Anda di halaman 1dari 17

ASSOCIATION OF DIABETES AND

PROGNOSIS OF
MINOR STROKE AND ITS SUBTYPES: A
PROSPECTIVE
OBSERVATIONAL STUDY Yuesong Pan, Yongjun Wang, Hao Li, Herbert Y. Gaisano, Yilong Wang, Yan He

Department of Epidemiology and Health Statistics, School of Public Health, Capital Medical University

Beijing, China,

Novi Intan
Pembimbing :
Melani
1507101030103 dr. Farida, Sp. S (K)
PENDAHULUAN
Status epileptikus (SE) dan kejang berulang akut (ARS) : keadaan darurat neurologis
yang paling sering terjadi, dan memiliki morbiditas dan mortalitas yang tinggi.
Penanganan kejang akut penting untuk mencegah kerusakan neuron yang
ireversibel.
Obat antiepilepsi yang ideal untuk pengendalian kejang akut harus bekerja cepat,
mudah digunakan dengan formulasi intravena (i.v.) dan memiliki durasi yang
berkelanjutan tanpa efek samping.
Obat rekomendasi SE dan ARS : benzodiazepin, termasuk lorazepam dan diazepam
(terapi lini pertama) gagal fenobarbital (PHB) dan fenitoin (lini kedua). Namun
protokol tatalaksana kejang pada anak-anak saat ini tidak berbasis bukti dan obat
antiepilepsi ini telah banyak diketahui efek sampingnya : distress pernapasan,
hipotensi, sedasi dalam, dan banyak komplikasi pada organ.
Oleh karena itu, obat antiepilepsi baru yang dapat menghentikan kejang tanpa efek
samping yang serius sangat dibutuhkan.
Obat antiepilepsi lainnya seperti asam valproat, levetiracetam (LEV), dan lacosamide telah
diperkenalkan untuk pengobatan SE dan ARS.

LEV intravena telah disarankan sebagai pengobatan yang efektif dan aman untuk
pengendalian kejang akut pada pasien dewasa dengan SE atau ARS, dan baru-baru ini telah
terbukti sebagai obat antiepilepsi ajuvan pada pasien berusia 16 tahun ke atas saat terapi
oral tidak dapat ditoleransi.

Efek samping berat LEV lebih sedikit : depresi pernapasan dan ketidakstabilan hemodinamik.

LEV intravena memiliki onset yang cepat, pengikatan protein plasma minimum (<10%),
bioavailabilitas 100%, dan interaksi antar obat rendah dengan farmakokinetik linier.

LEV berguna pada situasi yang membutuhkan penanganan cepat, termasuk luka traumatis,
bedah saraf, dan saat menjalani kemoterapi.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan efikasi dan tolerabilitas i.v. LEV dan
i.v. PHB pada anak-anak dengan SE atau AR yang refrakter terhadap benzodiazepin.
NOTEBOOK:
SE (Status Epileptikus)

Aktivitas kejang terus menerus selama >5 menit atau kejang rekuren tanpa
pemulihan kesadaran dalam 30 menit.
ARS (Kejang Berulang Akut)

Kejang yang berlangsung <5 menit dalam 30 menit dan terjadi >2 kali
dengan pemulihan kesadaran antara setiap kejang.
Penghentian kejang

Penghentian kejang secara klinis dalam waktu 30 menit setelah selesai infus
obat tanpa kekambuhan selama 24 jam berikutnya.
Tipe kejang dan sindrom epilepsi digolongkan sesuai dengan klasifikasi
International League Against Epilepsy Classification
METODE
Retrospektif

Kriteria ekslusi :
Rekam medis 1. Memerlukan indikasi bedah saraf
segera
anak-anak 2. Memiliki riwayat epilepsi refrakter yang
(1bulan- diobati dengan >2 obat antiepilepsi

15tahun)
Dosis awal : Dosis awal :
10 20 mg/kgBB 20 30 mg/kgBB
April 2010
April 2008 -
-Desember
Maret 2010
2013
(IV. PHB)
(IV. LEV)
Informasi yang
Yang dievaluasi dan
didapatkan dari rekam
dicatat:
medis :

Data demografi pasien Dosis awal setiap obat

Keberhasilan/kegagalan
Kelainan neurologis sebelumnya
penghentian kejang

Jenis kejang Efek samping dari obat epilepsi

Obat antiepilepsi sebelumnya

Faktor yang mempengaruhi


SE/ARS
Efikasi dievaluasi dengan melihat :

Kecepatan penghentian kejang

Tolerabilitas dievaluasi dengan


melihat :
Efek samping akut setelah pemberian obat

Efikasi & Tolerabilitas dibandingkan antara (IV. PHB & IV. LEV) dengan menggunakAn tes
Exact Fisher / Uji T student.
Data demografi & variabel kategorik klinis dibandingkan dengan menggunakan uji
exact Fisher (variabel kategori) / uji T student (variabel kontinyu). PASW Statistik ver.
18.0 (SPSS Inc., Chicago, IL, AS) digunakan untuk semua analisis statistik.
HASIL
Total Pasien : 88 pasien Perempuan
(15 pasien)
IV. PHB (50 Usia rata-rata 14,5
pasien) bulan
Laki-Laki (1 bulan - 13,9 tahun)
(35 pasien)
88 pasien
Perempuan
(16 pasien)
IV. LEV (38 Usia rata-rata 20
pasien) bulan
Laki-Laki (2 bulan 14,4 tahun)
(22 pasien)
Faktor provokasi paling umum dari kejang :

1. Demam (n=26)
2. Gastroenteritis (n=4)
3. Cedera otak (n=1)
4. Hipoglikemik (n=1)

Yang dibandingkan antara PHB group vs LEV group :

1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Jenis kejang
4. Jenis kejadian
5. Etiologi
6. Riw. Kejang sebelumnya
7. Obat antiepilepsi sebelumnya
8. Ada atau tidaknya faktor provokasi, demam dan kematian tidak berbeda secara signifikan
antara kedua kelompok.
1. Karakteristik
Pasien
2. Efikasi dari IV. PHB dan IV. LEV
3. Perbandingan responden dan non responden di masing-masing kelompok
4. Tolerabilitas i.v. PHB dan i.v. LEV
DISKUSI
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa i.v. LEV sama efektifnya dengan i.v. PHB untuk
pengobatan ARS pada pasien anak-anak dan tidak menimbulkan efek samping yang serius.
Dalam beberapa tahun terakhir, kemanjuran i.v. LEV untuk SE telah ditunjukkan pada pasien
dewasa.
Eue dkk : SE refrakter dapat dikendalikan oleh IV. LEV pada 19 dari 43 pasien (44,2%) dengan
tanpa efek samping.
Dalam penelitian lain : IV. LEV efektif pada 57,5% dari 40 pasien dewasa sebagai pengobatan
tambahan untuk SE.
McTague dkk : IV. LEV menghentikan serangan pada 23 dari 39 anak (59%) dengan ARS, 3 dari
4 anak-anak (75%) dengan kejang SE, dan dua anak dengan SE nonkonvulsif.
Kim et al : tingkat penghentian kejang 43% pada 14 pasien anak-anak yang menerima IV. LEV
pada SE refrakter.
Isguder dkk : tingkat penghentian kejang 78,2% pada 133 anak dengan ARS setelah IV. LEV

Namun, desain retrospektif pada penelitian ini dikombinasikan dengan jumlah pasien yang
sedikit, definisi variabel untuk penghentian kejang, dan dosis awal IV. LEV membatasi kesimpulan
yang dapat ditarik mengenai kemanjuran IV. LEV untuk ARS atau SE pada anak-anak.
Dalam penelitian ini, pasien yang diterapi dengan IV. LEV mengalami efek
samping yang lebih sedikit dibandingkan pasien yang diobati dengan IV.
PHB (13,2% vs 28,0%), walaupun tidak ada perbedaan yang signifikan
antara kedua kelompok.
Efek samping mayor pada IV. PHB adalah letargi dan hal ini tidak
ditemukan pada kelompok IV. LEV. Hanya efek samping ringan seperti
iritabilitas dan muntah yang diamati pada IV. LEV, yang konsisten dengan
laporan sebelumnya. Pengurangan efek sedatif pada IV. LEV dapat
berguna pada pasien dengan SE atau ensefalitis untuk memungkinkan
pemeriksaan status mental atau untuk mempersingkat durasi rawat inap.
KESIMPULAN
LEV intravena dapat digunakan sebagai obat antiepilepsi alternatif tanpa efek
samping yang berat menggantikan IV. PHB pada pengobatan ARS akut.
Pasien dengan terapi IV. LEV mengalami efek samping yang lebih sedikit
dibanding IV. PHB (13,2% : 28,0%) walaupun tidak ada perbedaan signifikan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai