Anda di halaman 1dari 116

TUGAS 1 REKAYASA

BIOKIMIA
Abdullah (1406605912)
Delfina (1406565745)
Nabila Hana Dhia (1406573394)
Safira Candra Asih (1406579151)
Yasmin Eka Pratiwi (1406533610)
SOAL NO 1
Bagaimana mekanisme biokimia pertumbuhan sel
secara umum? Bagaimana pula fase-fase yang
dialami sel dalam pertumbuhannya?
Pertumbuhan Sel
Pertumbuhan sel dapat didefinisikan sebagai
peningkatan komponen-komponen seluler.
Terdapat 2 macam pertumbuhan sel yaitu
pertumbuhan yang berakibat peningkatan ukuran
sel tetapi tidak jumlah sel.
Dan yang kedua adalah pertumbuhan yang diikuti
dengan peningkatan jumlah sel.
Berbagai faktor kimia maupun fisika dapat
empengaruhi pertumbuhan sel, antara lain pH,
suhu, konsentrasi oksigen, tekanan, radiasi, dan
aktivitas air.

Sumber:http://www.sciencemuseum.org.uk/~/media/rwsc
im/whoami/findoutmore/why%20is%20cell%20growth%2
Waktu Generasi

Waktu generasi merupakan waktu yang diperlukan oleh mikroorganisme untuk


meningkatkan jumlah sel menjadi dua kali lipat jumlah semula.
Kurva pertumbuhan mikroorganisme terdiri atas empat fase yaitu fase
penyesuaian (lag phase), fase eksponensial atau fase logaritmik, fase
stasioner, dan fase kematian.
Pada fase eksponensial terjadi peningkatan jumlah sel dan digunakan untuk
emnentukan waktu generasi.
Selang waktu yang dibutuhkan bagi sel untuk membelah diri menjadi 2 kali lipat
disebut waktu generasi.
Waktu generasi pada setiap bakteri tidak sama, ada yang hanya memrlukan 20
menit bahkan ada yang memerlukan sampai ber jam-jam atau berhari-hari.
Waktu Generasi

Apabila bakteri diinokulasikan pada medium baru pembiakan


tidak segera terjadi tetapi terdapat periode penyesuaian pada
lingkungan yang dikenal dengan pertumbuhan.
Kemudian akan memperbanyak diri dengan laju konstan,
sehingga akan diperoleh kurva pertumbuhan.
Perhitungan pertumbuhan mikroba dapat dihitung dengan
rumusan berikut
N=Np 2n
Sumber:
https://www.natren.com/blog/wp-
Keterangan: content/uploads/2013/05/friendly-
bacteria.png
N=jumlah sel akhir; No= jumlah sel awal; n=jumlah generasi
Kurva Pertumbuhan

Sumber:
https://bocahpenggembala.files.word
press.com/2011/03/kurva.jpg
Kurva Pertumbuhan
1. Fase Lag

Fase lag dilibatkan sintesis komponen struktur


sel atau represi enzim.
Fase lag bisa panjang atau singkat tergantung
kondisi lingkungan dan sifat mikroorganisme.
Pada fase ini tidak terdapat pertumbuhan Sumber:
populasi. http://1.bp.blogspot.
com/-
Ketika sel dalam fase statis dipindahkan ke m9usJe5Lpz4/TxrEV-
media baru, sel akan emngalami proses MmTaI/AAAAAAAAA
GM/ivEAsZ5lkRY/s16
adaptasi. Meskipun tidak dijumpai pertambahan 00/F9_large.jpg
jumlah sel, akan tetapi terjadi pertambahan
volume sel.
Kurva Pertumbuhan
2. Fase Eksponensial

Pada fase ini pembiakan bakteri berlangsung


paling cepat.
Sel akan membelah dengan laju yang konstan
dimaan massa menjadi dua kali lipat dengan laju
yang sama, aktivitas metabolit konstan dan Sumber:
keadaan pertumbuhan seimbang. http://1.bp.blogspot.
com/-
Pada fase ini, sel akan memperbanyak diri m9usJe5Lpz4/TxrEV-
sampai pada batas tertentu yang selanjutnya MmTaI/AAAAAAAAA
disebut fase statis. GM/ivEAsZ5lkRY/s16
00/F9_large.jpg
Pada fase perbanyakan, sel melakukan
konsumsi nutrien dan proses fisiologis lainnya.
Kurva Pertumbuhan
3. Fase Stationary

pada fase ini terjadi penumpukan produk


beracun atau terjadinya habisnya nutrien.
Beberapa sel mati sedangkan yang lain tumbuh
dan membelah.
Sehingga jumlah sel hidup menjadi tetap. Sumber:
Alasan bakteri tidak melakukan pembelahan sel http://1.bp.blogspot.
com/-
pada fase statis bermacam-macam diantaranya m9usJe5Lpz4/TxrEV-
nutrien habis, akumulasi metabolit toksik, MmTaI/AAAAAAAAA
penuruann kadar oksigen GM/ivEAsZ5lkRY/s16
00/F9_large.jpg
Pada fase statis biasanya sel melakukan
adapatasi terhadap kondisi yang kurang
menguntungkan, aplikasi pada tahap ini adalah
berupa terbentuknya antibiotik.
Kurva Pertumbuhan
4. Fase Kematian

fase kematian dimana sel menjadi mati lebih cepat daripada terbentuknya sel-sel baru, laju
kematian mengalami percepatan menjadi eksponensial bergantung pada spesiesnya.
Penyebab utama kematian adalah autolisis sel dan penuruann energi seluler.
Siklus Sel

Siklus sel merupakan perubahan yang terjadi


pada suatu generasi kehidupan sel, dimulai
pada saat sel diproduksi lewat pembelahan
sel induk sampai terbentuk anak sel yang
baru.
Dalam siklus sel, proses pembelahan sel
eukaryotes menempati bagian terkecil,
selebihnya merupakan fase interfase.

Sumber: http://1.bp.blogspot.com/-
XEsJNFkQq9s/TrvXejPZIQI/AAAAAAAAAmQ/bhXDO3XPrbU/s1600
Siklus Sel

Selama interfase, DNA dan molekul lain


disintesis.
Bagian pertama dari interfase adalah fase G1
yang umumnya memakan waktu paling lama.
Sel yang aktif tumbuh segera memasuki fase
S diaman DNA mnegalami replikasi.
Pada akhir fase S, nukleus kelihatan lebih
besar dan mengandung DNA dalam jumlah 2
kali lipat. Kemudian sel akan memasuki fase
G2, dimana sisntesis komponen utama yang
lain terjadi.
Sumber: http://1.bp.blogspot.com/-
XEsJNFkQq9s/TrvXejPZIQI/AAAAAAAAAmQ/bhXDO3XPrbU/s1600
Siklus Sel

Sel pada akhirnya akan mempersiapakan


proses pembelahan dan memasuki fase M
(mitosis).
Mitosis selesai ketika 2 anak inti sel
terbentuk.
Setelah pembelahan inti sel, pembelahan
seluruh sel terjadi pada fase C (Sitokinesis).
Setelah replikasi DNA pada fase S dan
sebelum mitosis, tiap kromosom terdiri dari
2kromatid yang identik yang saling berlekatan
pada tempat khusus yang disebut sentromer
Sumber: http://1.bp.blogspot.com/-
XEsJNFkQq9s/TrvXejPZIQI/AAAAAAAAAmQ/bhXDO3XPrbU/s1600
Siklus Sel
1. Profase

Sumber:
http://www.maph49.galeon.com/mito
sis/prophase.gif

Profase dimana pada tahap ini kromosom mengalami kondensasi dalam inti sel, mikrotubul
terpisah, benang mitosis terbentuk
Siklus Sel
2. Prometafase

Sumber:
http://www.maph49.galeon.com/mito
sis/prometaphase.gif

Prometafase dimana membran inti sel pecah, benang mikrotubul masuk ek daerah inti sel;
kinetokor mengalami pendewasaan pada sentromer dan melekat pada beberapa benang
mikrotubul
Siklus Sel
3. Metafase

Sumber:
http://www.maph49.galeon.com/mito
sis/metaphase.gif

Metaphase dimana mikrotubul mkinetokor mengarahkan kromosom di tenagh-tenagh


diantara kutub spindle
Siklus Sel
4. Anaphase

Sumber:
https://upload.wikimedia.org/wikipedi
a/commons/thumb/d/d6/Mitotic_Ana
phase.svg/1280px-
Mitotic_Anaphase.svg.png

Anaphase dimana pasangan kinetokor pada kromsoom terpisah menuju tiap kutub
Siklus Sel
5. Telophase

Sumber:
http://www.edupic.net/Images/Mitosi
s/telophase.png

Telophase; dimana anak kromosom tiba dikutub, mikrotubul kinetokor menghilang


Siklus Sel
6. Sitokinesis

Sumber:
http://www.clker.com/cliparts/X/a/K/T
/k/p/cytokinesis-hi.png

Telophase; dimana anak kromosom tiba dikutub, mikrotubul kinetokor menghilang


Sistem Kultur Bakteri

Sumber:
http://download.fa.itb.ac.id/filenya/H
andout%20Kuliah/Biosintesis%20Seny
awa%20Obat/PERTUMBUHAN%20MIK
ROORGANISME.pdf

Terdapat 3 macam sistem kultur untuk pertumbuhan dan produksi


menggunakan mikroorganisme yaitu sistem batch; sistem fed batch; dan
sistem continous.
SOAL NO 2
Bagaimana anda mengukur dan menganalisis pertumbuhan
sel? (Parameter pertumbuhan sel)
Soal No 2
Bagaimana anda mengukur dan menganalisis pertumbuhan sel?
(Parameter pertumbuhan sel)

Aktivitas dari pertumbuhan mikroba dapat diukur secara kuantitatif, baik


jumlah maupun perubahan laju dari massa sel mikroba. Pada banyak kasus, metoda
langsung tidak dapat diaplikasikan dan aktivitas psikologi yang dipengaruhi oleh banyaknya
biomassa harus dihitung. Terdapat dua kategori metode yang dapat digunakan untuk
banyak kasus, yaitu pengukuran banyaknya sel dan berat sel.
Berdasarkan persamaan matematis, pertambahan atau pengurangan banyaknya
sel N dari sampel yang diambil berbanding lurus dengan jumlah total sebenarnya
X(t) = (t) X(t)
= specific growth rate
Definisi dari doubling time
N(t+t)=2 N(t)
Sering digunakan untuk mendeskripsikan pertumbuhan. Intergrasi memberikan
Td= ln2/
Metode perhitungan banyaknya sel kurang berguna pada perhitungan
mikroba yang sel nya direkombinasi karena pertumbuhan sel yang
digunakan akan berbeda-beda. Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Laju pertumbuhan pada rekombinan plasmid yang berbeda-beda (Sumber: Posten, Clemens H., Charles L C, 1993
1. Pengukuran Jumlah Sel
Pengukuran jumlah sel sangat berguna untuk menentukan laju
pertumbuhan dari mikroba. Namun, perlu diperhatikan pula bahwa kita perlu
mengetahui sel yang terukur adalah sel yang hidup atau tidak. Sel yang hidup
dapat diberi staining agar terlihat perbedaannya.

Perhitungan Plat
Mikroskopis Penghitung
Langsung Sel Hidup

Penghitung Aliran
Coulter Cytometer
I. Perhitungan Mikroskopis Langsung
Metode ini sering digunakan pada pengukuran jumlah sel. Secara umum, metode
yang dilakukan adalah menghitung sel pada slide kaca. Dengan slide Petroff-
Hauser misalnya, terdapat kedalaman yang diketahui dengan tutup yang ditandai
dengan sebuat kotak dengan luas yang diketahui. Massa jenis sel dihitung dari
rata-rata sel per kotak dibagi dengan volume kotak sehingga diperoleh hasil
jumlah sel yang ada. Namun, jumlah sel mati dan hidup tidak terlihat
sehingga diperlukan penambahan zat seperti methylene blue yang dapat
dioksidasi oleh sel yang berespirasi dan menyebabkan timbulnya warna biru pada
sel yang masih berespirasi.
Pada mikroba yang hidup dilingkungan bebas dengan jumlah sedikit, sulit untuk
melakukan dengan metode diatas. Metode yang bisa dilakukan untuk mikroba
jenis ini adalah dengan membrane filtrasi dan epiflouresence mikroskopik.
II. Plat Penghitung Sel Hidup
Teknik yang dilakukan pada metode ini adalah dengan membuat mikroba
bertumbuh pada medium (kloning). Kemudian mikriba yang ada dihitung
pada plat penghitung sel hidup dengan teknik pengukuran koloni yang
terbentuk (CFU). Metode dengan plat penghitung sel dapat juga diaplikasikan
pada mikroba pada lingkungan bebas. Namun, perlu diketahui bahwa
mikroba yang terkandung pasti banyak sehingga pertumbuhan pada medium
tertentu akan berbeda.
III. Penghitung Coulter
Penghitung yang ditemukan oleh Coulter ini menggunakan arus listrik melaui
sebuah lubang. Setiap mikroba yang melewati lubang, tahanan akan
bertambah dan arus menurun. Jumlah arus ini dapat terekam pada suatu
alat dan dapat menunjukkan pengurangan arus sebandung dengan volume
sel. Instrumen ini dapat memberikan banyaknya sel dan distribusi ukuran sel
tetapi tidak memberikan info tentang bentuk sel. Partikel yang dapat dihitung
adalah partikel yang berukuran 0,5-200 m.
IV. Aliran Cytometer
Metode ini dilakukan dengan memanfaatkan sifat optis dari sel. Sampel yang
telah dikultur di encerkan di aliran yang akan memisahkan sel secara
membujur dari sel lain. Aliran melaui laser beam, absorption, flouresence,
atau light diffusionuntuk menyampaikan perhitungan sel. Selektifitas juga
dapat ditingkatkan dengan melabel dengan flouresencent dye. Pengurutan
sel selesai dengan memasukkan muatan pada tetes yang mengandung sel
yang diinginkan. Muatan membuat tetes tersebut terbelokkan ke detektor.
2. Pengukuran Massa Sel
Prinsip pengukuran yang berbeda dari metode-metode ini adalah
berdasarkan perbedaan kualitas dai materi biologis dan menunjukkan hasil
yang tidak proporsional pada bioproses.

Dry Cell Packed Cell


Weight Volume

Image
Turbiditas
Analysis

Prinsip
Pengukuran
yang Lain
I. Dry Cell Weight (Berat Sel Kering)
Teknik ini dilakukan dengan mengeringkan sampel dengan proses
sentrifugasi atau filtrasi, dicuci dengan air atau buffer, dan dikeringkan pada 80
derajat celcius. DCW sering digunakan pada fermentor. Sampel broth diambil dari
fermentor kemudian ukur volumenya.
Sel dipisahkan dengan sentrifugasi atau filtrasi, namum biasanya masih
terdapat pengotor lain yang bukan merupakan sel sehingga perlu diperlakukan
beberapa metode seperti penambahan buffer untuk menhilangkan asam. Kemudian
sel dikeringkan dan ditimbang. Hasil dari metode ini sekitar 30% atau lebih dari
massa sel pada fermentor. DCW juga menggambarkan sel total yang tebentuk, mati
atau hidup, dan tidak menghitung massa sel yang terbentuk dan yang hilang karena
lisis sel.
II. Packed Cell Volume (PCV)
PCV sering digunakan pada industry plant untuk mengikuti kinerik
fermentasi. PCV tergantung tidak hanya pada massa sel, tetapi juga pada
kecepatan sentrifugal dan waktu, banyaknya padatan non- selular, mofologi
kultur, dan osmolaritas dari medium. Kondisi sentrifugasi biasanya di set
untuk mengurangi efek dari variabel lain. Banyaknya padatan nonselular
akan berkurang seiring dengan pertambahan waktu. Padatan akan
mengendap lebih dulu daripada sel sehingga dapat menghitung berat
padatan yang ada.
III. Turbiditas
Turbiditas adalah teknik yang paling sering digunakan pada pengukuran
pertumbuhan mikroba. Turbiditas yang terukur adalah jumlah dari absorpsi
dan penyebaran cahaya oleh medium, sel, dan partikel lain. Metode
menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 600-700 nm
dimana penyerapan cahaya oleh sel pada saat itu minimum.
Spektrofotometer linear pada 0,2 sampai 1,0 absorbansi unit. Linearitas
dapat dipastikan dengan kultur yang berbeda. Satu unit absorbansi sama
dengan 0,5 g/L dari berat kering sel. Faktor kesalahan harus dihitung pula
dengan teknik ini.
IV. Image Analysis
Khusus untuk kasus pertumbuhan filamentous dan pembentukan pellet, sulit
untuk mengukur pertumbuhan dari sel atau massa total sel. Analisis ini dapat
menjadi alat berguna untuk mengklasifikasi biomassa. Diambil gambar dari
broth fermentasi dan diproses dengan software komputer.
V. Prinsip Pengukuran yang Lain
Parameter sifat fisik dan kimia dari broth
fermentasi banyak yang terkait dengan
banyaknya biomassa, maka munculah
metode lain yang memperhitungkan
keberadaan biomassa, diantaranya
perhitungan viskositas dan panas
fermentasi.
SOAL NO 3
Bagaimana substrat dan pembentukan produk dalam sel dapat menginhibisi
pertumbuhan sel? Dapatkah anda menjelaskan faktor-faktor lainnya yang
dapat menginhibisi laju pertumbuhan sel?
Soal No 3

Pada konsentrasi yang tinggi substrat atau produk dan keberadaan zat penghambat di
dalam medium, pertumbuhan menjadi terhambat, dan laju pertumbuhan tergantung dari
konsentrasi inhibitor. Pola inhibisi dari mikroba dianalogikan terhadap inhibisi enzim. Jika
pada sebuah laju reaksi enzimatik laju pertumbuhannya terhamabat, maka pada saat itu
konstanta kinetik yang diekspresikan pada laju reaksi memiliki makna biologis. Biasanya,
mekanisme yang terjadi rumit, dan konstanta kinetik tidak bermakna biologis dan didapat
berdasarkan hasil data eksperimen dengan kuva yang tepat.

Inhibisi
Inhibisi Inhibisi
Senyawa
Substrat Produk
Beracun
Inhibisi Substrat

Pada konsentrasi substrat yang tinggi, laju pertumbuhan


mikroba dapat terhambat oleh substrat. Sebagaimana
telah diketahui kemungkinan yang terjadi jika substrat
menjadi inhibitor pada laju pertumbuhan adalah kompetitif
dan nonkompetitif. Jika sebuah substrat menjadi faktor
penghambat dalam sebuah laju pertumbuhan mikroba
maka pola umum yang dapat dirumuskan adalah sebagai
berikut :
Inhibisi substrat nonkompetitif :
Gambar 1. Grafik pengaruh kadar substrat
(1) terhadap kecepatan pertumbuhan spesifik
(Sumber: Julianti, Elisa. 2013)
Cont.

Atau jika KI >> KS, maka:


(2)
Inhibisi substrat kompetitif :

(3)

Catatan pada persamaan (3) berbeda dari (1) dan (2), dan KI pada (2) dan (3)
berbeda. Inhibisi substrat mungkin berkurang secara lambat, berselingan dengan
penambahan substrat terhadap medium pertumbuhan.
Inhibisi Produk

Pada konsentrasi tinggi produk dapat menjadi inhibitor terhadap


pertumbuhan mikroba. Inhibisi produk yang terjadi adalah kompetitif atau
nonkompetitif, dan dalam beberapa kasus yang mekanisme jelasnya belum
diketahui, laju pertumbuhan yang diinhibisi didekati dengan metode
peluruhan ekspresi eksponensial atau linear.
Inhibisi produk kompetitif :

(4)
Inhibisi produk nonkompetitif:

(5)
Cont.

Fermentasi etanol dari glukosa dengan mengunakan ragi adalah sebuah


contoh yang bagus untuk inhibisi produk nonkompetitif, etanol menjadi
inhibitor jika konsentrasi diatas 5%. Persamaan laju lainnya yang
menggunakan inhibisi etanol adalah

(6)

Dimana Pm adalah konsentrasi produk pada pertumbuhan berhenti, atau

(7)
Dimana Kp adalah konstanta inhibisi produk
Inhibisi Senyawa Beracun

Persamaan laju dibawah ini digunakan untuk untuk inhibisi kompetitif, nonkompetitif,
dan unkompetitif pada pertumbuhan sel jika dianalogikan terhadap inhibisi enzim.
Inhibisi kompetitif :
(8)
Inhibisi nonkompetitif:
(9)

Inhibisi unkompetitif:

(10)
Cont.

Dalam beberapa kasus, keberadaan senyawa beracun pada media tumbuh


menghasilkan inaktivasi sel atau menyebabkan kematian sel. Nilai bersih dari
laju spesifik pertumbuhan sel dengan adanya kematian sel adalah sebagai
berikut:

(11)

Dimana kd adalah konstanta laju kematian sel (h-1)


Faktor-faktor Lain

Faktor faktor lainnya yang dapat menghambat pertumbuhan sel


terutama mikroba adalah kondisi lingkungan, suhu, kebutuhan
oksigen dan ph sebagaimana ditunjukkan oleh tabel berikut.
Tabel 1. Jenis-jenis mikroba berdasarkan kebutuhan optimum untuk pertumbuhan

Sumber: www.yourarticlelibrary.com
SOAL NO 4
Dengan adanya pertumbuhan sel ini, dapatkah anda menjelaskan mekanisme-
mekanisme reaksi yang mungkin dijalani oleh sel dalam masa pertumbuhannya?
Bagaimana anda menentukan laju reaksinya dari masing-masing mekanisme
tersebut?
Secara umum, reaksi mekanismenya adalah sebagai berikut.
substrates + cells extracellular products + more cells
S + X P + nX
Dengan net specific growth rate (1/time) sebagai berikut.
1
=

Dimana X= konsentrasi massa sel (g/l). Selain itu, dapat pula


diketahui.
=
dengan = gross specific growth rate (1/time) dan = rate of
loss off cell mas due to cell death.
Gambar 8. Typical Growth Curve for A Bacterial
Population (Sumber: C. Niu, 2009)
Lag Phase

Merupakan periode adaptasi sel kepada lingkungan baru mereka. Dalam fase ini, enzim baru disintesis dan terjadi peningkatan

yang sedikit pada massa dan volume sel, tetapi tidak terjadi penambahan jumlah sel.

Exponential Phase

sel telah beradaptasi dengan lingkungan baru dan dengan cepat bertambah banyak secara eksponensial. Pada tahap ini terjadi


Balanced Growth dimana seluruh komponen dari sel tumbuh pada saat yang bersamaan . Laju reaksi pada tahapan ini : =


, = = 0 = =

Pada tahapan ini, = = , serta dengan menggandakan waktu dari massa sel, maka waktu yang dibutuhkan untuk


ln 2 0,693

menggandakan sel dapat dicari dengan menggunakan persamaan berikut. = = =

Decelaration Growth Phase

Pada tahap ini terjadi perlambatan laju karena mulai habisnya nutrisi/ salah satu nutrisi serta mulai terakumulasinya pembentukan produk
sampingan yang bersifat racun.
Stationary Phase

Laju pertumbuhan sel akan sama dengan laju kematian sel, dan tidak terdapat pada populasi organisme, dan sel telah mengaktivasi
metabolisme untuk memproduksi metabolit sekunder (misalnya, antibiotik dan pigmen). Laju reaksi yang terjadi pada fase ini :


= dengan merupakan konstanta laju untuk metabolism endogenous.

Death Phase

Pada fase ini, populasi organisme hidup berkurang seiring waktu, karena ketiadaanya nutrisi dan metabolisme racun dari produk. Laju
kematian sel secara umum dapat dituliskan dalam persamaan berikut.



= dengan merupakan konstanta laju untuk kematian sel.
SOAL NO 5
Bagaimana Anda menghitung laju reaksi dari suatu data
konsentrasi menggunakan diferensiasi grafis?
Menentukan Laju Reaksi
Metode Diferensiasi Grafis
Laju reaksi dapat dinyatakan sebagai berkurangnya jumlah
konsentrasi pereaksi per satuan waktu atau bertambahnya jumlah
konsentrasi hasil reaksi per satuan waktu.

aA + bB cC + dD
Menentukan Laju Reaksi
Metode Diferensiasi Grafis

perubahan konsentrasi reaktan Diferensiasi grafis dari data


terhadap waktu selama reaksi konsentrasi dengan
Sumber: Bioprocess Engineering
berlangsung menggambar tangent
Principle (Pauline M. Doran), 1995
Contoh Soal

Time (min) Oxygen concentration (Ca, ppm)


Tentukan laju reaksi
berdasarkan data konsentrasi 0 8.00
oksigen pada sistem tertutup
berikut, yang direkam ketika 1 7.55
reaksi pada volume dan suhu 2 7.22
konstan. 3 6.96
4 6.76
5 6.61
6 6.49
8 6.33
10 6.25
A. Metode Average Rate-Equal Area
t Konsentrasi O2; t CA CA / t
1. Menghitung CA (negatif (min) CA(ppm)

untuk konsentrasi reaktan) dan


0.0 8.00 1.0
t untuk setiap interval waktu
1.0 7.55 1.0 -0.45 -0.45

2. Menghitung rata-rata 2.0 7.22 1.0 -0.33 -0.33


3.0 6.96 1.0 -0.26 -0.26
konsumsi/produksi (CA / t)
4.0 6.76 1.0 -0.20 -0.20
5.0 6.61 1.0 -0.15 -0.15
6.0 6.49 1.0 -0.12 -0.12
8.0 6.33 2.0 -0.16 -0.08
10.0 6.25 2.0 -0.08 -0.04
Data Konsumsi Oksigen oleh Sel yang diimobilisasi
A. Metode Average Rate-Equal Area

