Anda di halaman 1dari 34

Clinical Science Session

Gastroesofageal Reflux Disease


Wira Azika 1110313051
Khalidah 1210312079
Tiara Ledita 1210313059

Pembimbing :
dr. Eka Kurniawan Sp.PD

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


PENDAHULUAN

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


Latar Belakang

Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) keadaan


dimana terjadinya refluks isi lambung ke dalam
esofagus dengan berbagai gejala klinis yang timbul
akibat keterlibatan esofagus, faring, laring dan saluran
nafas

Prevalensi GERD
Negara barat: 10-20%, >>: laki-laki, kulit putih, usia tua
Di Indonesia: lebih rendah dibanding negara barat, namun
data terakhir menunjukkan prevalensi semakin meningkat
Salah satu gejala: heart burn
Jepang dan Philipina : 7,2% dan 7,1%
Di negara barat 20-40% individu mengalami
simptom heart burn: esofagitis 25-25%, 12% jadi
Barrets esofagus dan 46% adenokarsinoma.
GERD adalah gangguan umum yang dapat memberikan
dampak negatif terhadap gejala, komplikasi GERD, kualitas
hidup dan produktivitas kerja.

GERD dipicu oleh refluks dari gaster dan duodenum ke


esofagus.

Pasien- pasien GERD seringkali tidak menyadari adanya GERD


dan gagal menemukan terapi yang tepat sehingga
menyebabkan para dokter mendiagnosis dan terapi kurang
tepat
Batasan masalah Tujuan penelitian Metode Penulisan

Membahas Menambah Tinjauan berbagai


definisi, wawasan tentang literatur yang
epidemiologi, definisi, relevan terkait
anatomi, etiologi, epidemiologi, GERD
patofisiologi, anatomi, etiologi,
patogenesis, patofisiologi,
manifestasi klinis, patogenesis,
diagnosis, manifestasi klinis,
diagnosis diagnosis,
banding, diagnosis
tatalaksana, banding,
komplikasi dan tatalaksana,
prognosis GERD komplikasi dan
prognosis GERD
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
Definisi

Keadaan patologis sebagai akibat


refluks kandungan lambung ke
dalam esofagus, dengan berbagai
gejala yang timbul akibat
keterlibatan esofagus, faring, laring
Gastroesophageal dan saluran nafas
Reflux Disease
(GERD)
ANATOMI FISIOLOGI

ANATOMI ESOFAGUS
Epidemiologi

ditemukan pada populasi negaranegara barat, dilaporkan


relatif rendah insidennya di negara Asia Afrika

Amerika: 1:5 orang dewasa mengalami gejala heartburn atau


regurgutasi sekali dalam seminggu serta lebih dari 40 %
mengalaminya sekali dalam sebulan.

Prevalensi esofagitis di amerika sekitar 7%, sementara negara


non-western prevalensinya lebih rendah (1,5% di China dan
2,7% di Korea)
Indonesia belum ada data
RSUPN Cipto
Mangunkusumo Jakarta :
INDONESIA kasus esofagitis 22,8% dari
semua pasien yang menjalani
pemeriksaan endoskopi atas
indikasi dyspepsia.
Etiologi

Rintangan Anti- Mekanisme


refluks (Anti pembersihan
Refluks Barrier) esofagus

Isi lambung
Daya perusak dan
bahan refluks pengosongann
ya
Rintangan Anti-refluks (Anti Refluks Barrier)
Kontraksi tonus Lower Esofageal Sphincter (LES).
Tekanan LES < 6 mmHg --> disertai GERD,
refluks dapat terjadi pada tekanan LES normal
(inappropriate atau transient sphincter relaxation) yaitu
pengendoran sfingter yang terjadi di luar proses menelan.
Helicobacter pylori mempengaruhi faal LES
Faktor hormonal, makanan berlemak,menurunkan tonus
LES
Mekanisme pembersihan esofagus
4 macam mekanisme: peristaltik saat menelan --> saliva dan
pembentukan bikarbonat intrinsik oleh esofagus
menetralkan asam -->gravitasi menurunkan makanan ke
lambung
Daya perusak bahan refluks
Asam pepsin dan empedu dalam cairan
refluks merusak mukosa esofagus.
makanan tertentu seperti air jeruk nipis,
tomat dan kopi menambah keluhan pada
pasien GERD
Isi lambung dan pengosongannya
Isi lambung merupakan faktor penentu
terjadinya refluks. Lebih banyak isi lambung
lebih sering terjadi refluks.
Pengosongan lambung yang lamban
menambah kemungkinan refluks
PATOFISIOLOGI
REFLUKS
GERD dapat merupakan gangguan fungsional (90%) dan gangguan
struktural (10%).

Gangguan fungsional lebih pada disfungsi SEB dan gangguan


struktural pada kerusakan mukosa esophagus.

Esofagitis terjadi akibat GERD apabila terjadi kontak


antara bahan refluksat dengan mukosa esofagus.

