Anda di halaman 1dari 40

Hendra Leofirsta

1320221103
Nama : Tn. JM
Usia : 43 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Bendosari 02/08 Kebumen Banyubiru
Pekerjaan : Buruh bangunan
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Suku : Jawa
Keluhan Utama
Benjolan di leher
Riwayat Penyakit Sekarang
KU sejak 1 tahun yll, progresif
tenggorokan kering dan nyeri
Hidung sering tersumbat
Telinga tidak nyaman dan sakit
Sulit menelan
Suara serak
Pusing cekot-cekot terutama dipagi hari
Pandangan sedikit kabur, Diplopia (-)
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat Hipertensi (-) Disangkal
Riwayat DM (-), disangkal
Riwayat Jantung disangkal (belum pernah
melakukan pemeriksaan dan tidak ada
keluhan)
Riwayat alergi disangkal
Riwayat gastritis diakui
Riwayat ISPA diakui
Riwayat Penyakit Keluarga
Ayah pasien memiliki riwayat hipertensi dan
riwayat DM tipe II, penyakit jantung, dan asma
disangkal. Ayah pasien meninggal karena
stroke tahun 2000
Riwayat kanker dikeluarga disangkal oleh
pasien
Riwayat sosial Ekonomi:
Pasien merupakan perokok aktif sejak SMP
sampai saat ini, 1 hari pasien bisa
menghabiskan 2 bungkus rokok.
Pola makan pasien tidak teratur, dan pasien
sering mengkonsumsi makanan instant dan
ikan asin.
Pasien bekerja sebagai buruh bangunan kasar
dan tidak pernah memakai alat peindung
terutama masker
Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak Sakit berat, kesan
status gizi cukup
Tanda Vital
Tekanan Darah : 130/69 mmHg
Nadi : 108x/menit
Pernafasan : 22 x/menit
Suhu : 37,40C
SpO2 : 98 %
Kepala
Normosephal . Konjungtiva anemis (-/-), Sklera
ikterik (-/-)
Leher
Inspeksi : Pembesaran KGB (+) di 1/3 lateral kiri
dan kanan atas
Palpasi : Teraba massa di region submandibularis
sinistra dan dextra, Nyeri tekan (+)
Thoraks
Paru
I : Dada tampak simetris pada thoraks dextra dan sinistra,
tidak terlihat retraksi intercosta
Pa : Gerakan nafas teraba simetris pada thoraks dextra dan
sinistra, fremitus suara teraba simetris pada
thoraksdextra
dan sinistra
Pe : Batas paru-hepar : ICSVI MCL dextra
A : Wheezing (-/-), Rhonki (-/-), vs (+/+)
Jantung
I : Ictus cordis tidak tampak
Pa : Ictus cordis tidak teraba
Pe : Batas jantung :
Batas jantung atas : ICS IIIMCL sinistra
Batas jantung kanan : parasternal line dextra
Batas jantung kiri : ICS V II jari lateral MCL sinistra
Batas jantung bawah : ICS VI MCL sinistra
A : S1/S2 normal, thrill (-), gallop (-), murmur (-)
Abdomen
I:
Bentuk datar
Gerakan peristaltik tidak terlihat
Massa (-)
A : Peristaltik usus normal
Pa :
Soefl
Hepar tidak teraba
Lien tak teraba
Nyeri tekan epigastrium (-)
Pe : Timpani di seluruh abdomen
Ekstremitas atas dan bawah
Edema (-)
Sianosis (-)
Hangat
Status lokalis
telinga :
AS : Membran timpani utuh, cone of light
pukul 7, warna merah pink, serumen (+)
AD : Membran timpani utuh, cone of light
pukul 5, warna seperti mutiara, serumen (+)
Hidung :
deviasi septum (-) ulkus (-) Discharge (+)
mukoid putih
Tenggorokan : sulit dievaluasi
Status neuologis
Kesadaran E4V5M6 / CM
Nervus kranialis :
Gangguan pada nervus VII, N IX, NX, N XII
Motorik : DBN
Sensorik : DBN
Otonom : DBN
Endoskopi ( 24 Januari 2015)
KESAN: Tampak Massa di Nasofaring kanan dan
kiri, permukaan rata, tidak rapuh, tidak mobile
Biopsi Nasofaring tanggal (28 January 2015)
Kesimpulan
Infiltrasi sel-sel ganas epithelial
Catatan : Jenis Sulit ditemukan karena sel ganas
yang ditemukan sedikit sekali
Saran :
Biopsi Ulang
Diagnosis utama : Carcinoma nasofaring
Otitis Media Akut
Aurikula Sinistra stadium hiperemis
Diagnosis Banding : Limfoma
Rencana terapi :
Medikamentosa :
- Infus RL 20 tpm
-Ketorolac 2x30mg
- Ranitidine 2x1 amp
- Mecobalamin 1x1
- Vitamin C 1x1
Non-Medikamentosa:
-Tirah baring
-Diet lunak
- Biopsi ulang
- Rujuk untuk kemoterapi dan radioterapi
Berdasarkan hasil Anamnesa, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang, pasien
didiagnosis Karsinoma nasofaring. Hasil
anamnesa yang mendukung adalah adanya
benjolan dileher yang semakin lama semakin
membesar sejak 1 tahun yang lalu, nyeri ketika
dipegang. Benjolan di leher tersebut bisa
disebabkan oleh karena sel ganas maupun
kelenjar getah bening. Adanya progesivitas
pertumbuhan ukuran dari benjolan lebih
mengarahkan suatu keganasan.
Pasien juga mengeluh hidung sering tersumbat dan
rasa tidak nyaman serta nyeri di telinga. Kedua gejala
tersebut merupakan gejala klinis awal yang sering
terjadi pada pasien karsinoma nasofaring. Pasien juga
mengeluh Tenggorokan yang sering kering dan nyeri,
kesulitan untuk berbicara dan menelan, kepala sering
pusing cekot-cekot terutama dipagi hari, pandangan
sedikit kabur namnun tidak ganda, dimana semua
gejala tersebut mengarahkan kepada gejala lanjut dari
karsinoma nasofaring. Pasien memiliki gaya hidup
yang buruk yaitu sering merokok 2 bungkus sehari
dan memakan makanan instan dan ikan asin, dimana
hal tersebut merupakan faktor resiko karsinoma
nasofaring.
Dari hasil pemeriksaan fisik, tanda vital dalam
batas normal, Pemeriksaan telinga didapatkan
serumen di kedua telinga, dan membrane
telinga sebelah kiri tampak kemerahan, diduga
merupakan otitis media akut (OMA). Adanya
otitis media akut kemungkinan disebabkan
karena faktor higienitas pasien yang kurang
atau akibat karsinoma nasofaring yang
menyebabkan oklusi tuba telinga kiri, sehingga
menimbulkan resiko OMA. Pada pemeriksaan
hidung didapati discharge mukoid dikedua
hidung,
Pada pemeriksaan tenggorokan sulit untuk
diperiksa. Pemeriksaan leher didapati benjolan
di kedua leher, konsistensi agak kenyal, jumlah
1, immobile, permukaan licin, terfiksir. Massa
ini kemungkinan adalah pembesaran kelenjar
getah bening leher (KGB), yang menunjukkan
telah terdapat metastasis secara limfogen pada
karsinoma nasofaring. Pembesaran KGB juga
dapat terjadi pada limfoma. Perlu dicari
pembesaran KGB lain di bagian tubuh lain
untuk meningkatkan kecurigaan limfoma.
Pada pemeriksaan neurologis, ditemukan
gangguan pada N VII yang ditandai oleh sudut
bibir yang asimetris condong ke kiri, selain itu
terdapat gangguan pada N XII yang ditandai
oleh deviasi lidah kearah kiri ketika dijulurkan.
Suara sengau dan serak pada pasien dicurigai
adanya parese pada N IX. Kesukaran untuk
menelan diakibatkan karena gangguan N X.
Gangguan pada nervus kranialis tersebut
mengarahkan bahwa karsinoma nasofaring
telah meluas hingga ke daerah otak.
Pada pemeriksan penunjang dilakukan
endoskopi dan biopsy nasofaring. Kedua hasil
pemeriksaan tersebut menemukan
pertumbuhan sel-sel ganas di daerh nasofaring.
Hasil tersebut menunjang diagnosis pasti
pasien yaitu karsinoma nasofaring.
Terapi yang dilakukan selama dirawat di
RSUD Ambarawa adalah terapi simptomatik
berupa pemberian obat-obatan injeksi.
Pemberian analgetik untuk menghilangkan
rasa nyeri dan pemberian multivitamin untuk
menjaga kondisi pasien. Terapi definitive
berupa kemoterapi dan radioterapi dapat
dilakukan setelah merujuk pasien.
Nasopharing berbentuk kerucut dan selalu
terbuka pada waktu respirasi karena
dindingnya dari tulang, kecuali dasarnya yang
dibentuk oleh palatum molle.2
Fungsi nasopharing4 :
Sebagai jalan udara pada respirasi
Jalan udara ke tuba eustachii
Resonator
Sebagai drainage sinus paranasal kavum
timpani dan hidung
Batas nasopharing3 :
Superior : basis kranii, diliputi oleh mukosa dan
fascia
Anterior : choane, oleh os vomer dibagi atas
choane kanan dan kiri.
Posterior : - vertebra cervicalis I dan
II