3. Membuat plot CA / t

4. Membuat kurva yang memotong garis


horizontal pada bar plot sehingga area
yang diarsir pada atas dan bawah kurva
SAMA setiap interval waktu.
kurva tersebut menunjukkan nilai dCA/dt untuk setiap waktu
Diferensiasi Grafis Average Rate-Equal Area
0.7
y = -0.195ln(x) + 0.4616
0.6

0.5
- CA / t

0.4

0.3

0.2

0.1

0
1 2 3 4 5 6 7 8
time
A. Metode Average Rate-Equal Area
t Konsentrasi O2; t CA CA / t dCA/dt
(min) CA(ppm)

0.0 8.00 1.0 -0.59


1.0 7.55 1.0 -0.45 -0.45 -0.38
2.0 7.22 1.0 -0.33 -0.33 -0.29
3.0 6.96 1.0 -0.26 -0.26 -0.23
4.0 6.76 1.0 -0.20 -0.20 -0.18
5.0 6.61 1.0 -0.15 -0.15 -0.14
6.0 6.49 1.0 -0.12 -0.12 -0.11
8.0 6.33 2.0 -0.16 -0.08 -0.06
10.0 6.25 2.0 -0.08 -0.04 -0.02
B. Metode Mid-Point Slope

1. Membuat plot data konsentrasi


dan diperhalus

2. Menentukan sebagai interval


waktu (nilai interval ( ) < jumlah
data yang diukur)
B. Metode Mid-Point Slope

3. Membuat plot konsentrasi


setiap waktu t pada selang dua
interval-nya (CA) t+ (CA)t-

Data konsentrasi yang diambil untuk perhitungan


pada waktu t bukan dari data konsentrasi pada
waktu , melainkan data konsentrasi pada kurva
selang 2 interval.
B. Metode Mid-Point Slope
t Konsentrasi [(CA) t+ dCA/dt
4. Menentukan laju dengan (min) O2; (CA)t-
rumus: CA(ppm)

0.0 8.00 1.0 - -


dC A [(C A )t ((C A )t ] 1.0 7.55 1.0 -0.78 -0.39

dt 2 2.0 7.22 1.0 -0.59 -0.30
3.0 6.96 1.0 -0.46 -0.23
4.0 6.76 1.0 -0.35 -0.18
5.0 6.61 1.0 -0.27 -0.14
6.0 6.49 1.0 -0.22 -0.11
8.0 6.33 2.0 -0.24 -0.06
10.0 6.25 2.0 - -
Perbandingan Hasil
t Konsentrasi O2; [(CA) t+ dCA/dt dCA/dt
(min) CA(ppm) (CA)t- (mid-point) (average rate-
equal)

0.0 8.00 1.0 - - -0.59


1.0 7.55 1.0 -0.78 -0.39 -0.38
2.0 7.22 1.0 -0.59 -0.30 -0.29
3.0 6.96 1.0 -0.46 -0.23 -0.23
4.0 6.76 1.0 -0.35 -0.18 -0.18
5.0 6.61 1.0 -0.27 -0.14 -0.14
6.0 6.49 1.0 -0.22 -0.11 -0.11
8.0 6.33 2.0 -0.24 -0.06 -0.06
10.0 6.25 2.0 - - -0.02
SOAL NO 6
Bagaimana Anda menjelaskan hubungan kinetik untuk reaksi-
reaksi berorde nol, satu, dan kinetika Michaelis-Menten.
Laju Reaksi
Laju Reaksi

Dengan mengasumsikan reaktan (A) berubah menjadi produk (B)


reaktan produk
A B
Laju reaksinya dinyatakan sebagai

= = 1

Untuk reaksi umum: + +
1d A 1d B 1d C 1d D
laju reaksi = = =+ =
a dt b dt c dt d dt
Pengaruh Konsentrasi terhadap
Laju: Hukum Laju

a A + b B . g G + h H .
Laju reaksi = k [A]m[B]n .
Tetapan laju reaksi = k
Orde/tingkat reaksi terhadap A = m
Orde/tingkat reaksi terhadap B = n
Orde/tingkat reaksi total = m + n + .
Orde Reaksi

Menunjukkan tingkat pengaruh konsentrasi reaktan


terhadap laju.

r = k [A] m ; [A] = konsentrasi reaktan

Harus ditentukan melalui eksperimen, tidak terkait dengan


stoikiometri reaksi.
Orde Reaksi (2)
Reaksi orde 0:
menaikkan/menurunkan konsentrasi tidak mempengaruhi laju
reaksi
Reaksi orde 1:
menaikkan konsentrasi 1x akan menaikkan laju reaksi 1x &
sebaliknya.
Reaksi orde 2:
menaikkan konsentrasi 1 x akan menaikkan laju reaksi 2x &
sebaliknya.
Reaksi Orde Nol
(Zero-Order Kinetics)
Pada reaksi orde nol, laju reaksi tidak bergantung pada konsentrasi
pereaksi. Pada suatu reaksi berorde nol laju reaksi independen
terhadap konsentrasi reaktan sehingga, rA k 0

d [ A] k dt

[ A]2 [ A]1 k (t2 t1 ) [ A] kt c


[ A]1 [ A]2 k (t2 t1 )
Reaksi Orde Nol
(Zero-Order Kinetics)
[A] vs t; garis lurus

Pers. Garis:
[A] = - kt + c

Menentukan k:
k = - slope

Intersep c = [A]o
Reaksi Orde Satu
(First-Order Kinetics)

d [ A]
A k dt
ln [ A] k t C

ln [ A] k t C
[ A2 ] [ A1 ]
ln k (t 2 t1 ) ln k (t 2 t1 )
[ A1 ] [ A2 ]
Reaksi Orde Satu
(First-Order Kinetics)
Orde 1: ln [A] Pers. Garis:
vs t; garis ln [A] = - kt + c
lurus

Menentukan k:
k = - slope

Intersep c = ln [A]o
Kinetika Michaelis-Menten

Sebagian besar reaksi


enzimatis direpresentasikan
dengan baik oleh kinetika
Michaelis-Menten.
Konsentrasi substrat
mempengaruhi kecepatan
reaksi yang dikatalisis oleh
enzim.
Kinetika Michaelis-Menten
vmax

v independen terhadap substrat

Km adalah [S] saat enzim mencapai dari vmax


Kinetika Michaelis-Menten
Saat konsenrasi substrat [S] jauh lebih
kecil daripada konstanta Michaelis-
Menten Km, laju reaksi berbanding
lurus dengan konsentrasi substrat
orde satu terhadap substrat.
Saat konsentrasi substrat [S] jauh lebih
besar daripada konstanta Michaelis-
Menten Km, laju reaksinya konstan
dan sama dengan laju maksimum
(Vmax). Laju reaksi tidak bergantung
pada konsentrasi substrat laju
reaksi orde nol terhadap substrat.
Reaksi Enzimatik

k1 k2
E S ES E P
k1'
Laju Reaksi Enzimatik

k1 k2
E S ES E P
k1'

d [ P] d [ ES ]
v k 2[ ES ] ; k 1[ E ][ S ] k 1' [ E ][ S ] k 2[ ES ]
dt dt
[E] tidak terkonsumsi, maka persamaan [E] (yang bebas) menjadi:
[ E ]tot [ E ] [ ES ]
[ E ] [ E ]tot [ ES ]
[ S ] [ S ]tot [S] sama saja dengan keseluruhan [S]
dalam suatu reaksi ( [S]tot )
Laju Reaksi Enzimatik

Asumsi diperlukan untuk mendapatkan penyelesaian secara


analitik

Asumsi Kesetimbangan Cepat (Rapid Equilibrium)


Pendekatan Michaelis-Menten

Asumsi Steady-State
Pendekatan Briggs-Haldane
Pendekatan Michaelis Menten
Asumsi bahwa kesetimbangan terjadi begitu cepat antara enzim [E],
substrat [S], dan kompleks enzim-substrat [ES]
k1 k2

E S ES E P
k1'

k1[ E][S ] k1'[ ES ]

k1' [ E ][ S ]
Konstanta
Kesetimbangan Km
k1 [ ES ]
Pendekatan Michaelis Menten

[ ES ]
[ E ][ S ] ([ E ]tot [ ES ])
Km [ ES ]
Km
[ E ]tot [ E ] [ ES ]
[ E ] [ E ]tot [ ES ] ([ E ]tot [ ES ])[ S ] [S ]
[ S ] [ S ]tot [ ES ]
Km Km [S ]
1 [ ES ] [ ES ] [ E ]tot
([ E ]tot [ ES ])[ S ] [ S ] [S ] [S ]
[ ES ] x 1
Km [S ]

([ E ]tot [ ES ]) Km
[ ES ] 1[ ES ] [ E ]tot
Km
[S ]
[S ]
Pendekatan Michaelis Menten

[ E ]tot [S ] [ E ]tot [ S ]
[ ES ] x [ ES ]
K m [S ] K m [S ]
1
[S ] sehingga laju pembentukan produk (v) dapat
Persamaan [ES] dalam [S] menjadi, dinyatakan dalam [S],
d [ P] [ E ]tot [ S ]
[ E ]tot [ S ] v k 2 [ ES ] k 2
[ ES ] dt K m [S ]
K m [S ] [ ES ]
[ E ]tot
v vmax k2 [ ES ] k2 [ E ]tot
Km
<< [ S ] 1
v [S ]
v max
K m [S ]
sehingga didapat persamaan Michaelis-Menten,

vmax [ S ]
v
K m [S ]
SOAL NO 7
Bagaimana anda menentukan parameter
kinetika enzim, Vmax dan Km dari suatu data
konsentrasi? Berikan contoh.
Jika pada awal reaksi terdapat 0,1 mol/L urea dan 0,001 g/L urease, dan
reaksi dilakukan pada suhu tetap, tentukan parameter Michaelis Menten
1 2
Urea + urease (urea.urease) 23 + 2 + urease
1 +2
(kmol/m3) 0,2 0,02 0,01 0,005 0,002

(kmol/m3.s) 1,08 0,55 0.38 0,2 0,09


Untuk menentukan parameter kinetik enzim dengan Michaelis Menten, pertama
dengan melinearisasikan Michaelis Menten

menjadi

yang dinamakan Lineweaver Bulk Plot. Plot Lineweaver adalah plot dari
1/ dan 1/ yang menghasilkan garis lurus dengan intercept 1/vmax dan
slope Km/vmax.
1/ 1/
0,20 1,08 5,0 0,93 Lineweaver Bulk Plot
0,02 0,55 50,0 1,82 12
y = 0.0207x + 0.7531
0,01 0,38 100,0 2,63 10
R = 0.9992
0,005 0,20 200,0 5,00
8
0,002 0,09 500,0 11,11
1/-rurea 6
Persamaan garis pada grafik di atas adalah
4
y = 0,0207x + 0,7531
1 2
= a = 0,7531, Maka nilai adalah 1,33

0
= b = 0,0207, maka didapat nilai 0 100 200 300 400 500 600
1/Curea
sebesar 0,027
SOAL NO 8

Bagaimana pengaruh suhu terhadap laju reaksi


enzimatik?
Soal No 8

Pada saat laju reaksi enzimatik meningkat suhu juga


meningkat namun hanya pada batasan tertentu.
Setelah melewati batasan tersebut aktivitas enzim
menurun karena adanya denaturasi enzim. Gambar
dibawah menunjukan grafik pengaruh suhu terhadap
persen aktivitas enzim maksimal. Bagian yang naik
pada gambar menunjukkan bagian pengaruh suhu
terhadap aktivasi enzim pada bagian ini berlaku
persamaan Arrhenius.
(1)
(2) Gambar 2. Grafik efek suhu terhadap aktivitas sebuah enzim.
Disini diasumsikan nilai dari Ea = 11 kkal/gmol dan Ed = 70
Dimana Ea adalah energi aktivasi (kkal/mol) dan [E] kkal/gmol. Bagian yang menurun pada grafik menujukan
pengaruh suhu pada suhu denaturasi dan perhitungan
adalah konsentrasi enzim yang aktif. Sebuah plot dibuat didasarkan pada asumsi reaksi terpapar suhu selama 10 menit.
Catatan plot grafik bergantung pada lama waktu dari reaksi
dari ln v vs 1/T yang menghasilkan slope - Ea/R. pada saat uji suhu.

Sumber: Shuler, 2002


Cont.

Bagian yang menurun pada grafik merupakan profil suhu inaktivasi atau suhu
denaturasi. Kinetika suhu denaturasi digambarkan sebagai berikut
(3)
(4)
Dimana [E0] adalah konsentrasi awal enzim dan kd adalah konstanta
denaturasi, kd juga divariasikan dengan melihat temperatur dengan
memasukkannya kedalam persamaan Arrhenius.
(5)
Dimana Ed energi deaktivasi pada reaksi enzimatik (kkal/mol). Sehingga.
(6)
Cont

Energi aktivasi dari reaksi enzimatik berada dalam rentang 4 sampai 20


kkal/gmol (biasanya sekitar 11 kkal/gmol). Variasi nilai energi deaktivasi Ed
diantara 40 dan 130 kkal/gmol ( biasanya sekitar 70 kkal/gmol). Hal ini
menunjukan bahwa denaturasi enzim terhadap suhu lebih cepat
dibandingkan aktivasi enzim. Pada saat kenaikan suhu ddari 30o ke 40o
menghasilkan 1,8 kali kenaikan aktivasi enzim, namun juga menghasilkan 41
kali kenaikan denaturasi enzim. Variasi pada temperatur juga dapat
memberikan pengaruh terhadap nilai Vm dan Km dari enzim.
SOAL NO 9
Bagaimana menghitung yield dari suatu kultur sel dan peran
pentingnya sebagai salah satu parameter kinetika reaksi?
Soal No 8

Yield adalah rasio massa atau mol produk yang dibentuk untuk massa atau mol
reaktan yang dikonsumsi.

Konsep dasar dalam reaksi yield adalah sebagai berikut


Ketika kita mengikutsertakan proses pertumbuhan sel pada
perhitungan maka akan menggunakan banyak enzim dan konversi kimia.
Meskipun kompleks, prinsip-prinsip yield dapat diterapkan untuk metabolisme
yang berkaitan dengan aliran substrat untuk pembentukan biomassa. Yield
terkespresikan dengan menggunakan koefisien yield atau faktor yield.

Koefisien yield memungkinkan kita untuk menghitung nutrisi yang dibutuhkan


dan karakteristik produksi dari suatu organisme sehingga kita dapat
memperkirakan biaya produksi yang dibutuhkan, salah satunya.
Definisi koefisien yield:

YFG = faktor yield


F = massa yang diproduksi
G = massa yang dikonsumsi
Pada kultur sel, nilai F dan G dihitung sebagai perbedaan antara nilai awal
dan nilai akhir. Nilai ini merepresentasikan sebagai nilai rata-rata seluruh
yield dari keseluruhan langkah. Perhitungan ini dapat menghasilkan
perbedaan nilai YFG.
Yield akan bervariasi pada setiap periode, oleh karena itu selain harus
menghitung nilai keseluruhan yield kita juga harus menghitung nilai yield
pada titik waktu tertentu. Perhitungan yield pada titik waktu tertentu
dinamakan instantaneous yield.
Yield berperan penting dalam kinetika reaksi karena dengan mengetahui nilai
yield yang ada, kita dapat mengetahui berapa banyak biomassa yang dihasilkan
dan daat mengetahui tingkat efisiensi dari suatu proses. Selain itu, kita dapat
mengetahui performa dari suatu unit proses.
SOAL NO 10

Dapatkah anda menjelaskan hubungan dasar kinetika pertumbuhan


sel dan bagaimana anda mengevaluasi pertumbuhan, serapan
substrat, dan laju produksi dalam kultivasi sel?
Kultivasi Sel

Sumber:
https://www.thermofisher.com.au/
ic%5CLaboratory-Plasticware-Glass
Culture-Vessels-Microplates%5CCe
Microplates.jpg

Kultivasi merupakan proses memperoleh bakteri di laboratorium dengan cara


menumbuhkan bakteri dalam biakan murni. Untuk emndukung berhasilnya
kultivasi, perlu dilakukan kombinasi nutrien serta lingkunagn fisik yang sesuai
Kondisi Fisik yang Memengaruhi

1. Suhu
Setiap spesies bakteri tumbuh pada suatu kisaran tertentu.
Atas dasar itu bakteri dikelompokkan menjadi:
Psikrofil
Bakteri yang tum,buh pada suhu 0-30 derajat celcius
Mesofil
Bakteri yang tumbuh pada suhu 24-40 derajat celcius
Termofil Sumber: http://4.bp.blogspot.com/-
Bakteri yang tumbuh pada suhu 50 derajat celcius atau aed6XJpNKqw/UiSTIHlOPfI/AAAAAAAAP9
4/r2A_8ia9ZgA/s1600/bakteri.jpg
lebih
Kondisi Fisik yang Memengaruhi
2. Atmosfer Gas
Gas-gas utama yang memngaruhi pertumbuhan bakteri ialah oksigen dan karbon dioksida.
Bakteri menunjukkan keragaman yang luas dalam hal respon terhadap oksigen bebas dan
atas dasar ini bakteri dikelompokkan menjadi 4 kelompok yaitu:
Aerobik
Organisme yang memerlukan oksigen
Anaerobik
Organisme yang tumbuh tanpa oksigen
Anaerobik fakultatif
Organisme yang dapat tumbuh dalam keadaan aerobik dan anaerobik
Mikroaerofilik
Tumbuh baik bila terdapat sedikit oksigen
Teknik Kultivasi Mikroba
1. Teknik Penyebaran

Merupakan teknik langsung dan mudah untuk


mendapat biakan murni.
Campuran dari beberapa spesies bakteri
disebartkan di permukaan medium agar
sehingga setiap sel akan tumbuh menjadi koloni
yang terpisah sempurna dan dapat dilihat
secara makroskopis berupa kumpulan mikroba
di atas medium padat. Sumber:
http://4.bp.blogspot.com/_cCU1vJAsuTc/T
Setiap koloni yang terbentuk merupakan biakan EuaJNiaPoI/AAAAAAAAAxw/PXhKh8rozRY/
murni. s320/plate+count.gif
Teknik Kultivasi Mikroba
1. Teknik Penyebaran

Sumber:
http://intranet.tdmu.edu.ua/data/kafedra
/internal/micbio/classes_stud/en/pharm/p
rov_pharm/ptn/Microbiology%20with%20
basis%20immunology/2/Lesson%203.%20
The%20main%20methods,%20principles%
20and%20steps%20of%20isolation%20of
%20bacteria%E2%80%99s%20pure%20cul
tures.files/image006.jpg
Teknik Kultivasi Mikroba
2. Teknik Goresan

Biakan murni juga dapat diperoleh dengan


teknik goresan (Streak-Plate Technique).
Inokulum digoreskan di atas medium dengan
memakai ose menurut pola tertentu yaitu
goresan T, goresan radian, goresan kuadran, dan
goresan sinambung.

Sumber:
http://4.bp.blogspot.com/_cCU1vJAsuTc/T
EuaJNiaPoI/AAAAAAAAAxw/PXhKh8rozRY/
s320/plate+count.gif
Teknik Kultivasi Mikroba
2. Teknik Goresan T

Sumber:
http://fg.cns.utexas.edu/fg/protocol%3A_plate_st
reaking_and_growth_files/droppedImage.jpg
Teknik Kultivasi Mikroba
2. Teknik Goresan (Kuadran)

Teknik ini sama dengan goresan T namun, hanya


saja lempengan dibagi menjadi 4 bagian

Sumber:
http://fg.cns.utexas.edu/fg/protocol%3A_plate_st
reaking_and_growth_files/droppedImage.jpg
Teknik Kultivasi Mikroba
2. Teknik Goresan (Radian)

Sumber:
http://images.slideplayer.info/12/3962951/slides/
slide_13.jpg
Teknik Kultivasi Mikroba
2. Teknik Goresan (Sinambung)

Sumber:
http://images.slideplayer.info/12/3962951/slides/
slide_13.jpg
Teknik Kultivasi Mikroba
3. Teknik Pour Plate

Teknik pour plate merupakan suatu teknik yang


menumbuhkan mikroorganisme di dalam
media agar dengan cara mencampurkan media
agar yang masih dengan stok kultur bakteri.

Sumber:
http://classes.midlandstech.edu/carterp/courses/
bio225/chap06/06-16_PlateMethods_1.jpg
Kinetika Pertumbuhan Sel
1. Batch Growth

Pada fase pertumbuhan sampai kematian, kecepatan pertumbuhan dapat


dirumuskan sebagai berikut

Dimana rx merupakan laju volumetrik produksi biomass (kg/m3s), adalah laju


pertumbuhan spesifik, dan x adalah konsentrasi sel hidup.
Pada sistem tertutup, pertumbuhan adalah satu-satunya faktor yang
memengaruhi konsentrasi dengan konstan maka bisa didapatkan persamaan
sebagai berikut (dengan sayarat x=x0 saat t=0)
Kinetika Pertumbuhan Sel
1. Batch Growth

Laju pertumbuhan sel sering diekspresikan dalam doubling time td


Kinetika Pertumbuhan Sel
3. Efek Konsentrasi Substrat

Pertumbuhan sering mengalami penurunan pada kultur batch


biasanya dipengaruhi oleh konsentrasi substrat.
Substrat pembatas merupakan substrat yang memberi pengaruh
besar terhadap laju pertumbuhannya
Berikut adalah persamaan Monod (sejenis dengan Michaelis
Menten)

Dimana s adalah konsentrasi substrat pembatas dan Ks adalah


konstanta substrat
Laju Serapan Substrat di Kultur Sel

Laju spesifik serapan substrat yang digunakan untuk emngatur


aktivitas disebut koefisien maintenance, ms.
Laju serapan substrat dapat dirumuskan sebagai berikut

Dimana rs adalah laju volumetrik konsumsi substrat dan qs adalah


laju spesifik serapan substrat
Laju Serapan Substrat
1. Tanpa Pembentukan Produk

Laju serapan subtrat tanpa pembentukan produk biasanya terjadi


karena semua substrat yang mausk ke dalam sel digunakan untuk
pertumbuhan dan pemeliharaan fungsi sel.
Laju aktivitas sel tanpa menghasilkan produk dirumuskan sebagai
berikut:
Laju Serapan Substrat
2. Dengan Pembentukan Produk

Laju serapan subtrat dengan pembentukan produk dibagi menjadi


2 yaitu ketika pembentukan produk digandakan secara langsung
terhadap energi metabolisme dan secara tidak langsung
Serapan subtrat saat kultur dengan sintesis produk secara tidak
langsung
Laju Produksi pada Kultivasi Sel

Laju pembentukan produk dapat dirumuskan sebagai berikut

Dimana rp adalah laju volumetrik pembentukan produk dan qp


adalah laju spesifik pembentukan produk
Laju Produksi pada Kultivasi Sel
1. Pembentukan produk berhubungan langsung
dengan energi metabolisme
Jika kasusnya seperti ini, maka laju produksinya akan
berhubungan dengan energy demand sel
Jika terdapat ATP yang digunakan dalam proses
pemeliharaaan/maintenance maka produk disintesis saat terjadi
proses pemeliharaan
Berikut adalah rumusannya

Sedangkan untuk persamaan qpnya


Laju Produksi pada Kultivasi Sel
2. Pembentukan produk tidak langsung berhubungan
la dengan energi metabolisme
Pada saat produk disintesis sebagaian pada proses metabolisme
untuk energi generasi dan bagian lain yang memerlukan energi
mengakibatkan hubungan antara pembentukkan produk dan
pertumbuhan menjadi kompleks.
Perlakukan umum untuk pembentukan produk yang tidak
langsung berhubungan dengan energi metabolisme diperlihatkan
oleh Roels dan Kossen.
Laju Produksi pada Kultivasi Sel
3. Pembentukan produk tidak lberhubungan dengan
energi metabolisme

Produksi yang tidak melibatkan energi metabolisme sangat sulit


untuk dikaitkan dengan pertumbuhan karena pertumbuhan dan
sintesis produk adalah sesuatu yang tidak terasosiasi.
Akan tetapi untuk beberapa kasus, laju pembentukan produk yang
tidak berhubungan dengan energi metabolisme dapat
didefinisikan sebagai = , dengan konstan.
Referensi

Aiba, Shuichi. & Humphrey, Arthur E. & Millis, Nancy F. (1973). Biochemical engineering. Tokyo [Japan]
: University of Tokyo Press

Chang, Raymond. Physical Chemistry for the Biosciences. Sansalito, CA: University Science, 2005. Page 363-371

Doran, Pauline M. 1995. Bioprocess Engineering Principles. USA: Elsevier Science & Technology Books.

Fogler, H.Scott. 2006. Elements of Chemical Reactions Engineering 4th Editon. New Jersey : Prentice Hall

Julianti, Elisa., 2013. Kinetika Pertumbuhan Mikroba [pdf] Terdapat pada


<http://elisajulianti.files.wordpress.com/2013/03/kinetika-pertumbuhan-mikroba.pdf> diakses pada 19 April
2016

Shuler, M. L., & Karg, F. (1992). Bioprocess engineering: Basic concepts. Englewood. Cliffs, N.J: Prentice Hall.

Anda mungkin juga menyukai