Anda di halaman 1dari 73

PENGAWASAN DAN

PERIJINAN PENGELOLAAN
LIMBAH B3 FASYANKES

RAKONTEK LIMBAH MEDIS DAN NON MEDIS BAGI PETUGAS KABUPATEN/KOTA


Banda Aceh, 22 Agustus 2017
2
3
Penilaian Ketaatan Dalam Pengelolaan
Lingkungan Hidup
ASPEK KETAATAN YANG DINILAI

Pengendalian Pengendalian
IJIN Pengelolaan PERTAM
Pencemaran Pencemaran
LINGKUNGAN LIMBAH B3 BANGAN
AIR UDARA

PEMENUHAN BAKU PEMENUHAN IZIN PENYIMPANAN LB3


MUTU BAKU MUTU IZIN PENGELOLAAN LB3
IZIN PEMBUANGAN PELAPORAN KETAATAN PERPINDAHAN LB3
AIR LIMBAH PELAPORAN
PELAPORAN
(sumber:PROPER)
Peraturan terkait Pengawasan Kegiatan
Pengelolaan Limbah B3
KETENTUAN PENGAWAS SUBYEK PENGAWASAN
UU 32/2009 ttg Perlindungan & Pengelolaan LH Kepdal 01/BAPEDAL/09/1995 ttg Tata Cara & Persyaratan Teknis
Penyimpanan & Pengumpulan LB3;
PP 101/2014 ttg Pengelolaan Limbah B3 Kepdal 02/BAPEDAL/09/1995 ttg Dokumen LB3;
PP 27/2012 ttg Izin Lingkungan Kepdal 03/BAPEDAL/09/1995 ttg Persyaratan Teknis Pengolahan
Limbah B3;
Kepmen LH 56/2002 ttg Pedoman umum Pengawasan Penaatan LH
bagi Pejabat Pengawas; Permen LHK No. 63 Tahun 2016 Tentang Persyaratan Dan Tata Cara
Penimbunan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun di Fasilitas
Penimbusan Akhir
Kepmen LH 57/2002 ttg Tata kerja Pejabat Pengawas Lingkungan
Hidup di Kementerian Lingkungan Hidup; Permen LH No. 14/2013 tentang Simbol dan Label;
Kepmen LH 58/2002 ttg Tata kerja Pejabat Pengawas Lingkungan Kepdal 255/BAPEDAL/08/1996 ttg Tata cara & persyaratan
penyimpanan & pengumpulan minyak pelumas bekas.
Hidup di Provinsi/Kab/Kota;
Kepmen LH No. 128/2003 ttg Tata Cara dan Persyaratan Teknis
Kepmen LH 07/2001 ttg Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Limbah Minyak Bumi Secara Biologis
Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah; Keppres 61/1993 ttg Pengesahan Basel convention on the control of
PP 38/2007 ttg Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, transboundary Movement of Hazardous Waste and Their Disposal
Pemda Prov & Pemda Kab/Kota; Permen LH No 05/2009 ttg Pengelolaan Limbah di Pelabuhan;
Permen LH 30/2009 ttg Tata Laksana Perizinan & Pengawasan Permen LH No 33/2009 tentang Tata Laksana Pemulihan Lahan
Pengelolaan LB3 serta Pengawasan Pemulihan akibat Pencemaran terkontaminasi LB3
LB3 oleh Pemda Permen LH No. 02/2008 ttg Pemanfaatan Limbah B3;
PermenLH No. 18/2009 ttg Tata Cara Perizinan PLB3; Permen LH No 05/2012 ttg Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib
AMDAL 5
Ketentuan Izin dalam Kegiatan Pengelolaan
Limbah B3
Pasal 59 Ayat 1 s/d 6 UU 32/2009
1) Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 wajib melakukan pengelolaan
limbah B3 yang dihasilkan.
2) Dalam hal B3 yang telah kadaluarsa, pengelolaannya mengikuti ketentuan
pengelolaan limbah B3.
3) Dalam hal setiap orang tidak mampu melakukan sendiri pengelolaan limbah
B3, pengelolaannya diserahkan kepada pihak lain.
4) Pengelolaan limbah B3 wajib mendapat izin dari Menteri, Gubernur, atau
Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya.
5) Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota wajib mencantumkan persyaratan
lingkungan hidup yang harus dipenuhi dan kewajiban yang harus dipatuhi
pengelola limbah B3 dalam izin.
6) Keputusan pemberian izin wajib diumumkan

6
1. PENGURANGAN & PEMILAHAN
Menghindari penggunaan material yang mengandung
bahan berbahaya dan beracun apabila terdapat pilihan
yang lain;
Melakukan tata kelola yang baik (good house keeping)
setiap bahan atau material yang berpotensi
menimbulkan gangguan kesehatan dan/atau
pencemaran terhadap lingkungan;
Melakukan pemisahan aliran limbah (waste stream)
menurut jenis, kelompok, dan/atau karakteristik limbah;
Melakukan tata kelola yang baik pengadaan bahan kimia
dan bahan farmasi untuk menghindari terjadinya
penumpukan dan kedaluwarsa; dan
Melakukan pencegahan dan perawatan berkala terhadap
peralatan.
7
CONTOH MINIMISASI

TERMOMETER TERMOMETER DIGITAL


MERKURI

SPYGNOMETER SPYGNOMETER DIGITAL


MERKURI 8
CONTOH MINIMISASI

9
limbah padat yang dihasilkan
NON- dari kegiatan di rumah sakit di
luar medis yang berasal dari
LIMBAH PADAT MEDIS dapur, perkantoran, taman, dan
RUMAH halaman yang dapat
dimanfaatkan kembali
SAKIT
SEGREGASI LIMBAH apabila ada teknologinya

CAIR limbah infeksius,


GAS MEDIS imbah patologi,
limbah benda tajam,
Limbah farmasi,
limbah sitotoksis,
semua air buangan termasuk
limbah kimiawi,
semua limbah yang
berbentuk gas yang berasal tinja yang berasal dari kegiatan limbah radioaktif,
dari kegiatan pembakaran rumah sakit yang kemungkinan limbah kontainer
di rumah sakit seperti mengandung mikroorganisme, bertekanan, dan
insinerator, dapur, bahan kimia beracun dan limbah dengan
perlengkapan generator, radioaktif yang berbahaya bagi kandungan logam Sumber:
anastesi, dan pembuatan kesehatan berat yang tinggi. PERMENKES
obat citotoksik 1204/2004

10
LIMBAH B3 DARI RS DAN FASYANKES Tabel 3, Lamp I,
PP 101/2014

11
2. PENYIMPANAN LIMBAH B3
Tempat
Dilakukan dengan cara antara lain: Penyimpanan
a. menyimpan Limbah B3 di fasilitas limbah
Penyimpanan Limbah B3; Infeksius
b. menggunakan wadah Limbah B3
sesuai kelompok Limbah B3;
c. penggunaan warna pada setiap
kemasan dan/atau wadah Limbah
sesuai karakteristik Limbah B3; dan
d. pemberian simbol dan label Limbah
B3 pada setiap kemasan dan/atau
wadah Limbah B3 sesuai
karakteristik Limbah B3.

Sumber: [Pasal 7 ayat (1), PERMEN Tempat


LHK P.56/Menlhk-Sekjen/2015] Penyimpanan
limbah selain
Infeksius
12
2.A. PERSYARATAN LOKASI DAN FASILITAS
PENYIMPANAN
PERSYARATAN LOKASI PERSYARATAN FASILITAS
lantai kedap berdrainase serta mudah dibersihkan dan dilakukan
Persyaratan lokasi Penyimpanan disinfeksi.
Limbah B3 meliputi: tersedia sumber air untuk pembersihan.
merupakan daerah bebas banjir mudah diakses oleh yang berhak
memudahkan muat-bongkar untuk pengangkutan;
dan tidak rawan bencana alam,
terlindungi dari sinar matahari, hujan, angin kencang, banjir, dan
atau yang direkayasa; dan faktor lain yang berpotensi menimbulkan kecelakaan atau
bencana kerja.
jarak antara lokasi Pengelolaan tidak dapat diakses oleh hewan, serangga, dan burung.
Limbah B3 dengan lokasi fasilitas ventilasi dan pencahayaan yang baik dan memadai.
umum diatur dalam Izin jauh dari tempat penyimpanan atau penyiapan makanan.
Lingkungan. peralatan pembersihan, pakaian pelindung, dan wadah atau
kantong limbah harus diletakkan sedekat mungkin dengan lokasi
fasilitas penyimpanan.
dinding, lantai, dan langit-langit fasilitas penyimpanan
senantiasa dalam keadaan bersih, termasuk pembersihan lantai
setiap hari.
2.B PERSYARATAN KHUSUS FASYANKES

Penyimpanan dalam Bangunan Batas Waktu Penyimpanan


penyimpanan Limbah B3 dapat Limbah infeksius, benda tajam,
dilakukan pada fasilitas atau ruangan dan/atau patologis tidak boleh
khusus yang berada di dalam
bangunan, apabila: disimpan lebih dari 2 (dua) hari;
1. kondisi tidak memungkinkan; Apabila disimpan lebih dari 2
2. akumulasi volume limbah yang (dua) hari, harus dilakukan
dihasilkan relatif kecil; dan desinfeksi kimiawi atau disimpan
3. limbah dilakukan pengolahan pada suhu rendah minimal 0O
lebih lanjut dalam waktu kurang celcius;
dari 48 sejak Limbah dihasilkan.
14
2.C Pengemasan Limbah B3 Fasyankes

15
2.D PEWADAHAN LIMBAH B3 FASYANKES

WADAH DILENGKAPI DENGAN


PENUTUP
TERBUAT DARI BAHAN ANTI
TUSUKAN (PLASTIK PEJAL, LOGAM)
DAN ANTI BOCOR
DILENGKAPI DENGAN KANTONG
DAN SIMBOL SESUAI
KARAKTERISTIK LIMBAH

16
CONTOH WADAH LIMBAH BENDA
TAJAM

17
CONTOH PENANGANAN LIMBAH MEDIS YANG BENAR

1. Hanya limbah infeksius 2. Limbah harus ditempatkan dalam wadah


yang boleh dimasukkan ke sesuai dengan jenis dan karakteristik limbah
dalam wadah ini limbah (lihat KEPMENKES 1204/2004). Tarik plastik
terkena darah atau cairan
tubuh limbah benda tajam
secara perlahan sehingga udara dalam
ditempatkan pada wadah kantong minimum. Jangan mendorong
limbah benda tajam kantong ke bawah atau melobanginya untuk
mengeluarkan udara.
18
CONTOH PENANGANAN LIMBAH MEDIS YANG BENAR

3. Putar ujung atas plastik 4. Gunakan kepang 5. Letakkan penutup wadah


untuk membentuk kepang plastik untuk membentuk dan tempat pada tempat
tunggal. ikatan tunggal. penyimpanan sementara
(atau pada lokasi
Dilarang mengikat
pengumpulan internal).
dengan model telinga
kelinci.
19
PENGIKATAN KANTONG LIMBAH YANG SALAH

Beberapa contoh pengikatan kantong limbah yang TIDAK BENAR:


1.Kantong limbah tidak boleh dibiarkan terbuka;
2.Kantong limbah tidak boleh diikat model kuping anjing;
3.Kantong limbah tidak boleh diikat dengan selotipe atau sejenis.

20
KAIDAH PENGISIAN LIMBAH DALAM WADAH ATAU
KANTONG

ISI LIMBAH MAKSIMUM ISI LIMBAH DILARANG


KAPASITAS DITEKAN
21
PENGHASIL LIMBAH PADAT INFEKSIUS
Limbah padat infeksius dibuang
ke dalam plastik berwarna
kuning.

Jarum suntik dibuang ke


dalam tempat khusus jarum
suntik [tidak mudah bocor,
kuat dan kedap air].
22
PENGUMPULAN LIMBAH PADAT INFEKSIUS

Pengumpulan limbah
padat infeksius
dilakukan oleh
petugas khusus
dengan jadwal
pengambilan limbah
medis pada pagi dan
siang hari, melalui
jalur khusus untuk
pengangkutan limbah
padat infeksius
23
PEMILAHAN DAN
PENIMBANGAN
Setelah dilakukan
pengambilan limbah medis
kemudian dilakukan
pemilahan limbah medis
infeksius

Pemilahan telah dilakukan, kemudian


dilakukan penimbangan dan
pencatatan pada formulir pencatatan
limbah padat infeksius 24
SIMBOL LIMBAH B3
[PERMEN LH 14/2013]
B. PEWADAHAN DAN PENANDAAN

TANDA ARAH
PENUTUP

LABEL

SIMBOL

25
MASA PENYIMPANAN LIMBAH B3
Untuk limbah dengan karakteristik Untuk limbah bahan kimia kedaluwarsa,
infeksius; benda tajam; dan patologis; tumpahan, atau sisa kemasan; radioaktif;
disimpan di tempat Penyimpanan farmasi; sitotoksik; peralatan medis yang
memiliki kandungan logam berat tinggi; dan
Limbah B3 sebelum dilakukan tabung gas atau kontainer bertekanan
disimpan di tempat Penyimpanan Limbah B3
Pengangkutan Limbah B3, Pengolahan sebelum dilakukan Pengangkutan Limbah
Limbah B3, dan/atau Penimbunan B3, Pengolahan Limbah B3, dan/atau
Penimbunan Limbah B3 paling lama:
Limbah B3 paling lama:
1. 90 (sembilan puluh) hari, untuk Limbah B3
1. 2 (dua) hari, pada temperatur lebih besar yang dihasilkan sebesar 50 kg (lima puluh
kilogram) per hari atau lebih; atau
dari 0oC (nol derajat celsius); atau 2. 180 (seratus delapan puluh) hari, untuk
2. 90 (sembilan puluh) hari, pada temperatur Limbah B3 yang dihasilkan kurang dari 50 kg
(lima puluh kilogram) per hari untuk Limbah
sama dengan atau lebih kecil dari 0oC (nol B3 kategori 1, sejak Limbah B3 dihasilkan.
derajat celsius), sejak Limbah B3
dihasilkan. [Pasal 8 ayat (2) huruf b,

Pasal 8 ayat (2) huruf a


26
JIKA LIMBAH B3 (INFEKSIUS) MELEBIHI MASA
PENYIMPANAN...
Dalam hal Penghasil Limbah B3 tidak melakukan Penyimpanan
Limbah B3, Limbah B3 yang dihasilkan wajib diserahkan paling lama
2 (dua) hari sejak Limbah B3 dihasilkan kepada pemegang Izin
Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Penyimpanan Limbah B3
yang tempat penyimpanan Limbah B3nya digunakan sebagai depo
pemindahan.
[Pasal 9, PERMEN LHK P.56/Menlhk-Sekjen/2015]

27
KEWAJIBAN PENANGGUNG JAWAB DEPO
PEMINDAHAN (TRANSFER DEPO)
Memiliki:
a. fasilitas pendingin yang memiliki temperatur sama dengan atau lebih kecil
dari 0oC (nol derajat celsius), apabila Limbah B3 disimpan lebih dari 2 (dua)
hari sejak Limbah B3 dihasilkan;
b. fasilitas Pengolahan Limbah B3 yang memiliki Izin Pengelolaan Limbah B3
untuk kegiatan Pengolahan Limbah B3; dan/atau
c. kerjasama dengan Pengolah Limbah B3 yang memiliki Izin Pengelolaan
Limbah B3 untuk kegiatan Pengolahan Limbah B3, untuk Limbah B3 dengan
karakteristik infeksius; benda tajam; dan patologis.
Ketentuan mengenai penggunaan tempat Penyimpanan Limbah B3
sebagai depo pemindahan di atas harus dicantumkan dalam Izin
Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Penyimpanan Limbah B3.

Sumber: [Pasal 10, PERMEN LHK P.56/Menlhk-Sekjen/2015] 28


3. Pengangkutan Limbah B3 FASYANKES
Dilakukan oleh: Perpindahan
a. Penghasil Limbah B3 terhadap Limbah B3
Limbah B3 yang dihasilkannya Fasyankes
dari lokasi Penghasil Limbah
B3 ke:
1. tempat Penyimpanan Limbah B3
Internal
yang digunakan sebagai depo Eksternal
pemindahan; atau Fasyankes
2. Pengolah Limbah B3 yang
memiliki izin Pengelolaan Limbah
B3 untuk kegiatan Pengolahan
Limbah B3; atau
Menuju Depo
b. Pengangkut Limbah B3 yang Dalam Fasyankes atau Pengolah
memiliki Izin Pengelolaan kluster
Limbah B3 untuk Kegiatan
Pengangkutan Limbah B3, jika Apabila terjdi
Pengangkutan Limbah B3 kecelakaan, hubungi
dilakukan di luar wilayah kerja Telp. (021) 85906527
fasilitas pelayanan kesehatan.

29
PERPINDAHAN LIMBAH [INFEKSIUS] FASYANKES
Alat angkut ini khusus oleh penghasil limbah B3
(bukan jasa) untuk mengangkut dari lokasi
penghasil ke:
1. Transfer depo, atau
2. Fasyankes yang dapat mengolah limbah B3
dalam wilayah provinsi.
Persyaratan teknis:
1. Boks bersifat permanen;
2. Tinggi boks maksimum 900 mm (terhitung dari
sadel pengemudi);
3. Lebar boks maksimum 1000 mm.
Persyaratan administrasi:
- Memiliki sertifikat uji berkala.
30
CONTOH FASILITAS PENYIMPANAN LIMBAH DAN
TEMPAT PEMINDAHAN LIMBAH KE ALAT
PENGANGKUTAN (EKSITU)

31
CONTOH ALAT ANGKUT UNTUK
PENGUMPULAN LIMBAH MEDIS

32
CONTOH TATA LETAK RUTE SISTEM PENGUMPULAN LIMBAH DARI
KEGIATAN RUMAH SAKIT DAN/ATAU FASILITAS PELAYANAN
KESEHATAN

33
Dokumen Limbah B3
Bagian Pertama: diisi oleh
pengirim/penghasil LB3:
pengumpul, pemanfaat,
pengelola

Bagian Kedua: diisi oleh


pengangkut LB3

Bagian Ketiga: diisi oleh


penerima LB3: pengumpul,
pemanfaat, pengelola LB3

34
PEMBERIAN KODE MANIFES
Pemberian kode manifes Pengangkutan Limbah B3 merupakan bagian dari
penerbitan persetujuan Pengangkutan Limbah B3 menggunakan kendaraan
bemotor roda 3 (tiga) oleh kepala instansi lingkungan hidup kabupaten/kota atau
provinsi sesuai dengan kewenangnnya. Kode manifes diberikan kepada setiap
fasilitas pelayanan kesehatan, dan bukan kepada setiap kendaraan bermotor roda
3 (tiga).
Ketentuan pemberian nomor kode manifes:
1. untuk kabupaten/kota diatur, K(3)-[kode pelat kendaraan daerah]- kode sesuai huruf abjad]
0000001, untuk kendaraan beroda 3 (tiga), atau
2. untuk provinsi diatur, P(3)-[kode pelat kendaraan daerah]-[kode sesuai huruf abjad]-
0000001, untuk kendaraan beroda 3 (tiga).
Keterangan:
K = kabupaten/kota
P = provinsi KOTA BALIKPAPAN
(3) = kendaraan bermotor roda 3 (tiga) K(3)-KT-A-0000001 (tujuh angka)
PROVINSI DIY
P(3)-AB-A-0000001 (tujuh angka)
MEKANISME PERJALANAN DAN ALIRAN MANIFES LIMBAH B3

Berdasarkan
PermenLHK No.
56/2015

36
MODEL BERDASARKAN PERMENLH 56/2015
PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT
Landfill Kelas I
Sanitary landfil
RS B Controlled landfil
Penghasil

ABU

Rumah Sakit
RS C A
Penghasil (Penghasil+Pengolah)

RS D RS E
Penghasil Penghasil 37
Login untuk ujicoba:
http://festronik.menlhk.go.id/training

Login utama:
http://festronik.menlhk.go.id/
4. PENGOLAHAN LIMBAH FASYANKES

PENGOLAHAN TERMAL PENGOLAHAN NONTERMAL


AUTOKLAF DISINFEKSI KIMIAWI
MICROWAVE PROSES BIOLOGIS
IRADIASI ENKAPSULASI
INSINERATOR INERTISASI
TEKNOLOGI LAIN SESUAI
PERKEMBANGAN ILMU
PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI.

39
Kriteria Pemilihan Teknologi Pengolahan
Limbah Fasyankes
efisiensi pengolahan;
pertimbangan kesehatan, keselamatan, dan lingkungan;
reduksi volume dan masa (berat);
jenis dan kuantitas Limbah yang diolah;
infrastruktur dan ruang (area) yang diperlukan;
biaya investasi dan operasional;
ketersediaan fasilitas pembuangan atau penimbunan akhir;
kebutuhan pelatihan untuk personil operasional (operator);
pertimbangan operasi dan perawatan;
lokasi dan/atau keadaan di sekitar lokasi pengolahan;
akseptabilitas dari masyarakat sekitar; dan
persyaratan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.

40
PERSYARATAN PENGOPERASIAN AUTOKLAF
untuk autoklaf tipe gravity flow,
desinfeksi limbah medis dilakukan pada:
Temperatur > 121oC dan tekanan 15 psi
dengan waktu tinggal autoklaf > 60 menit;
temperatur > 135oC dan tekanan 31 psi dengan
waktu tinggal autoklaf > 45 menit; atau
temperatur > 149oC dan tekanan 52 psi dengan
waktu tinggal autoklaf > 30 menit.
untuk autoklaf tipe vacuum, desinfeksi
limbah medis dilakukan pada:
temperatur > 121oC dan tekanan 15 psi dengan
waktu tinggal autoklaf > 45 menit; atau
temperatur > 135oC dan tekanan 31 psi dengan
waktu tinggal autoklaf > 30 menit.

41
PROSES PENGOLAHAN
LIMBAH DILARANG
DIAUTOKLAF CONTOH ALAT Pengisian
AUTOKLAF UNTUK
Pencacahan
limbah bahan kimia LIMBAH INFEKSIUS
kedaluwarsa, tumpahan,
sisa kemasan, atau Pemanasan
buangan produk yang
tidak memenuhi Sterilisasi
spesifikasi;
limbah patologis dan
jaringan anatomi; Pendinginan
limbah radioaktif;
limbah farmasi; dan Penirisan
limbah material sitotoksik
(genotoksik). Vacum

Pengeluaran
42
MICROWAVE
Persyaratan teknis disinfeksi limbah medis menggunakan peralatan
microwave dilakukan pada temperatur 100oC (seratus derajat celsius)
dengan waktu tinggal sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) menit.

Peralatan microwave dilarang digunakan untuk disinfeksi:


limbah bahan kimia kedaluwarsa, tumpahan, sisa kemasan, atau buangan produk
yang tidak memenuhi spesifikasi;
limbah patologis dan jaringan anatomi;
limbah radioaktif;
limbah farmasi;
limbah material sitotoksik (genotoksik); dan
limbah logam.

43
IRRADIASI FREKUENSI RADIO (radiofrequency
irradiation)
Dilakukan pada temperatur > 90oC (sembilan puluh derajat celsius).

Peralatan irradiasi frekwensi radio dilarang digunakan untuk


disinfeksi:
limbah bahan kimia kedaluwarsa, tumpahan, sisa kemasan, atau buangan
produk yang tidak memenuhi spesifikasi;
limbah patologis dan jaringan anatomi;
limbah radioaktif;
limbah farmasi; dan
limbah material sitotoksik (genotoksik).

44
tform, dll).

INSINERATOR
Efisiensi pembakaran > 99,95%;
Temperatur pada ruang bakar utama (primary
chamber) minimum 800oC;
Temperatur pada ruang bakar kedua (secondary
chamber) minimum 1000oC (temperatur
operasional), dengan waktu tinggal minimum 2
(dua) detik;
Memiliki alat pengendali pencemaran udara;
Ketinggian cerobong minimum 14 meter dari
permukaan tanah; dan
Memenuhi baku mutu emisi.
Pengolahan limbah sitotoksik (genotoksik)
pada suhu > 1200oC.

45
PARAMETER DAN BAKU MUTU EMISI INSINERATOR
No Parameter Kadar Maks (mg/Nm3)
1. Partikulat 50
2. Sulfur Dioksida (SO2) 250
3. Nitrogen Dioksida (NO2) 300
4. Hidrogen Fluorida (HF) 10
5. Hidrogen Klorida (HCl) 70
6. Karbon Monoksida (CO) 100
7. Total Hidrokarbon (sbg CH4) 35
8. Arsen (As) 1
9. Kadmium (Cd) 0,2
10. Kromium (Cr) 1
11. Timbal (Pb) 5
12. Merkuri (Hg) 0,2
13. Thallium (Tl) 0,2
14. Opasitas 10%
15. Efisiensi Pembakaran (EP) 99,95%
46
5. PENGUBURAN
(PIT BURIAL)
Hanya untuk Limbah Patologis dan benda tajam; Persyaratan teknis:
Lokasi penguburan dan fasilitas penguburan lokasi kuburan harus bebas banjir, kedap air dan
limbah medis wajib memiliki/mendapatkan berjarak sekurang-kurangnya 200 m (lima puluh meter)
dari sumur, perumahan, fasilitas umum, dan kawasan
persetujuan dari BLH kabupaten/kota. lindung;
kedalaman kuburan sekurang-kurangnya 2 (dua) meter,
diisi dengan limbah medis sebanyak-banyaknya
Persyaratan Kegiatan: setengah dari jumlah volume total, dan ditutup dengan
kapur dengan ketebalan sekurang-kurangnya 50 cm
Tidak ada fasilitas insinerator di (lima puluh sentimeter) sebelum ditutup dengan tanah;
wilayah tsb; kuburan harus dilengkapi pagar pengaman;
apabila dilakukan penambahan limbah kedalam
Pada kondisi darurat, dan setelah kuburan, tanah dengan ketebalan sekurang-kurangnya
10 cm (sepuluh sentimeter) ditambahkan pada setiap
disinfektasi atas limbah; lapisan limbah;
Dilakukan oleh penghasil penguburan harus dilakukan dalam pengawasan yang
ketat; dan
kuburan wajib dirawat dan dicatat oleh usaha dan/atau
kegiatan yang melakukan penguburan.
47
ILUSTRASI FASILITAS PENGUBURAN
UNTUK LIMBAH BENDA TAJAM

48
CONTOH FASILITAS PENGUBURAN
UNTUK LIMBAH PATOLOGIS

49
6. PENIMBUNAN LB3

50
6. PENIMBUNAN Pasal 30 Permen LKKH No. 56 Tahun 2015
(1) Lokasi dan fasilitas Penimbunan Limbah B3
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (3) huruf
a. Abu terbang insinerator; dan a dan huruf b harus memenuhi persyaratan
b. Slag/abu dasar insinerator. sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-
undangan mengenai penyelenggaraan prasarana dan
sarana persampahan dalam penanganan sampah
a. enkapsulasi;
rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah
dan/atau tangga.
b. inertisasi.
(1) Lokasi dan/atau fasilitas Penimbusan akhir
Limbah B3 sebagaimana dimaksud Pasal 29 ayat (3)
a. penimbunan saniter; huruf c harus memenuhi persyaratan sebagaimana
b. penimbunan terkendali; dan/atau diatur dalam peraturan perundang-undangan
c. Penimbusan akhir Limbah B3 yang mengenai Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan
memiliki Izin Pengelolaan LB Penimbunan Limbah B3.

Persertujuan dari Provinsi atau Kabupaten/Kota 51


CONTOH SOLIDIFIKASI SEBELUM DITEMPATKAN DI
PENIMBUNAN SANITARY/CONTROLLED LANDFILL
1) Limbah dicampur dengan pasir dan semen dengan perbandingan limbah, pasir dan
semen portland 3:1:2, atau dengan komposisi lain sehingga dapat memenuhi
persyaratan:
a. Uji kuat tekan dilakukan setelah 5 (lima) hari dengan kuat tekan rata-rata
minimum 225 kg/cm2 (duaratus duapuluh lima kilogram per meter persegi);
dan
b. Hasil uji TCLP (toxicity characteristic leaching procedure) di bawah baku mutu
TCLP sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan.
2) Hasil pencampuran selanjutnya dituangkan dalam sebuah cetakan dengan ukuran
dimensi sekurang-kurangnya 40 cm x 40 cm x 40 cm, setelah cetakan tersebut
sebelumnya telah dilapisi dengan plastik sehingga dapat mengungkung campuran
limbah. Hasil pencampuran didiamkan selama 5 (lima) hari untuk penyempurnaan
proses solidifikasi, dan memenuhi persyaratan
4) Apabila hasil uji mutu TCLP pada angka 3) dipenuhi, hasil proses solidifikasi
selanjutnya ditimbun di fasilitas penimbunan sanitary landfill atau controlled
landfill.

52
ENKAPSULASI
Proses enkasulasi pada prinsipnya melakukan solidifikasi terhadap limbah
untuk menghindari terjadinya pelindian terhadap limbah.

Enkapsulasi dilakukan dengan cara memasukkan limbah sebanyak 2/3 dari


volume wadah dan selanjutnya ditambahkan material immobilisasi sampai
penuh sebelum wadahnya ditutup dan dikungkung.

Material immobilisasi dapat berupa pasir bituminus dan/atau semen. Wadah


yang digunakan dapat berupa high density polyethylene (HDPE) atau drum
logam.

Limbah yang dilakukan enkapsulasi dapat berupa limbah benda tajam, limbah
farmasi dan/atau limbah bahan kimia sebelum akhirnya hasil enkapsulasi
tersebut ditimbun di landfill.

53
7. PERLINDUNGAN PERSONEL PENGELOLAAN
LIMBAH B3 FASYANKES
Higiene perorangan: fasilitas mencuci tangan
(dengan air hangat mengalir, sabun, dan alat
pengering) atau cairan antiseptik;.
Imunisasi: Hepatitis B dan Tetanus.
Penerapan Praktik penanganan:
Keamanan sitotoksik:
SOP metode kerja yang aman untuk setiap
proses.
Lembar Material Safety Data Sheet (MSDS).
SOP P3K;
Pelatihan penanganan obat-obatan sitotoksik.
Peralatan penanganan tumpahan limbah
sitotoksik.
Pemeriksaan medis khusus (medical check-up)
minimal dua tahun sekali.
Makanan tambahan bagi petugas pengelola
limbah.
54
PERSYARATAN ADMINISTRASI
NO PERSYARATAN ADMINISTRASI KETERANGAN

1 Surat pengantar permohonan Surat ditandatangani oleh pemohon, dan nama pemohon
izin pengolahan limbah B3 dicantumkan secara jelas sesuai format Lampiran II PERMENLH
No. 18 tahun 2009

Catatan:
Untuk perpanjangan menggunakan Lampiran V PERMENLH
No. 18 Tahun 2009

2 Lembar pernyataan Lembar pernyataan ditandatangani oleh pemilik atau


keabsahan dokumen penanggung jawab kegiatan.

Catatan:
Jaminan keabsahan dilakukan terhadap seluruh dokumen yang
digunakan dalam proses permohonan perizinan
PERSYARATAN
NO KETERANGAN
ADMINISTRASI

3 Dokumen Lingkungan Izin lingkungan dapat berupa:


Hidup Izin lingkungan dan dokumen lingkungan, atau
(AMDAL atau UKL- Dokumen Lingkungan Hidup (AMDAL, UKL/UPL, DPL,
UPL) DPLH, DPPL, DELH atau dokumen lingkungan lainnya)
yang dipersamakan sebagai izin lingkungan
Dokumen lingkungan yang diajukan telah mengkaji secara
teknis pengolahan limbah B3 yang dimohonkan izinnya.
NO PERSYARATAN ADMINISTRASI KETERANGAN

3 Dokumen Lingkungan Catatan:


Hidup Dokumen AMDAL yang diajukan wajib telah diterbitkan Surat Keputusan
(AMDAL atau UKL-UPL) Kelayakan Lingkungan Hidupnya.
Dokumen UKL-UPL yang diajukan wajib telah diterbitkan dan disahkan
rekomendasinya
Dokumen lingkungan hidup lainnya (DELH, DPPL, Audit Lingkungan
Hidup) yang diajukan wajib telah disahkan.
Dalam hal diajukan dokumen evaluasi Lingkungan hidup (DELH) atau
Dokumen Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan (DPPL), maka
diberlakukan sama dengan AMDAL
Dalam hal diajukan dokumen Audit Lingkungan Hidup, wajib tercantum
rencana/upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup
Untuk fasilitas pelayanan kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas dan
Klinik) yang akan melakukan pengolahan limbah medis menggunakan
insinerator, persyaratan dokumen lingkungan mengikuti dokumen
lingkungan kegiatan utamanya.
NO PERSYARATAN ADMINISTRASI KETERANGAN

