Anda di halaman 1dari 36

PRESENTASI KASUS

EFUSI PLEURA DEXTRA DD


EMPHIEMA ET CAUSA TB PARU
dr. Dibyaguna Daulay
Identitas Pasien
Nama : Tn.A
Umur : 71 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku : Batak
Bangsa : Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pensiunan
Alamat : Depok
Tanggal Periksa : 5 Agustus 2017
Status Menikah : Menikah
Anamnesis
Keluhan Utama : Sesak napas
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien laki-laki datang ke IGD RSBB dengan keluhan sesak napas sejak 2 minggu
yang lalu. Sesak napas dirasakan pasien terus menerus, semakin hari semakin
memberat. Sesak napas dirasakan sepanjang hari, baik saat beraktifitas maupun
saat istirahat. Sesak sedikit berkurang dengan perubahan posisi yaitu jika pasien
miring ke kanan. Sesak tidak disertai bunyi mengi atau ngik-ngik. Sesak tidak
berkurang dengan penggunaan 3 bantal saat tidur.
Pasien juga mengeluhkan demam sejak 3 minggu yang lalu. Demam makin
dirasa ketika malam hari dan disertai keringat malam dan kadang menggigil.
Keluhan demam mereda jika pasien minum obat penurun panas yang di beli di
warung namun setelah itu suhu tubuh meningkat lagi.
Pasien juga mengeluhkan batuk-batuk sejak 1 bulan yang lalu. Batuk kadang
disertai dahak dan tidak berdarah. Pasien juga mual dan terkadang sampai
muntah sehingga susah makan. Pasien mengeluh nafsu makan menurun dan
berat badan menurun. Pasien mengeluh badan terasa lemah dan lemas.
Terkadang pasien merasakan nyeri dada. Keluhan nyeri kepala disangkal. BAB dan
BAK dalam batas normal.
Pasien sebelumnya belum pernah pergi ke dokter dan hanya mengkonsumsi obat
untuk meredakan keluhan demam dan sesak yang dirasakannya.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Keluhan seperti ini tidak pernah dirasakan sebelumnya.
Tidak ada riwayat penyakit jantung, hati, hipertensi, DM, dan asma.
Riwayat trauma dada juga disangkal.
Tidak ada riwayat pengobatan paru dengan OAT.

Riwayat Penyakit Keluarga :


Dikeluarga ada yang mengalami keluhan yang sama seperti pasien. Anak pasien positif menderita
TB paru dan sedang dalam pengobatan.
Riwayat penyakit jantung, hati, hipertensi, DM, dan asma disangkal.
Riwayat alergi di keluarga disangkal

Riwayat Sosial:
Pasien mengaku merokok dan baru berhenti sekitar 10 tahun yang lalu. Riwayat minum alkohol
dan penggunaan NAPZA disangkal
Pasien tinggal dirumah dengan pemukiman yang cukup padat bersama keluarganya. Keluarga
pasien mengaku rumahnya dengan keadaan lembab dan sedikit pencahayaan dan ventilasi tidak
terlalu besar dengan lingkungan rumah yang cukup padat dan ada kandang ayam di halaman
rumah
PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : E4M6V5
Keadaan Umum : Tampak sesak
Tanda Vital : Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi : 102x/menit, irama teratur,isi cukup
Suhu : 37,9o C
Pernafasan : 32 x/menit, regular
Status Gizi : TB : 165 cm
BB : 47 kg
IMT : 18,83 kg/m2
Kepala : Normochepal, rambut tersebar merata, tidak mudah dicabut.
Wajah : Ekspresi wajah simetris, tidak ada parese, tidak ada nyeri tekan sinus
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Telinga : Normotia +/+, nyeri tekan tragus dan anti tragus -/- , serumen +/+ minimal
Hidung : Deviasi septum -/-, sekret -/-, konka hiperemis -/-
Mulut : Bibir tidak kering, lidah tidak kotor, karies (+)
Leher : Trakea terletak ditengah, KGB teraba membesar, kelenjar tiroid tidak teraba membesar, JVP 5-2cm2
Thoraks :
Pemeriksaan dada depan
Inspeksi : Bentuk dada normal, bintik kemerahan (-), luka (-), bekas luka (-),
benjolan (-), perubahan warna (-), memar (-),
pelebaran sela iga (-), kedua dinding dada simetris saat statis,
dinding dada kanan tertinggal saaat dinamis.
Palpasi : Benjolan (-), nyeri tekan (-), perubahan suhu (-), vokal fremitus
kanan melemah dibanding kiri
Perkusi : Lapang paru kanan redup mulai ICS 5-6, lapang paru kiri sonor.
Auskultasi : Vesikuler melemah pada paru kanan, ronkhi +/+, wheezing -/-

Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat,
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS 5 AAL sinistra
Perkusi : Kanan atas: SIC II Linea Para Sternalis Dextra
Kanan bawah: SIC IV Linea Para Sternalis Dextra
Kiri atas: SIC II Linea Para Sternalis Sinistra
Kiri bawah: SIC IV Linea Medio Clavicularis Sinistra
Auskultasi : S1> S2 Normal reguler, murmur (-), galllop (-)
Pemeriksaan dada belakang
Paru
Inspeksi : Luka (-), bekas luka (-), benjolan (-), perubahan warna (-), memar (-),
nevus pigmentosus (-)
Palpasi : Benjolan (-), nyeri tekan (-), perubahan suhu (-), vokal fremitus
kanan melemah dibanding kiri
Perkusi : Redup pada paru kanan mulai sic 5-6, sonor pada paru kiri
Auskultasi : Vesikuler melemah pada paru kanan, ronkhi +/+, wheezing -/-
Abdomen
Inspeksi : Datar, luka (-), bekas luka (-), benjolan (-), perubahan warna (-),
memar (-), spider nevi (-).
Palpasi : Nyeri tekan (-), benjolan (-), Hepar dan lien tidak teraba membesar
Perkusi : Timpani, shifting dullness (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal

/
Ektremitas : akral hangat, edema , clubbing finger (-)
/
Identitas pasien lengkap
Foto kekerasan cukup
Posisi foto PA, posisi foto kanan dan kiri simetris
Tulang dan jaringan lunak normal
Diafragma kanan bagian bawah sulit dinilai, Diafragma kiri normal
Sudut costofrenikus kanan sulit dinilai, Sudut costofrenikus kiri lancip
Corakan bronkovaskular meningkat
Pada lapang tengah sampai bawah paru kanan terdapat perselubungan homogen,
terdapat infiltrat di semua lapang paru
Jantung: CTR dan aorta sulit dinilai
Hilus normal
Trakea terdorong ke kiri

Kesimpulan : Efusi Pleura Dextra dengan TB paru


Pemeriksaan darah rutin
Hb : 10,8 g/dl
Ht : 32%
Leukosit : 23.900/mm3
Trombosit : 455.000/mm3
Glukosa puasa: 108 mg/dl
Kreatinin : 1,6 mg/dl
Asam urat: 5,4 mg/dl
Resume
Pasien laki-laki datang ke IGD RSBB dengan keluhan sesak napas sejak 2 minggu yang lalu yang
dirasakan terus-menerus, semakin hari semakin memberat, dan sedikit berkurang jika pasien miring ke kanan.
Pasien juga mengeluh batuk-batuk sejak 1 bulan yang lalu disertai dahak dan tanpa darah. Nyeri dada (+), mual
(+), muntah (+). Demam (+) sejak 3 minggu yang lalu.
Dari pemeriksaan fisik, didapatkan pasien compos mentis, tampak sakit sedang, TD 100/70 mmHg, HR
102x/menit, RR 24x/menit, suhu afebris. Dari pemeriksaan fisik paru, didapatkan pergerakan dada kanan
tertinggal saat dinamis, vocal fremitus kanan melemah, redup pada paru kanan mulai ICS 4, dan suara napas
vesikuler melemah pada paru kanan. Status generalis lain dalam batas normal.
Hasil foto rontgen thorax menunjukkan kesan efusi pleura dextra dengan TB paru
Diagnosis Kerja
Efusi pleura dd emphiema dextra ec susp TB paru
Anjuran pemeriksaan penunjang
Sputum BTA 3X
Sitologi dan analisis cairan pleura
CT Scan toraks setelah cairan berkurang
Pemeriksaan fungsi hati jika akan diberikan terapi OAT