Penurunan tekanan otot sfingter esofagus bawah oleh karena


coklat, obat-obatan, kehamilan dan alkohol sebagai penyebab
terjadinya refluks.
Refluks yang terjadi pada pasien penderita GERD
melalui 3 mekanisme.
1.Refluks spontan pada saat relaksasi SEB yang
tidak adekuat,
2.Aliran retrogard yang mendahului kembalinya
tonus SEB setelah menelan,
3.Meningkatnya tekanan intraabdomen.
Manifestasi Klinik

Heart burn
Regurgitasi (gejala berupa serangan tercekik, batuk
kering, mengi, suara serak,mulut rasa bauk pada pagi
hari, sesak nafas, karies gigi dan aspirasi hidung.
Beberapa pasien mengeluh sering terbangun dari
tidur karena rasa tercekik, batuk yang kuat tapi jarang
menghasilkan sputum.)
Disfagia
Diagnosis
pemeriksaan penunjang
Endoskopi saluran cerna bagian atas
Klasifikasi Los Angeles
Derajat kerusakan Endoskopi
A Erosi kecil pada mukosa esofagus dengan
diameter <5 mm
B Erosi pada mukosa/lipatan mukosa dengan
diameter >5mm tanpa saling berhubungan
C Lesi yang konfluen tetapi tidak mengenai
atau mengelilingi seuruh lumen
D Lesi mukosa esofagus yang bersifat
sirkumferensial/ mengelilingi seluruh
lumen esofagus.
Klasifikasi Savary-Miller
GRADE Deskripsi endoskopi
I Erosi sebagian dari satu lipatan mukosa
esofagus
II Erosi sebagian dari beberapa lipatan
mukosa esofagus. Erosi dapat bergabung
III Erosi meluas pada sirkumferesnsia
esofageal
IV Ulkus, striktura dan pemendekan esofagus
V Barretts ephitelium
cont, pemeriksaan penunjang

Esofagografi dengan Barium


Pemantauan pH 24 jam
Tes Bernstein
Pemeriksaan manometri
Scintigrafi Gastroesofageal
Tes supresi asam
Penatalaksanaan GERD

Prinsip penatalaksanaan Target penatalaksaan GERD


GERD
a). menyebuhkan lesi
a) modifikasi gaya hidup, esofagus,
b) terapi medikamentosa, b). menghilangkan gejala/
keluhan,
c) terapi bedah
c). mencegah kekampuhan,
d) terapi endoskopik.
d). memperbaiki kualitas
hidup,
e). mencegah timbulnya
komplikasi.
Modifikasi Gaya Hidup
meninggikan posisi kepala pada saat tidur
menghindari makan sebelum tidur
Berhenti merokok dan mengkonsumsi alkohol
Mengurangi konsumsi lemak serta menguangi
jumlah maknan yang dimakan
Menurunkan berat badan
menghindari pakaian ketat
Menghindari makanan atau minuman seperti
coklat, teh, peppermint, kopi dan minuman
bersoda
Terapi Medikamentosa

prinsip terapi medikamentosa GERD


Antasid
Dosis: sehari 4 x 1 sendok makan
Antagonis Reseptor H2
Simetidin 2 x 800 mg atau 4x 400 mg
Ranitidin 4x 150 mg
Famotidin 2 x 20 mg
Nizatidin 2 x 150 mg
Obat Obat Prokinetik

Metoklopramid
Antagonis resptor dopamin. Efektifitas rendah. Dapat
melewati sawar darah otak. Dosis 3 x 10-20 mg .
Domperidon
antagonis reseptor dopamin. tidak mewati sawar darah otak.
meningkatkan tonus LES dan mempercepat pengosongan
lanmbung. Dosis 3 x 1 mg.
Cisapride
antagonis reseptor 5HT4, mempercepat pengosongan lambung
serta meningkatkan tekanan tonus LES. Efektivitasnya lebih
baik dibandingkan domperidon. Dosis 3 x 10 mg.
Sukralfat (Aluminium hidroksida + sukrosa oktasulfat)
Dosis 4x1 gram.3,4
Penghambat Pompa Proton (Proton pump inhibitor/PPI)
drug of choice. bekerja langsung pada pompa proton sel parietal
dengan memperngaruhi enzim H, K ATP ase yang dianggap
sebagai tahap akhir proses pembentukan asam lambung. Dosis
-Omeprazole : 2x20 mg
-Lansoprazole: 2x30 mg
-Pantoprazole: 2x40 mg
-Rabeprazole : 2x10 mg
-Esomeprazole: 2x40 mg
Fundoplikasi Nissen Terapi Endoskopi
(terapi bedah)
penggunaan energi
radiofrekuensi,

plikasi gastrik
endoluminal,

implantasi endoskopik
dengan menyuntikan zat
implan di bawah mukosa
esofagus bagian distal
sehingga lumennya menjadi
lebih kecil.
Komplikasi
Esofagitis
Striktura Esofagus
Barretts Esophagus
Prognosis

mebaik dengan pengobatan


relaps mungkin akan muncul setelah terapi dan
memerlukan terapi medis yang lebih lama.
GERD disertai komplikasi (seperti striktur, aspirasi,
penyakit saluran nafas, Barrett esophagus), memerlukan
terapi pembedahan.
Prognosis untuk pembedahan baik.

Anda mungkin juga menyukai