4 Akte Pendirian Perusahaan Akte Pendirian sesuai dengan kegiatan utamanya atau Peraturan
Daerah tentang Struktur Organisasi Rumah Sakit dan Puskesmas

5. Surat Izin Usaha Perdagangan SIUP Kecil, SIUP Menengah, SIUP Besar,
(SIUP) Surat Izin Operasional Rumah Sakit dari Kementerian Kesehatan,
atau
Surat Keputusan tentang Wilayah Kerja Pertambangan atau Surat
Kontrak Karya, untuk fasilitas pelayanan kesehatan di
pertambangan
6. Surat Keputusan Izin Tempat Disampaikan pada saat melengkapi dokumen persyaratan teknis
Penyimpanan Sementara hasil rapat pembahasan
Limbah B3
7. Izin Pembuangan Limbah Cair Bagi kegiatan yang menghasilkan limbah cair dan dibuang ke
(IPLC) lingkungan
Disampaikan pada saat melengkapi dokumen persyaratan teknis
hasil rapat pembahasan
DOKUMEN KAJIAN TEKNIS
DOKUMEN KAJIAN TEKNIS
NO KETERANGAN
yang memuat:
1. Deskripsi mengenai Terdiri dari 2 (dua) dokumen yaitu:
lokasi: Tata letak (layout) insinerator di lokasi Rumah
Tata letak (layout) Sakit dilengkapi dengan keterangan tentang posisi
insinerator di lokasi insinerator terhadap bangunan di RS, luas
Rumah Sakit bangunan insinerator (m2)

Tata letak (layout) Tata letak (layout) lokasi Rumah Sakit terhadap
lokasi Rumah Sakit bangunan disekelilingnya yang dilengkapi
terhadap bangunan dengan jarak dengan radius minimal 500 m atau
disekelilingnya bangunan yang lebih tinggi dari tinggi cerobong
incinerator termohon
DOKUMEN KAJIAN TEKNIS
NO KETERANGAN
yang memuat:
2. Deskripsi mengenai limbah Berisi keterangan mengenai limbah B3 yang akan diolah di
B3 yang akan diolah/dibakar: insinerator:
Jenis-jenis limbah B3
Sebutkan setiap jenis limbah B3 yang akan dibakar

Karakteristik per jenis Sebutkan karakteristik untuk setiap jenis limbah B3, misal:
limbah B3 eksplosif, mudah menyala, reaktif, korosif, infeksius,
dan/atau beracun

Jumlah limbah B3 Sebutkan jumlah limbah B3 yang akan diolah dalam satu
periode dalam unit (satuan) yang jelas contohnya: kg/hari,
kg/minggu, atau ton/bulan

Komposisi jenis limbah Komposisi dari setiap jumlah limbah B3 yang akan dibakar
B3
Uraian tentang asal Uraian tentang asal limbah B3 yang akan dibakar misalkan:
limbah B3 dari ruang perawatan, ruang operasi, laboratorium, dll
DOKUMEN KAJIAN TEKNIS
NO KETERANGAN
yang memuat:

3. Deskripsi mengenai Berisi keterangan mengenai deskripsi


insinerator: insinerator berupa:
Desain rinci
(DED/detailed Desain konstruksi insinerator yang telah
engineering design) disahkan berdasarkan blue print
insinerator
Dokumentasi (foto) Memiliki sistem pengumpanan limbah semi
sistem pengumpanan otomatis
limbah B3 secara
semi otomatis (misal:
lift bucket)
DOKUMEN KAJIAN TEKNIS yang
NO KETERANGAN
memuat:
3. Dokumentasi (foto) Insinerator wajib memiliki spesifikasi:
insinerator yang Double chamber (2 ruang bakar)
dilengkapi dengan Suhu input:
keterangan mengenai Suhu chamber 1 minimal 350oC
fasilitas-fasilitas Suhu chamber 2 minimal 400oC
pendukungnya dengan Suhu operasional:
menunjukkan suhu input Suhu chamber 1 minimal 800oC
pada chamber 1 dan Suhu chamber 2 minimal 1000oC
chamber 2, suhu Memiliki alat pengendali pencemar udara (misal: wet
operasional pada scrubber).
chamber 1 dan chamber Tinggi cerobong minimum 14 (empat belas) meter dari
2 pada saat komisioning permukaan tanah.
alat. Memiliki lubang sampling (sampling hole)
DOKUMEN KAJIAN TEKNIS
NO KETERANGAN
yang memuat:
4. Deskripsi mengenai proses Berupa dokumen SOP yang berisi uraian tata cara pengoperasian
pembakaran insinerator yang dituangkan dalam SOP tata cara pengoperasian
insinerator yang telah memenuhi sistem mutu (dicantumkan tanggal
pengesahan dan ditandatangani oleh penanggungjawab kegiatan) yang
berisi antara lain:
a. Penanganan dan persiapan limbah sebelum di bakar
b. Pengaturan komposisi limbah B3 yang akan di bakar
c. Persiapan pemanasan chamber
d. Teknik memasukan limbah B3 ke dalam insinerator menggunakan
sistem semi otomatis
e. Suhu input:
Suhu chamber 1 minimal 350oC
Suhu chamber 2 minimal 400oC
f. Teknik operasional incinerator
g. Suhu operasional:
Suhu chamber 1 minimal 800oC
Suhu chamber 2 minimal 1000oC
DOKUMEN KAJIAN TEKNIS
NO KETERANGAN
yang memuat:
5. Deskripsi mengenai Berupa SOP yang berisi pengelolaan terhadap residu hasil
pengelolaan terhadap hasil pembakaran dan pengelolaan limbah cair dari proses pembakaran
insinerasi
6. Flowsheet lengkap proses Flowsheet memberikan gambaran informasi proses terdiri atas:
pengelolaan limbah B3 input, proses, dan output serta neraca proses/bahan
(material/process balance) yang dilengkapi dengan uraian
DOKUMEN KAJIAN TEKNIS yang
NO KETERANGAN
memuat:
7. Uraian jenis dan spesifikasi teknis Berisi keterangan tentang insinerator dan fasilitas
pengelolaan dan peralatan yang pendukung lainnya antara lain:
digunakan yang berisi tentang:

Spesifikasi Insenerator :
a. Tipe insinerator :
b. Kapasitas insinerator :
c. Waste feeding System :
d. Suhu primary chamber :
e. Suhu secondary chamber :
f. Volume primary chamber :
g. Volume secondary chamber :
h. Tinggi cerobong (dari permukaan tanah) :
i. Diameter cerobong :
j. Bahan bakar :
k. Sistem umpan :
l. Alat Pengendali Pencemaran Udara :
DOKUMEN KAJIAN TEKNIS yang
NO
memuat:
KETERANGAN
7. Metode pengukuran Metode pengukuran suhu di ruang bakar
suhu di ruang bakar (chamber 1 dan chamber 2) dan setelah scrubber
(chamber 1 dan atau di cerobong (dapat dibaca secara langsung
chamber 2) dan selama proses pembakaran berlangsung) berupa
setelah scrubber atau dokumentasi/foto
di cerobong
Jumlah burner Jumlah burner, berupa dokumentasi/foto

Spesifikasi alat Spesifikasi alat pengendali pencemaran udara


pengendali
pencemaran udara
Perhitungan teoritis Perhitungan teoritis waktu tinggal limbah B3
waktu tinggal limbah
B3
DOKUMEN KAJIAN TEKNIS yang
NO KETERANGAN
memuat:
8. Perlengkapan peralatan Sistem tanggap darurat berupa dokumen SOP
tanggap darurat SOP dilengkapi dengan tanggal pengesahan dan
ditandatangani oleh penanggung jawab kegiatan
Dokumentasi berupa foto peralatan tanggap
darurat

9. Tata letak saluran untuk Bila terdapat limbah cair yang dihasilkan dari
pengelolaan limbah cair kegiatan pembakaran
yang dihasilkan dari
kegiatan pembakaran
DOKUMEN KAJIAN TEKNIS
NO KETERANGAN
yang memuat:
10. Laporan realisasi kegiatan Bagi permohonan perpanjangan izin berupa 4 (empat) dokumen
pengolahan yaitu:
laporan neraca limbah pengolahan limbah B3;
laporan penyerahan manifest (hard copy atau e-manifest)
terhadap kegiatan pengolahan limbah B3 menggunakan
insinerator;
SK MENLH tentang izin pengolahan limbah B3 yang dimiliki
sebelumnya;
hasil monitoring pengendalian pencemaran lingkungan (air,
emisi) berupa hasil monitoring air limbah apabila dihasilkan dan
hasil uji emisi dari laboratorium yang dilengkapi dengan seluruh
laporan sebagaimana diwajibkan dalam izin pengolahan limbah
B3 untuk kegiatan 1 (satu) tahun terakhir.
A. Sistem online dalam Proses Perizinan Pengelolaan
Limbah B3 di KLHK
Sebelum 13-09-2106
PTSP PTSP PTSP
Pengajuan Verifikasi dan validasi Penerimaan
permohonan dokumen dokumen

Terhitung 13 September 2016 semua permohonan ijin wajib dilakukan


secara online
Paska 13-09-2106

Online Online PTSP

Pengajuan Verifikasi dan Penerimaan


permohonan validasi dokumen
Konsultasi elektronik dokumen
Konsultasi elektronik
Jenis Konsultasi Elektronik diwajibkan dalam Proses
Perijinan PLB3-KLHK

Mereduksi biaya kehadiran;


Mempersiapkan dokumen
Konsultasi Validasi dan permohonan ijin lebih baik sehingga:
Mengajukan Permohonan
teknis Verifikasi
permohonan
elektronik permohonan
diterima Proses Ijin Lebih cepat diselesaikan
karena kualitas dokumen permohonan
Sesuai dengan kebutuhan untuk
Pemrosesan ijin

Konsultasi Persiapan
Mengajukan
teknis mengajukan
pertanyaan
elektronik permohonan
TATA CARA PROSES PERIZINAN PL-B3

PEMOHON
IZIN/ REKOMENDASI
MENTERI LH

TIDAK
PERSYARATAN
ADMINISTRASI LENGKAP?
klik
PENETAPAN
PERSYARATAN &
KETENTUAN DALAM
IZIN
YA TIDAK

VERIFIKASI REVIEW & Klik MEMENUHI


YA

TEKNIS EVALUASI PERSYARATAN TEKNIS?

71
SEMOGA BERMANFAAT

DIREKTORAT VERIFIKASI PENGELOLAAN LIMBAH B3 DAN LIMBAH NON-B3 ---


GEDUNG A LANTAI 5
JL. DI PANJAITAN KAV#24 KEBON NANAS, JAKARTA TIMUR,
TELPON/FAX: 021-85911114
73
TELPON : 021-8514763

Anda mungkin juga menyukai