Anda di halaman 1dari 27

REFLEKSI KASUS

GANGGUAN CEMAS
MENYELURUH
RYAN MUHAMMAD
N 111 16 019
Nama : Ny. H IDENTITAS PASIEN
Umur : 37 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Komodo
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Status Perkawinan: Kawin
Warga Negara : Indonesia
Pendidikan : SD
Tanggal Pemeriksaan : 23 Januari 2017
Tempat Pemeriksaan : Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Undata
RIWAYAT PSIKIATRI

Keluhan Utama
Cemas
Riwayat Gangguan Sekarang
Pasien datang dengan keluhan nyeri dan kaku pada belakang leher, pasien juga
mengeluhkan adanya rasa nyeri di bagian telinga kiri. Rasa nyeri dan kaku dibelakang
leher ini diawali terutama ketika pasien merasa cemas, dan perasaan cemas ini
biasanya muncul setiap hari dan ketika merasa cemas selain keluhan nyeri atau kaku
dibelakang leher pasien juga akan merasakan pusing, sesak nafas serta nyeri dada
yang tembus ke belakang. Perasaan cemas ini akan semakin buruk ketika pasien
berada di keramaian, mendengar sura yang mengagetkan ataupun suara dari benda
yang jatuh. Keluhan cemas ini sendir sudah dirasakan kurang lebih satu tahun yang
lalu.
Keluhan rasa sakit pada telinga sebelah kiri mulai dirasakan satu hari sebelumnya,
sebelumnya 4 hari yang lalu telinganya terasa seperti berdengung, pasien
mengatakan bahwa dirinya sering membersihkan telingnya dengan cotton bud.
Pasien mengatakan saat merasa cemas pasien akan mengalami kesulitan untuk
tertidur, hingga dalam satu hari pasien biasanya hanya tidur kurang lebih selama tiga
jam, pasien juga tidak dapat tidur di siang hari. Menurut pasien semakin kurang waktu
tidur yang didapatkan oleh pasien maka semakin mudah pasien merasa cemas.
Sebelum mulai mengalami gangguan cemas ini, pasien mengatakan bahwa dirinya
jarang mengalami gangguan tidur, bahkan pasien mengatakan pola tidurnya normal
dan jarang merasakan kesulitan untuk tertidur.
Pasien mulai merasakan perasaan cemas dari satu tahun yang lalu, ketika pasien
mengalami sakit selama kurang lebih tiga bulan, saat itu pasien sempat dirawat
selama 5 hari di rumah sakit dengan penyakit gastritis. Setelah mengalami sakit itu,
pasien mengatakan mulai mengalami kecemasan, cemas yang dirasakan tidak jelas
penyebabnya, hanya saja pasien merasa takut dengan penyakitnya dan menurut
pasien bisa jadi itu menjadi salah satu penyebab dia mulai gampang merasa cemas.
HENDAYA/DISFUNGSI

Hendaya Sosial : (-)


Hendaya Pekerjaan : (+)
Hendaya Waktu senggang : (+)
Faktor Stressor Psikososial
Suami dan anak pasien serig bertengkar, anak kedua pasien
meninggal di usia 1,5 tahun akibat bronkhitis
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah dirawat di RSUD Undata dengan keluhan nyeri
perut dan didiagnosis sebagai Gastritis.
Riwayat Penggunaan Zat
Tidak ada
Riwayat Gangguan Psikiatrik
Tidak ada.
RIWAYAT KEHIDUPAN SEBELUMNYA

Riwayat Prenatal dan Perinatal


Tidak ada masalah pada masa ini. Pasien dilahirkan pada usia
normal dengan persalinan normal yang dibantu oleh bidan. Pasien
lahir tanpa penyulit apapun dalam persalinan.
Riwayat Masa Kanak-kanak Awal (1-3 Tahun)
Tidak terdapat persoalan-persoalan makan diusia ini.
Pertumbuhan dan perkembangan sesuai umur dan tidak terdapat
gejala-gejala problem perilaku. Tidak ada riwayat kejang, trauma
atau infeksi pada masa ini. Pasien mendapatkan kasih sayang dari
orang tua dan saudara-saudaranya.
Riwayat Masa Kanak-kanak Pertengahan (4-11 Tahun)
Pertumbuhan dan perkembangan baik, sesuai dengan anak
seusianya. Pasien tumbuh sebagai anak yang mudah bergaul
dan memiliki banyak teman
Riwayat Masa Kanak-kanak Akhir/Pubertas/Remaja
(12-18 Tahun)
Pasien tumbuh menjadi anak yang dewasa, pendidikan pasien
terhenti hanya sampai SD dan tidak lagi melanjutkn
pendidikan atas alasan biaya
RIWAYAT KEHIDUPAN KELUARGA
Pasien telah menikah dan sempat di karuniai tiga orang anak, namun anak keduanya
meninggal ketika usianya satu setengah tahun akibta menderita sakit bronkhitis. Saat ini
anak sulung pasien berusia 22 tahun sedangkan anak bungsunya berusia 5 tahun. Pasien
mengatakan sedikit memiliki konflik di dalam keluarganya, dimana anak sulungnya sering
bertengkar dengan suaminya, jika terjadi perselisihan antara anak sulung dengan suaminya
maka pasien akan mulai merasa cemas, dan didalam konflik itu pasien hanya bisa berusaha
melerai agar tidak terjadi perkelahian antara suami dengan anaknya. Pasien mengatakan
merasa sedih dan bingung harus membela siapa jika suami dan anaknya berselisih paham.
Pasien juga mengatakan pernah dibuat sangat kecewa oleh anak sulungnya ketika anak
sulungnya memiliki masalah hukum dengan kepolisian akibat berurusan dengan obat-
obatan terlarang.
Saat ini pasien dan suaminya mencari penghasilan dengan membuka kafe dikawasan talise
dimana anak sulungnya juga biasa bekerja membantu pasien di kafe tersebut, namun jika
sedang merasa cemas, maka pasien akan mengalami gangguan dalam bekerja, dalam hal
ini pasien mengatakan tidak mampu bahkan untuk sekedar mengangkat benda
karenapaien akan mudah seklai merasa lelah dan tangannya akan gemetar serta pasien
juga biasanya akna mengalami sesak dan nyeri dada. Pasien memiliki keahlian dalam
membuat kue dan sudah biasa menerima pesanan pembuatan kue oleh pelanggan-
pelanggannya.
EMOSI YANG TERLIBAT

Kasus ini menarik untuk dibahas karena merupakan kasus yang


sebagian besar dapat ditemukan pada pasien yang berobat ke
poliklinik Jiwa, dimana gejala awal pasien mulai muncul setelah
dirawat akibat penyakit medis, setelahnya pasien baru mulai
merasakan keluhan cemas yang diikuti dengan keluhan medis
lainnya. Sehingga menarik untuk dibahas dan ditelusuri lebih
dalam bahwa keadaan yang saat ini dialami oleh pasien
(termasuk penderitaan, hendaya dan gejala-gejala klinis yang
muncul) merupakan hal yang semata-mata muncul akibat
kondisi kejiwaan sang pasien itu sendiri.
EVALUASI

Pengalaman baik : Pasien sangat kooperatif, tidak


tertutup, berterus terang dan tidak menghambat proses
anamnesis.
Pengalaman buruk : Tidak ada.
ANALISIS
Berdasarkan tanda dan gejala psikiatrik yang ditemukan pada pasien, keadaan yang ditunjukkan pada
pasien dapat mengarah kepada Gangguan Depresif Mayor, dimana kriteria diagnostic gangguan ini
menurut kriteria diagnostic DSM-IV-TR untuk gangguan cemas menyeluruh menurut buku ajar psikiatri
klinis Kaplan shaddock edisi 2 yaitu :
Ansietas dan kekhawatiran berlebihan (perkiraan yang menakutkan) terjadi hampir setiap hari selama
setidaknya 6 bulan, mengenai sejumlah kejadian atau aktivitass (seperti bekerja atau bersekolah).
Orang tersebut merasa sulit mengendalikan kekhawatirannya.
Cemas dan kekhawatiran dikaitkan dengan tiga atau lebih dari keenam gejala berikut (dengan
beberapa gejala setidaknya muncul hampir setiap hari selama 6 bulan).
Perhatikan : hanya 1 gejala yang diperlukan pada anak-anak.
Gelisah atau merasa terperangkap atau terpojok
Mudah merasa lelah
Sulit berkonsetrasi atau pikiran menjadi kosong
Mudah marah
Otot tegang
Gangguan tidur (sulit tidur atau tetap tidur atau tidur yang gelisah dan tidak puas).
Focus dari cemas dan kekhawatiran tidak terbatas hanya pada gambaran gangguan aksis 1
misalnya anxietas atau cemas bukan karena mengalami gangguan panic (seperti pada gangguan
panic) merasa malu dikeramaian(seperti pada fobia social) merasa kotor (seperti pada gangguan
obsesi kompulsif) jauh dari rumah atau kerabat dekat (seperti pada gangguan anxietas
perpisahan) bertambah berat badan (seperti pada anoreksia nervosa) mengalami keluhan fisik
berganda (seperti pada gangguan somatisasi) atau mengalami penyakit serius (seperti pada
hipokondriasis) juga cemas dan kekhawatiran tidak hanya terjadi selama gangguan stress pasca
trauma.
Cemas, kekhawatiran atau gejala fisis menyebabkan distress yang secara klinis bermakna atau
hendaya social, pekerjaan, waktu senggang atau area fungsi lainnya.
Gangguan tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya penyalahgunaan
obat ) atau keadaan medis umumnya (misalnya hipertiroidisme) dan tidak terjadi hanya selama
gangguan mood,gangguan psikotik, atau gangguan perkembangan pervasive.
Adapun berikut adalah pedoman diagnostic pada Gangguan Cemas Menyeluruh
berdasarkan PPDGJ-III :
Penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung
hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak
terbatas atau yang hanya menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja
(sifatnya free floating atau mengambang)
Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur unsur berikut
Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk, sulit konsentrasi, dsb)
Ketegangan motoric (gelisah, sakit kepala, gemetar, tidak dapat santai)
Overaktivitas otonomic (kepala terasa ringan berkeringan,jantung berdebar,sesak nafas, keluhan
lambung, pusing kepala, mulut kering, dsb)

Pada anak anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk ditenangkan
serta keluhan keluhan somatic, somatic berulang yang menonjol.
Adanya gejala gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beebrapa hari)
khususnya depresi, tidak membatalkan diagnose utama gangguan anxietas
menyeluruh, selama hal tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari episode
depresi.(F32). Gangguan cemas fobik (F40) gangguan panic (F41) atau
Berdasarkan penjabaran diatas, pada pasien telah memenuhi kriteria
diagnostic untuk Gangguan Cemas Meneyluruh menurut DSM-IV,
dimana poin A telah terpenuhi karena rasa cemas pasien hampir
terjadi setiap hari dan sudah terjadi lebih dari 6 bulan, dan mengenai
aktivitasnya yaitu saat bekerja. Poin B dan C juga telah terpenuhi
dimana pasien mengalami tiga gejala yaitu poi 2, 5, dan 6. Pasien juga
mendapatkan hendaya pekerjaan akibat dari gangguan cemas yang
dialaminya sehingga memenuhi kriteria E. Dan pasien tidak memiliki
riwayat penyalahgunaan zat ataupun mengalami gangguan mood,
psikotik, dan gangguan perkembangan sehingga memenuhi kriteria F.
Adapun differential diagnosis yang mendekati dengan tanda dan
gejala yang dialami oleh pasien adalah Gangguan Cemas Akibat
kondisi Medis Umum
kriteria diagnosisnya menurut DM-IV adalah:
A. Ansietas, serangan panik, atau obsesi maupun kompulsi menonjol dan
mendominasi.
B. Terdapat bukti dari anamnesis, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium
bahwa gangguan ini merupakan akibat fisiologis langsung dari suatu keadaan
medis umum
C. Gangguan ini tidak lebih mungkin disebabkan oleh gangguan jiwa lain
D. Gangguan ini tidak hanya terjadi saat delirium.
E. Gangguan ini menimbulkan penderitaan secara klinis bermakna atau hendaya
dalam area fungsi sosial, pekerjaaan atau fingsi penting lain.
Dari poin-poin kriteria diagnostic diatas, poin B tidak terpenuhi dimana tidak ada
bukti bahwa keadaan medis umum yang sempat dialami pasien memiliki efek
fisiologis langsung terhadap gangguan cemas yang dirasakn oleh pasien.
Pasien memiliki stressor psikososial yang dapat mendorong terjadinya gangguan
cemas yang saat ini pasien derita, dimulai dengan meninggalnya anak kedua dari
pasien, anaknya meninggal saat berusia 1,5 tahun. Saat anaknya meninggal,
pasien merasakan duka yang mendalam, namun penerimaan pasien cukup baik
sehingga pasien tidak mengalami kesedihan yang berlarut-larut kala itu.
Kemudian pasien juga memiliki stressor psikososial yang datang dari perselisihan
antara suami dengan anak sulungnya. Suami dan anak sulung pasien ini sering
berselisih paham dan beberapa kali menimbulkan perdebatan yang hebat
diantara keduanya, menurut pengakuan pasien, saat terjadi perselisihan antara
keduanya, pasien selalu berusaha menjadi penengah dengan melerai perselisihan
tersebut, pasien mengaku bingung dan sedih jika anak dan suaminya bertengkar,
pasien bingung karena pasien bingung harus bersikap seperti apa karena di satu
sisi, pasien mencintai suaminya, disisi yang lain pasien juga mneyayangi anaknya.
Faktor organobiologik yang berperan pada gangguan ini adalah
neurotransmitter.Ada tiga neurotransmitter utama yang berperan pada
gangguan ini yaitu, norepinefrin, serotonin, dan gamma amino butiric acid
atau GABA. Namun neurotransmitter yang memegang peranan utama pada
gangguan cemas adalah serotonin, sedangkan norepinefrin terutama
berperan pada gangguan panik.
Dugaan akan peranan norepinefrin pada gangguan cemas didasarkan
percobaan pada hewan primata yang menunjukkan respon kecemasan pada
perangsangan locus sereleus yang ditunjukan pada pemberian obat-obatan
yang meningkatkan kadar norepinefrin dapat menimbulkan tanda-tanda
kecemasan, sedangkan obat-obatan menurunkan kadar norepinefrin akan
menyebabkan depresi.
Pada kondisi cemas, akan ada peningkatan norepinferin di Locus Cereolus
dan di Pons. Memberikan respons atas perasaan nyeri dan situasi yang
berbahaya. Pada penderita gannguan cemas menyeluruh diyakini terdapat
peranan GABA didalamnya. Peranan GABA pada gangguan kecemasan
didukung paling kuat oleh manfaat Benzodiazepin yang meningkatkan
aktivitas GABA reseptor GABAA didalam pengobatan beberapa jenis
gangguan kecemasan. Data tersebut menyebabkan beberapa peneliti
menghipotesiskan bahwa beberapa pasien dengan gangguan kecemasan
memiliki reseptor GABA yang abnormal.
Pada pasien ini, diyakini terdapat gangguan pada sistem neurotrasmiter
terutama peningkatan serotonin, hal ini terlihat dari gejala klinis yang
dialami pasien seperti jantung berdegup cepat, keringat, serta tremor atau
gemetar.
PTSD
Kriteria diagnostik untuk gangguan stress pascatraumatik (Tabel dari DSM IV) diagnostik dan stastitical manual of mental
dsorder ed 4 : Orang yang telah terpapar dengan suatu kejadian traumatik dimana terdapat kedua dari berikut ini, orang
mengalami, menyaksikan, atau dihadapkan dengan sesuatu kejadian yang berupa ancaman kematian atau kematian yang
sesungguhnya atau cedera yang serius atau ancaman kepada integritas fisik diri sendiri atau orang lain, respon berupa
rasa takut yang kuat, rasa tidak berdaya atau horor.4
Berdasarkan DSM IV, ada beberapa jenis kejadian yang potensial mungkin akan meningkatkan gaangguan stress pasca
trauma, yaitu:5
Kekerasan personaal (kekerasan seksual, penyerangan fisik dan perampokan)
Penculikan
Penyanderaan
Serangan militer
Serangan teroris
Penyiksaan
Ditahan dalam penjara sebagai tahanan politik atau tahanan perang
Bencana alam baik yang alamiah maupun yang dibuat oleh manusia
Kecelakaan mobil yang berat
Didiagnosis mengalami penyakit berat yang mengancam kehidupan
PTSD

AntidepressanSSRI (Fluoxetin 10-60mg/hari;)Sertralin 50-200mg/hari)

Trisiklik (Amitriptilin 50-300mg/hari)

Psikolfarmaka
EVALUASI MULTIAKSIAL
AXIS I
Dari autoanamnesis didapatkan gejala klinis yang bermakna yaitu perasaan cemas,
gelisah, jantung berdebar, susah tidur dan merasa tertekan yang menimbulkan
penderitaan (distress) dan disability bagi pasien sehingga dapat disimpulkan sebagai
gangguan jiwa.
Pada pemeriksaan status mental tidak ditemukan adanya hendaya berat dalam
menilai realita berupa halusinasi visual maupun auditorik sehingga dapat
disimpulkan bahwa pasien masuk dalam criteria Gangguan jiwa non psikotik.
Pada pemeriksaan status internus dan neurologis tidak ditemukan kelainan yang
mengindikasikan gangguan medis umum yang menimbulkan gangguan otak,
sehingga penyebab organik dapat disingkirkan dan pasien ini didiagnosis sebagai
gangguan Non-organik.
Pada pasien ini ditemukan adanya perasaan cemas dan sedih yang dialami mulai
sejak 1 tahun yang lalu, yang diikuti dengan adanya gejala-gejala seperti jantung
berdebar-debar, nyeri kepala dan nyeri dada yang biasanya dipicu dan bertambah
parah apabila sedang menghadapi factor stressor. Maka berdasarkan PPDGJ-III kasus
ini dapat digolongkan dalam Gangguan Cemas Menyeluruh (F41.1).
AXIS II : tidak ada diagnosis axis II

AXIS III : Gastritis


AXIS IV : Masalah pada Primary Support Group
(keluarga)
AXIS V : GAF Scale 70 61 gejala ringan dan dapat
diatasi, sedikit disabilitas pada fungsi social, pekerjaan,
dll.
RENCANA TERAPI

Perencanaan Terapi Farmakologis


Berdasarkan keluhan dan gejala yang ditunjukkan oleh
pasien, maka pengobatan farmakologis yang sesuai adalah
Maprotiline (Sandepril) 50 mg 2 X 1. Hal ini karena pada pada
pasien ditemukan adanya riwayat gejala depresi. Meskipun
berdasarkan step ladder pengobatan harus didahulukan
menggunakan SSRI, namun ditemukan keluhan pasien yang
mengeluh sulit tidur sehingga diberikan obat dari golongan
Trisiklik yang memiliki efek sedative.
Perencanaan Psikoterapi
Terapi kognitif-perilaku
Pendekatan kognitif mengajak pasien secara langsung mengenali distorsi kognitif
dan pendekatan perilaku, mengenali gejala somatic secara langsung. Teknik
pendekatan yang digunakan pada pendekatan behavioural adalah relaksasi dan
biofeedback.
Terapi suportif
Pasien diberikan reassurance dan kenyamanan, digali potensi-potensi yang ada
dan belum tampak, didukung egonya, agar lebih bias beradaptasi optimal dalam
fungsi social dan pekerjaannya.
Psikoterapi berorientasi tilikan
Terapi ini mengajak pasien untuk mencapai penyingkapan konflik bawah sadar,
menilik egostrenght, relasi obyek, serta keutuhan self pasien. Dari pemahaman
akan komponen-komponen tersebit kita sebagai terapis dapat memperkirakan
sejauh mana pasien dapat diubah untuk menjadi lebih matur; bila tidak tercapai,
minimal kita memfasilitasi pasien agar pasien dapat beradaptasi dalam fungsi
social dan pekerjaannya.
KESIMPULAN

Berdasarkan kasus diatas dapat disimpulkan bahwa


pasien mengalami gangguan Cemas menyeluruh yang
sesuai dengan kriteria diagnosis dari PPDGJ-III dan
kriteria diagnosis dari DSM-IV.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai