilihat sebagai
persamaan untuk
menghitung sx dan txy pada
sebuah sistem sumbu O,x,y
yang merupakan hasil rotasi
sumbu O,x,y sebesar q.
Tegangan sy dapat dihitung
dengan mengganti q dengan
q+90O

RKW 22
Tegangan Dalam Dua Dimensi (Lanjutan)

Sehingga persamaan-persamaan untuk perubahan sumbu


menjadi:
sx = sxcos2q + 2txysinqcosq + sysin2q
sy = sxcos2(q+90O) + 2txysin(q+90O)cos(q+90O) + sysin2(q+90O)
sy = sxsin2q 2txysinqcosq + sycos2q

RKW 23
Tegangan Dalam Dua Dimensi (Lanjutan)

Dengan menjumlahkan
sx = sxcos2q + 2txysinqcosq + sysin2q dan
sy = sxsin2q 2txysinqcosq + sycos2q
diperoleh
sx + sy = sx(cos2q+sin2q) + sy(cos2q+sin2q)
sx + sy = sx + sy

Jadi, hasil penjumlahan komponen-komponen tegangan


normal yang saling tegak lurus adalah konstan atau
invariant dengan perputaran sumbu. Ini merupakan
sifat skalar dari tegangan dalam dua dimensi.
RKW 24
Tegangan Dalam Dua Dimensi (Lanjutan)

Ekspresi untuk tegangan geser tidak berubah:

tx' y'
1
sx sy sin2 txycos2
2

Arah-arah dimana t=0 disebut sumbu-sumbu utama


(principal axes) dan komponen-komponen tegangan
pada arah ini disebut tegangan-tegangan utama
(principal stresses) dan dinotasikan dengan s1 dan s3.

Akan terdapat satu nilai q untuk mana tegangan geser


tidak ada (t=0).

RKW 25
Tegangan Dalam Dua Dimensi (Lanjutan)

x y
t sin2 t xy cos2
2
x y
0 sin2 t xy cos2
2
x y
sin2 t xy cos2
2
sin2 2t xy

cos2 x y
2t xy
tan 2q
x y

RKW 26
Tegangan Dalam Dua Dimensi (Lanjutan)

Sudut 2q merupakan sudut dari sumbu x yang


menunjukkan arah tegangan-tegangan utama s1
dan s3.
Karena tan 2q = tan (2q+180O) maka
Sudut q merupakan arah s1
Sudut q+90 merupakan arah s3.
Setelah sudut q diperoleh, s1 dan s3 dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan untuk
menghitung s di depan.

RKW 27
Tegangan Dalam Dua Dimensi (Lanjutan)

Tunjukkan bahwa s1 dan s3 dapat dinyatakan sebagai:

s1 s x s y sx sy 2 t2xy
1 1
2 4

s3 s x s y sx sy 2 t2xy
1 1
2 4

RKW 28
Lingkaran Mohr
Lihat kembali persamaan untuk menghitung s dan t

x y x y
cos2 t xysin2
2 2
x y
t sin2 t xycos2
2

RKW 29
Lingkaran Mohr (Lanjutan)

Kedua persamaan tersebut dapat ditulis kembali dengan menempatkan


semua 2q di sebelah kanan

x y x y
cos2 t xysin2
2 2
x y
t sin2 t xycos2
2

RKW 30
Lingkaran Mohr (Lanjutan)

Pengkuadratan persamaan yang mengandung s menghasilkan:

2 2
x y x y
cos2 t xysin2
2 2

2 2
x y x y
cos2 2
2 2

x y
2 t xy sin 2q cos 2q

2
t2xy sin2 2

RKW 31
Lingkaran Mohr (Lanjutan)

Pengkuadratan persamaan yang mengandung t menghasilkan:

2
2 x y
t sin2 t xycos2
2

2
2 x y 2
t sin 2
2
x y
2 t xy sin 2 cos 2

2
t2xycos2 2

RKW 32
Lingkaran Mohr (Lanjutan)

Penjumlahan kedua persamaan hasil pengkuadratan menghasilkan:

2 2
x y x y
t
2 t2xy
2 2

Persamaan apa yang mempunyai bentuk seperti ini?

PERSAMAAN LINGKARAN

RKW 33
Lingkaran Mohr (Lanjutan)

Persamaan umum lingkaran berbentuk:

x a2 y b2 R2

RKW 34
Lingkaran Mohr (Lanjutan)

2 2
y x y
Persamaan : x t
2 t2xy
2 2

adalah Persamaan Lingkaran dengan:

Sistem sumbu , t
x y
Titik pusat : ,0
2
2
x y
Jari - jari : t2xy

2

RKW 35
Lingkaran Mohr (Lanjutan)

RKW 36
Lingkaran Mohr (Lanjutan)

Untuk memplot tegangan geser pada Lingkaran


Mohr, digunakan konvensi tanda positif dan
negatif yang hanya valid untuk keperluan
presentasi grafis.
Tegangan geser diplot positif jika tegangan
tersebut akan memutar elemen berlawanan
dengan arah putaran jarum jam.
Tegangan geser diplot negatif jika tegangan
tersebut akan memutar elemen searah dengan
arah putaran jarum jam.
RKW 37
Lingkaran Mohr (Lanjutan)

+
+
-
+ +
-
+

+
RKW 38
Lingkaran Mohr (Lanjutan)

RKW 39
Lingkaran Mohr (Lanjutan)

Lingkaran Mohr merupakan metode grafis


sederhana dan cepat yang dapat digunakan
untuk:
Menentukan besar tegangan normal dan tegangan
geser pada bidang tertentu.

Menentukan besar dan arah tegangan-tegangan


utama.

RKW 40
Latihan 1

Tentukan tegangan normal dan


tegangan geser (ke arah
mana?) yang bekerja pada
Bidang C
Tentukan besar dan arah
tegangan utama mayor (s1)
dan tegangan utama minor
(s3)

RKW 41
Latihan 1 (Lanjutan)

RKW 42
Latihan 1 (Lanjutan)

Perhatikan Bidang C
Normalnya bersudut 30O counter clockwise dari arah bekerjanya sx (sumbu x)
ATAU
Bersudut 30O counter clockwise dari bidang tempat sx bekerja (Bidang A)

PADA LINGKARAN MOHR DIUKURKAN COUNTER CLOCKWISE 2 x 30O = 60O


RKW 43
Latihan 1 (Lanjutan)

Perhatikan Bidang C
Normalnya bersudut 60O clockwise dari arah bekerjanya sy (sumbu y)
ATAU
Bersudut 60O clockwise dari bidang tempat sy bekerja (Bidang B)

PADA LINGKARAN MOHR DIUKURKAN CLOCKWISE 2 x 60O = 120O


RKW 44
Latihan 1 (Lanjutan)

Jadi secara grafis:


s = 23.2 MPa
t = 3.9 MPa
Dengan menggunakan persamaan-persamaan terdahulu:

x y x y
cos2 t xysin2
2 2
x y
t sin2 t xycos2
2

RKW 45
Latihan 1 (Lanjutan)

x y x y
cos2 t xysin2

2 2
22 6 22 6 O 0
cos60 6 sin60
2 2
14 4 5.196 23.196 MPa

x y
t sin2 t xycos2

2
22 6 O O
t sin60 6 cos60
2
t 6.928 3 3.928 MPa

RKW 46
Latihan 1 (Lanjutan)

Secara grafis: Dengan rumus:


OK
s = 23.2 MPa s = 23.196 MPa

t = 3.9 MPa OK? t = -3.928 MPa

RKW 47
Latihan 1 (Lanjutan)

s1 = 24 MPa
Bekerja pada bidang yang normalnya bersudut 18.5O counter clockwise
dari arah bekerjanya sx (sumbu x)
ATAU
Bekerja pada bidang yang bersudut 18.5O counter clockwise dari bidang
tempat bekerjanya sx (Bidang A)
RKW 48
Latihan 1 (Lanjutan)

s3 = 4 MPa
Bekerja pada bidang yang normalnya bersudut 108.5O counter clockwise
dari arah bekerjanya sx (sumbu x)
ATAU
Bekerja pada bidang yang bersudut 108.5O counter clockwise dari bidang
tempat bekerjanya sx (Bidang A)
RKW 49
Latihan 1 (Lanjutan)

Dengan menggunakan persamaan-persamaan


terdahulu:
s1
1
sx sy 1 sx sy 2 t2xy
2 4

s3 s x s y sx sy 2 t2xy
1 1
2 4

RKW 50
Latihan 1 (Lanjutan)

1

s1,3 s x s y
2

1
4

s x s y 2 t2xy

s1,3 22 6 22 62 62
1 1
2 4
s1,3 14 10
s1 24 MPa
s3 4 MPa

RKW 51
Latihan 1 (Lanjutan)

1 2t xy
2q tan
x y
1 2( 6 )
2q tan
22 6
1 12
2q tan
16
2q1 36.87O q1 18.43O

2q2 180O 36.87O q2 108.43O

RKW 52
Latihan 1 (Lanjutan)

Secara grafis : Dari rumus :


OK s1 24 MPa q1 18.43O
s1 24 MPa q1 18.5O
OK s3 4 MPa q2 108.43O
s3 4 MPa q2 108.5O

RKW 53
Latihan 1 (Lanjutan)

RKW 54
Tegangan dalam 3 Dimensi
Tegangan-tegangan yang bekerja
pada sisi kubus dapat dinyatakan
dengan:
Tiga tegangan normal sxx, syy, dan
szz
Enam tegangan geser txy, tyx, tyz, tzy,
tzx, dan txz

Sebagai syarat kesetimbangan


rotasional : txy = tyx, tyz = tzy, dan tzx
= txz
Tegangan-tegangan yang bekerja
cukup dinyatakan dengan enam
komponen

RKW 55
Tegangan dalam 3 Dimensi (Lanjutan)

Jadi, kondisi tegangan pada sebuah titik dapat


dinyatakan dengan matriks tegangan [s],
sebagai berikut:
sx t xy t zx

t xy sy t yz
t zx t yz s z

RKW 56
Transformasi Tegangan
Sumbu-sumbu referensi untuk
penentuan kondisi tegangan dapat
dilakukan secara bebas.
Sistem sumbu asal (x,y,z)
Sistem sumbu baru (l,m,n)
Orientasi dari sumbu tertentu, relatif
terhadap sumbu-sumbu asal
didefinsikan oleh sebuah vektor baris
dari cosinus arah.
Cosinus arah adalah proyeksi dari
vektor satuan yang paralel dengan
salah satu sumbu baru (l, m, atau n)
pada salah satu sumbu lama (x, y, atau
z).

RKW 57
Transformasi Tegangan (Lanjutan)

Cosinus arah sumbu l: lx = cos al, ly = cos bl, lz = cos gl

RKW 58
Transformasi Tegangan (Lanjutan)

Cosinus arah sumbu m: mx = cos am, my = cos bm, mz = cos gm

RKW 59
Transformasi Tegangan (Lanjutan)

Cosinus arah sumbu n: nx = cos an, ny = cos bn, nz = cos gn

RKW 60
Transformasi Tegangan (Lanjutan)

Tetrahedron OABC adalah bagian


dari kubus yang digunakan untuk
menentukan kondisi tegangan
sebelum ini.
Untuk kesetimbangan, material
yang dihilangkan digantikan oleh
gaya penyeimbang sebesar t per
unit luas yang bekerja pada ABC.
Normal bidang ABC, yaitu OP
mempunyai cosinus arah (lx, ly,
dan lz).

RKW 61
Transformasi Tegangan (Lanjutan)

Jika luas ABC adalah A, maka


proyeksi ABC pada bidang-bidang
dengan normal sumbu-sumbu x,
y, dan z adalah:
OAC = Ax = Alx
OAB = Ay = Aly
OBC = Az = Alz
Anggap komponen-komponen
vektor traksi t adalah tx, ty, tz.

RKW 62
Transformasi Tegangan (Lanjutan)

Syarat kesetimbangan gaya pada


arah x akan menghasilkan:
txA sxAx txyAy tzxAz = 0
txA sxAlx txyAly tzxAlz = 0
atau
tx = sxlx + txyly + tzxlz
Dengan menggunakan syarat
kesetimbangan gaya pada arah y
dan z, diperoleh:

RKW 63
Transformasi Tegangan (Lanjutan)

t x s x t xy tzx l x
t t sy

t yz l y
y xy
t z tzx t yz s z l z

atau
t l
Dengan melakukan hal yang sama
untuk sumbu-sumbu l, m, dan n
diperoleh:

RKW 64
Transformasi Tegangan (Lanjutan)

tl sl tlm tnl ll
t t sm tmn lm
m lm
tn tnl tmn sn ln
atau
t * *l *
[t], [t*], [l], dan [l*] adalah vektor-
vektor yang dinyatakan relatif
terhadap sistem koordinat x,y,z dan
l,m,n.

RKW 65
Transformasi Tegangan (Lanjutan)

Dari dasar-dasar analisis vektor (MA2132):


Suatu vektor [v] ditransformasikan dari satu sistem sumbu x,y,z ke sistem
sumbu l,m,n melalui persamaan transformasi:

v l lx lx l y v x
v m my

mz v y
m x
v n n x ny nz v z

atau
v * Rv

RKW 66
Transformasi Tegangan (Lanjutan)

Matriks [R] adalah matriks rotasi yang baris-barisnya dibentuk oleh vektor
baris cosinus arah dari sumbu baru terhadap sumbu asal.
Sifat khas matriks [R] adalah bahwa invers-nya sama dengan transpose-nya,
atau:

R1 RT
Kembali ke persamaan-persamaan yang menghubungkan [t] dan [t*]
serta [l] dan [l*]:

RKW 67
Transformasi Tegangan (Lanjutan)

t * Rt t RT t *
dan
l * Rl l RT l *
sehingga
t * Rt R l R RT l *
karena
t * *l *
maka
* R RT
atau dalam bentuk yang diperluas :

RKW 68
Transformasi Tegangan (Lanjutan)

l tlm tnl lx ly lz x t xy tzx lx mx nx


t
lm m tmn mx my mz t xy y t yz ly my n y
tnl tmn n n x ny nz tzx t yz z lz mz nz

Jadi, dengan melakukan perkalian matriks pada ruas kanan


persamaan di atas, maka komponen-komponen tegangan
akibat perputaran sumbu-sumbu dapat ditentukan

RKW 69
Tegangan Utama
Seperti telah diuraikan sebelumnya, bidang utama (principal plane)
adalah bidang dimana tidak terdapat tegangan geser.
Pada bidang ini hanya bekerja tegangan normal yang merupakan tegangan
utama (principal stress), sedangkan normal dari bidang tersebut
merupakan arah dari sumbu utama (principal axis).
Karena terdapat tiga acuan arah yang harus diperhitungkan, akan terdapat
juga tiga sumbu utama.
Jadi, ada tiga tegangan utama dan tiga sumbu utama yang harus
ditentukan untuk menggambarkan kondisi tegangan di sebuah titik.

RKW 70
Tegangan Utama (Lanjutan)

Misalkan bahwa bidang ABC pada pembahasan terdahulu mempunyai


orientasi sedemikian rupa sehingga resultan tegangan yang bekerja
padanya hanya tegangan normal sp.
Komponen-komponen traksi pada bidang ABC adalah:

t x l x
t l
y p y
t z l z
Pada pembahasan terdahulu komponen-komponen traksi dapat
dihubungkan juga dengan kondisi tegangan dan orientasi bidang:

t x s x t xy tzx l x
t t sy

t yz l y
y xy
t z tzx t yz s z l z

RKW 71
Tegangan Utama (Lanjutan)

Dengan mengurangkan kedua persamaan di atas, diperoleh:

x p t xy tzx l x

t xy y p t yz l y 0
tzx t yz z p l z

Persamaan matriks ini menunjukkan satu set dari tiga persamaan


simultan yang homogen dalam lx, ly, dan lz.

Persamaan di atas akan mempunyai solusi non-trivial jika


determinan dari matriks koefisien = 0, yang menghasilkan
persamaan pangkat tiga:

RKW 72
Tegangan Utama (Lanjutan)

p3 I1p2 I2p I3 0
dimana
I1 x y z


I2 x y y z z x t2xy t2yz t2zx

I3 x y z 2t xyt yztzx x t2yz y t2zx z t2xy
I1 = Invariant tegangan (Stress invariant) pertama

I2 = Invariant tegangan (Stress invariant) kedua

I3 = Invariant tegangan (Stress invariant) ketiga

RKW 73
Tegangan Utama (Lanjutan)

Solusi dari persamaan

p3 I1p2 I2p I3 0

adalah tiga tegangan utama, dengan urutan dari yang terbesar ke


terkecil sebagai berikut:

s1 = Tegangan utama mayor (Major principal stress)

s2 = Tegangan utama tengah (Intermediate principal stress)

s3 = Tegangan utama minor (Minor principal stress)

RKW 74
Tegangan Utama (Lanjutan)

Setiap tegangan utama akan berhubungan dengan sumbu utama, yang


cosinus arahnya (lx,ly,lz) dapat dicari langsung dari persamaan matriks:

x p t xy tzx l x

t xy y p t yz l y 0
tzx t yz z p l z

dan sifat dasar dari cosinus arah, yaitu:

l2x l2y l2z 1

RKW 75
Tegangan Utama (Lanjutan)

Brady & Brown (1993) mengusulkan bahwa untuk setiap tegangan utama
si (i =1,2,3), cosinus arahnya adalah:

2
l xi A A B C 2

2 12

2
l yi B A B C 2

2 12

2
l zi C A B C 2

2 12

dengan A, B, dan C adalah:

RKW 76
Tegangan Utama (Lanjutan)

y i t yz
A
t yz z i

t xy t yz
B
t zx z i

t xy y i
C
tzx t yz

RKW 77
Tegangan Utama (Lanjutan)

Prosedur untuk menghitung tegangan-tegangan utama dan orientasi dari


sumbu utama secara sederhana adalah penentuan nilai-nilai eigen
(eigenvalues) dari matriks tegangan dan vektor eigen (eigenvector) dari
setiap nilai eigen (Ingat: MA2132)
Karena ketiga sumbu utama saling tegak lurus, maka hasil perkalian skalar
(dot product) dari vektor cosinus arahnya sama dengan nol:

l x1l x 2 l y1l y 2 l z1l z2 0

l x 2l x 3 l y 2l y 3 l z 2 l z3 0

l x3l x1 l y3l y1 l z3l z1 0


RKW 78
Tegangan Utama (Lanjutan)

Karena penjumlahan komponen tegangan normal yang saling tegak lurus


bersifat invariant (ingat materi terdahulu), maka:

1 2 3 x y z

Kedua hal ini dapat digunakan untuk memeriksa hasil perhitungan


besar dan arah tegangan utama

RKW 79
Latihan 2
Tentukan besar dan arah tegangan-tegangan utama pada
suatu titik jika keenam komponen tegangan pada titik
tersebut adalah

sx = 7.825 MPa txy = 1.422 MPa


sy = 6.308 MPa tyz = 0.012 MPa
sz = 7.866 MPa tzx = -1.857 MPa

RKW 80
Latihan 2 (Lanjutan)
I1 x y z 22.0 MPa


I2 x y y z z x t2xy t2yz t2zx 155.0 MPa

I3 x y z 2t xyt yztzx x t2yz y t2zx z t2xy 350.0 MPa

sehingga persamaan pangkat tiga untuk menghitung tegangan utama


menjadi:
p3 22.0 p2 155.0 p 350.0 0

yang menghasilkan:
1 10.0 MPa
2 7.0 MPa
3 5.0 MPa

RKW 81
Latihan 2 (Lanjutan)

Mencari cosinus arah s1:

y 1 t yz 6.308 10.0 0.012 3.682 0.012


A 7.857
t yz z 1 0.012 7.866 10.0 0.012 2.134

t xy t yz 1.422 0.012 1.422 0.012


B 3.012
t zx z 1 1.857 7.866 10.0 1.857 2.134

t xy y 1 1.422 6.308 10.0 1.422 3.692


C 7.38
tzx t yz 1.857 0.012 1.857 0.012

RKW 82
Latihan 2 (Lanjutan)


l x1 A A B C 2 2

2 12
7.857 10.843 0.7246 (cos 43.6 0 )


l y1 B A B C 2 2

2 12
3.012 10.843 0.2778 (cos 73.9 0 )


l2x1 l2y1 l2z1 (0.72462)2 (0.2778)
l z1 C A B C 2 2 2
12
6.839 10.843 0.6307 (cos 129.10 )
(-0.6307) 2 1.0000

Periksa:

RKW 83
Latihan 2 (Lanjutan)

Mencari cosinus arah s2:

y 2 t yz 6.308 7.0 0.012 0.692 0.012


A 0.599
t yz z 2 0.012 7.866 7.0 0.012 0.866

t t yz 1.422 0.012 1.422 0.012


B xy 1.254
t zx z 2 1.857 7.866 7.0 1.857 0.866

t xy y 2 1.422 6.308 7.0 1.422 0.692


C 1.268
t zx t yz 1.857 0.012 1.857 0.012

RKW 84
Latihan 2 (Lanjutan)

l x2 A A B C 2 2

2 12
0.599 1.881 0.3186 (cos 108.6 0 )

l y2 B A B C 2 2

2 12
1.254 1.881 0.6664 (cos 131.8 0 )

l z2 C A B C 2 2

2 12
1.268 1.881 0.6740 (cos 132.4 0 )
l2x2 l2y2 l2z2 ( 0.3186)2 (-0.6664) 2 (-0.6740) 2 0.9999

Periksa:

RKW 85
Latihan 2 (Lanjutan)

Mencari cosinus arah s3:


y 3 t yz 6.308 5.0 0.012 1.308 0.012
A 3.749
t yz z 3 0.012 7.866 5.0 0.012 2.866

t t yz 1.422 0.012 1.422 0.012


B xy 4.098
t zx z 3 1.857 7.866 5.0 1.857 2.866

t xy y 3 1.422 6.308 5.0 1.422 1.308


C 2.446
t zx t yz 1.857 0.012 1.857 0.012

RKW 86
Latihan 2 (Lanjutan)


l x3 A A B C 2 2

2 12
3.749 6.069 0.6177 (cos 51.8 0 )


l y3 B A B C 2 2

2 12
4.098 6.069 0.6752 (cos 132.5 0 )


l2x3 l2y3 l2z3 (0.6177)2
l z3 C A B C
2
(-0.6752)
12
2 2 (0.4031)
2
2.446 6.069 0.4031 (cos 66.20 )
2
0.9999

Periksa:

RKW 87
Latihan 2 (Lanjutan)
Periksa ketegaklurusan sumbu utama 1 terhadap sumbu utama 2
l x1l x 2 l y1l y 2 l z1l z2
(0.7246)( 0.3186) (0.2778)( 0.6664) ( 0.6307)( 0.6740)
0.009 0
Periksa ketegaklurusan sumbu utama 2 terhadap sumbu utama 3
l x 2l x 3 l y 2 l y 3 l z 2 l z3
( 0.3186)(0.6177) ( 0.6664)( 0.6752) ( 0.6740)(0.4031)
0.018 0
Periksa ketegaklurusan sumbu utama 3 terhadap sumbu utama 1
l x3l x1 l y3l y1 l z3l z1
(0.6177)(0.7246) ( 0.6752)(0.2778) (0.4301)( 0.6307)
0.006 0

RKW 88
Latihan 2 (Lanjutan)
Periksa sifat invariant tegangan-tegangan utama

1 2 3 x y z
10.0 7.0 5.0 7.825 6.308 7.866
22.0 MPa 21.999 MPa

RKW 89

Anda mungkin juga menyukai