Rencana tindakan:
WSD
Tata laksana dari Sp.PD:
Diet lunak TKTP
Ivfd nacl 0,9% 500cc / 12 jam
Inj ceftriaxon 2gr/24 jam
PO levofloxacin 500 mg/24 jam
Drip neurobion dalam nacl 0,9% 500cc/24 jam
Konsul Sp.P
Penatalaksanaan Sp.P
Pemberian oksigen menggunakan nasal canule 2 liter/menit
Infus RL 500cc/8 jam
Infus metronidazole 3x500mg IV
Injeksi Ceftriakson 1x2 gr
Injeksi gentamicin 1x80mg IV
RHZE 300/300/750/750
PCT 3x500mg PO
Ketorolac k/p
WSD>chest tube
Pungsi pleura
Prognosis
Quo ad vitam: dubia ad bonam
Quo ad fungsional: dubia ad bonam
Quo ad sanationam: dubia ad malam
Anatomi dan fisiologi
Pleura adalah membran tipis yang melapisi diluar paru dan didalam
rongga dada yang terdiri dari 2 lapisan yaitu pleura viseral dan pleura
parietal.
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terjadi penumpukan cairan
di dalam rongga pleura.

Empiema merupakan keadaan terdapatnya nanah dalam rongga


pleura yang biasanya merupakan kelanjutan proses efusi pleura.
empiema yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium
tuberculosis mempunyai kadar glukosa rendah, pemeriksaan hapus
darah tepi lebih banyak ditemukan limfosit serta peningkatan kadar
adenosine deaminase > 30 IU/L.
Epidemiologi
Estimasi prevalensi efusi pleura adalah 320 kasus per 100.000 orang
di negara-negara industri, dengan distribusi etiologi terkait dengan
prevalensi penyakit yang mendasarinya. Secara umum, kejadian efusi
pleura sama antara laki-laki dan perempuan
Etiologi dan faktor resiko
Gagal jantung kongestif
Sirosis hati
Sindrom nefrotik
Dialisis peritoneum
Hipoalbuminemia oleh berbagai keadaan
Perikarditis konstriktiva
Keganasan
Atelektasis paru
Pneumotoraks.
TB paru
patofisiologi
Patofisiologi terjadinya efusi pleura tergantung dari keseimbangan antara cairan dan protein
dalam rongga pleura. Dalam keadaan normal, cairan pleura dibentuk secara lambat sebagai filtrasi
melalui pembuluh darah kapiler. Filtrasi ini terjadi karena perbedaan tekanan osmotik plasma dan
jaringan interstitial submesotelial, kemudian melalui sel mesotelial masuk kedalam rongga pleura.
Selain itu cairan pleura dapat melalui pembuluh limfe sekitar paru. Efusi pleura dapat berupa
transudat atau eksudat.
Proses penumpukan cairan dapat disebabkan oleh peradangan. Bila proses radang oleh kuman
piogenik akan terbentuk pus / nanah, sehingga terjadi empiema / piotoraks. Bila proses ini
mengenai pembuluh darah sekitar pleura dapat menyebabkan hemotoraks. Efusi cairan yang
berupa transudat terjadi apabila hubungan normal antara tekanan kapiler hidrostatik dan koloid
osmotik menjadi terganggu, sehingga terbentuknya cairan pada satu sisi pleura akan melebihi
reabsorpi oleh pleura lainnya. Biasanya hal ini terjadi pada :
1. Meningkatnya tekanan kapiler sistemik
2. Meningkatnya tekanan kapiler pulmoner
3. Menurunnya tekanan koloid osmotik dalam pleura
4. Menurunnya tekanan intrapleura
Cairan pleura dibagi 2
Transudat Eksudat