fascia space = rongga yang berisi jaringan longgar
mukosa lanjutan dari mukosa atas
Lateral : - mukosa lanjutan dari mukosa
atas dan belakang
Muara tuba eustachii
Fossa rosenmulleri
Bangunan yang penting pada nasopharing4
Ostium tuba eustachii pars pharyngeal
Tuba eustachii merupakan kanal yang menghubungkan kavum
nasi dan nasopharyng dengan rongga telinga tengah. Mukosa
ostium tuba tidak datar tetapi menonjol seperti menara, disebut
torus tubarius.
Torus tubarius
Fossa rosen mulleri
Adalah dataran kecil dibelkang torus tubarius. Daerah ini
merupakan tempat predileksi karsinoma nasofaring, suatu tumor
yang mematikan nomor 1 di THT.
Fornix nasofaring
Adalah dataran disebelah atas torus tubarius, merupakan tempat
tumor angiofibroma nasopharing
Adenoid= tonsil pharyngeal=luskha
Secara teoritis adenoid akan hilang setelah pubertas karena
adaenoid akan mencapai titik optimal pada umur 12-14 tahun.
Lokasi pada dinding superior dan dorsal nasopharing sebelah
lateral bursa pharyngea. Fungsinya sebagai mekanisme
pertahanan tubuh terhadap kuman- kuman yang lewat jalan
napas hidung.
Nasopharyngeal carcinoma merupakan tumor
ganas yang timbul pada epithelial pelapis
ruangan dibelakang hidung (nasofaring) dan
ditemukan dengan frekuensi tinggi di Cina
bagian selatan.
Angka kejadian Kanker Nasofaring (KNF) di
Indonesia cukup tinggi, yakni 4,7
kasus/tahun/100.000 penduduk atau
diperkirakan 7000 8000 kasus per tahun di
seluruh Indonesia (survei yang dilakukan oleh
Departemen Kesehatan pada tahun 1980 secara
pathology based).
Dalam pengamatan dari pengunjung
poliklinik tumor THT RSCM, pasien karsinoma
nasofaring dari ras Cina relatif lebih banyak
dari suku bangsa lainya
Distribusi umur pasien dengan KNF berbeda-
beda. Pada daerah dengan insiden rendah insiden
KNF meningkat sesuai dengan meningkatnya
umur, pada daerah dengan insiden tinggi KNF
meningkat setelah umur 30 tahun, puncaknya
pada umur 40-59 tahun dan menurun setelahnya.6
Ras mongoloid merupakan faktor dominan
timbulnya KNF, sehingga kekerapan cukup tinggi
pada pendduduk Cina bagian selatan, Hongkong,
Vietnam, Thailand, Malaysia, Singapura, dan
Indonesia
Etiologi pasti ?
Multifaktorial Iritasi kronik, asap (asapr
rokok,asap lampu minyak tanah, asap kayu
bakar)
Baru-baru Virus eipstein barr Hibridasi
DNA dan penyelidikan immunofluorosensi
1. Genetik da ras : Cina, melyu-indo Laki-laki :
Perempuan (2,4:1)
2. Lingkungan :
Eksogen: - Bahan makanan
(Nitrosamin,hidrokarbon, benzopyrene) ex: Ikan
asin, sayuran kering, ikan asap
- Asap
Endogen : -Malnutrisi
-Infeksi kronik saluran pernafasan atas
- usia
Dini
Telinga
- Oklusi tuba eustachii: Rasa penuh di telinga,
tiitus
- Otitis media serosa
Hidung
-Epistaksis
- Obstruksi koana-> anosmia, hiposmia,
mampet, pilek
Lanjut :
Limfadenopati sevikal
Perluasan jaringan tumor:
Keatas : N II-VI Opthalmogia, hiperestesi wajah,
neuralgia trigeminal, diplopia
Duramater Nyeri kepala
Kebelakang : Trismus
N IX-XII Disfagia, ggn
pengecapan,hiper/hipoanestesi palatum molle-faring-
laring, ggn salivasi, paresis m. trapezius dan M.
sternokleidomastoideus, hemiparesis palatum molle,
hemiparesis sebelah lidah
N Simpatikus servikal sindrom horner
(penyempitan fissura palpebralis,
enoftalmi, miosis)
Gejala metastasis jauh tulang, hepa, paru
Penentuan stadium yang terbaru berdasarkan
atas kesepakatan antara UICC (Union
Internationale Contre Cancer) pada tahun 1992
T = Tumor, menggambarkan keadaan tumor primer, besar dan
perluasannya.
T0 : Tidak tampak tumor
T1 : Tumor terbatas pada 1 lokasi di nasofaring
T2 : Tumor meluas lebih dari 1 lokasi, tetapi masih di dalam rongga
nasofaring
T3 : Tumor meluas ke kavum nasi dan/atau orofaring
T4 : Tumor meluas ke tengkorak dan/sudah mengenai saraf otak

N = Nodul, menggambarkan keadaan kelenjar limfe regional


N0 : Tidak ada pembesaran kelenjar
N1 : Terdapat pembesaran kelenjar homolateral yang masih dapat
digerakkan
N2 : Terdapat pembesaran kelenjar kontralateral/bilateral yang masih
dapat digerakkan
N3 : Terdapat pembesaran kelenjar baik homolateral, kontralateral atau
bilateral, yang sudah melekat pada jaringan sekitar.

M = Metastase, menggambarkan metastase jauh


M0 : Tidak ada metastase jauh
M1 : Terdapat metastase jauh
Berdasarkan TNM tersebut di atas, stadium
penyakit dapat ditentukan :
Stadium I : T1 N0 M0
Stadium II : T2 N0 M0
Stadium III : T3 N0 M0
T1,T2,T3 N1 M0
Stadium IV : T4 N0,N1 M0
Tiap T N2,N3 M0
Tiap T Tiap N M12
ANAMNESIS
PEMERIKSAN FISIK
PEMERIKSAAN NASOFARING
BIOPSI NASOFARING
PEMERIKSAAN PA
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
PEMERIKSAAN SEROLOGI
Hiperplasia adenoid
Angiofibroma juvenilis
Tumor sinus sphenoidalis
Neurofibroma
Tumor kelenjar parotis
Chondorma
Meningioma basis kranii
Stadium I : Radioterapi
Stadium II dan III : Kemoterapi dan
Radioterapi
Stadium IV dengan N< 6 cm : Kemoradiasi

Stadium IV dengan N>6cm : Kemoterapi dosis


penuh dilanjutkan kemoradiasi
Radioterapi Utama
Adjuvan diseksi leher, tetrasiklin, INF,
kemoterapi*, antiviral
Secara keseluruhan, angka bertahan hidup 5 tahun
adalah 45 %. Prognosis diperburuk oleh beberapa
faktor, seperti :
Stadium yang lebih lanjut.
Usia lebih dari 40 tahun
Laki-laki dari pada perempuan
Ras Cina dari pada ras kulit putih
Adanya pembesaran kelenjar leher

Adanya kelumpuhan saraf otak adanya kerusakan


tulang tengkorak
Adanya metastasis jauh

Anda mungkin juga menyukai