Tes Rivalta Negative Positif


Protein < 3 g/dL > 3 g/dL
Rasio dengan protein plasma < 0,5 > 0,5

Berat jenis < 1,016 > 1,016


Laktat dehidrogenase (LDH) < 200 IU > 200 IU

Rasio dengan LDH plasma < 0,6 > 0,6

Lekosit < 50% limfosit / > 50% limfosit (TB, keganasan)


mononuclear > 50% polimorfonuklear (radang
akut)

pH > 7,3 < 7,3


Glukosa = glukosa darah < glukosa darah (< 40)
Manifestasi klinis
Gejala:
Sesak napas
Batuk
Nyeri dada, nyeri pleuritik biasanya mendahului efusi jika penyakit
pleura
Tanda:
Pergerakan dada berkurang dan terhambat pada bagian yang terkena
Ruang interkostal menonjol (efusi yang berat)
Diagnosis
Anamnesis
Sesak napas
Batuk
Nyeri dada, nyeri pleuritik biasanya mendahului efusi jika penyakit pleura
Perlu ditanyakan faktor resiko dan gejala dari etiologi penyakit, seperti gejala-gejala pada :
Gagal jantung kongestif
Sirosis hati
Sindrom nefrotik
Dialisis peritoneum
Hipoalbuminemia oleh berbagai keadaan
Perikarditis konstriktiva
Keganasan
Atelektasis paru
Pneumotoraks.
TB paru
Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik paru, dapat didapatkan :
Inspeksi : pergerakan dada berkurang dan terhambat pada bagian
yang terkena. Ruang interkostal menonjol (efusi pleura
berat)
Palpasi : fremitus vocal dan raba berkurang pada bagian yang terkena.
Perkusi : perkusi meredup di atas efusi pleura
Auskultasi : suara napas berkurang di atas efusi pleura
Pemeriksaan penunjang
Foto thorax
Torakosintesis
Penatalaksanaan
Tatalaksana pada efusi pleura bertujuan untuk menghilangkan gejala
nyeri dan sesak yang dirasakan pasien, mengobati penyakit dasar,
mencegah fibrosis pleura, dan mencegah kekambuhan.
Antibiotik bertujuan untuk mengurangi progresifitas efusi
parapneumonia dan empiema
Kultur dilakukan agar tepat pemilihan antibiotik
Obat obatan simptomatis dan OAT
Aspirasi cairan pleura
Aspirasi cairan pleura (torakosintesis) berguna sebagai sarana untuk
diagnostik maupun terapeutik
Cairan pleura dapat dikeluarkan dengan jalan aspirasi berulang atau
dengan pemasangan selang toraks yang dihubungkan dengan Water
Seal Drainage (WSD)
Cairan yang dikeluarkan pada setiap pengambilan sebaiknya tidak
lebih dari 1000 ml untuk mencegah terjadinya edema paru akibat
pengembangan paru secara mendadak. Selain itu, pengeluaran cairan
dalam jumlah besar secara tiba-tiba dapat menimbulkan refleks vagal,
berupa batuk-batuk, bradikardi, aritmi yang berat, dan hipotensi.
Indikasi pemasangan WSD:
jika terdapat pus
pemeriksaan gram dan pewarnaan dengan hasil positif,
glukosa cairan pleura < 40 mg/dL, LDH > 1000 IU atau pH < 7,1.
Efektifitas drainase dinilai dengan melihat kurve panas harian selama
5 8 hari setelah pemasangan
Pleurodosis
Tujuan utama tindakan ini adalah melekatkan pleura viseral dengan
pleura parietalis, dengan jalan memasukkan suatu bahan kimia atau
kuman ke dalam rongga pleura sehingga terjadi keadaan pleuritis
obliteratif
Pembedahan
Pleurektomi jarang dikerjakan pada efusi pleura keganasan, oleh
karena efusi pleura keganasan pada umumnya merupakan stadium
lanjut dari suatu keganasan dan pembedahan menimbulkan resiko
yang besa
Prognosis
Prognosis efusi pleura bervariasi tergantung pada penyakit yang
mendasari.
Morbiditas dan mortalitas pada pasien efusi pleura berhubungan
langsung dengan etiologi, stadium penyakit, dan hasil pemeriksaan
biokimia cairan pleura.
Pasien dengan efusi pleura maligna biasanya memiliki prognosis yang
buruk
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai