SILABUS

PENGANTAR GEOLOGI (GL-1202) (2 SKS)

Minggu III BAB III BATUAN BEKU

DAN AKTIVITAS INTRUSIF
Definisi Magma dan Lava
Proses pembentukan dan evolusi Magma
Reaksi Bowen
Proses pembentukan dan klasifikasi batuan beku
Texture dan Komposisi Batuan Beku
Geometri Batuan Beku Intrusif
 Batuan dan Siklus Batuan
Di alam dikenal tiga kelompok besar batuan :
Batuan Beku, Batuan Sedimen dan Batuan Metamorf
Batuan beku terbentuk dari hasil pendinginan dan
kristalisasi dari magma yang terjadi di dalam dan/ diluar
bumi.
Batuan Sedimen adalah kelompok batuan yang
diendapkan dipermukaan bumi yang terdiri dari mineral
dan pecahan-pecahan batuan sebelumnya, butiran-2
hasil proses biologi atau hasil proses kristalisasi air.
Batuan Metamorfosa adalah kelompok batuan yang
dihasilkan dari proses perubahan batuan sebelumnya
menjadi batuan yang baru yang diakibatkan oleh
perubahan temperatur, tekanan maupun fluida.
DISTRIBUSI BATUAN
 Siklus Batuan
Siklus Batuan menggambarkan proses
interaksi dan transformasi dari tiga
kelompok batuan. Proses ini dikontrol
oleh proses internal seperti tektonik dan
eksternal yaitu iklim (udara dan air)
Siklus Batuan
Major Rock Types
there are three major rock classes :

Igneous
Rocks formed from cooling magma or lava

Sedimentary
Rocks formed from sediments worn from
other rocks

Metamorphic
Rocks formed by changing the chemistry,
mineralogy, or texture of other rocks.
BATUAN BEKU

#3-SAPIIE-2006
What are igneous rocks?
The term igneous'' comes from the Latin word
ignis or fire''. Igneous rocks are rocks which
form from cooling magma or lava.

Magma
Molten or partially molten rock material and
dissolved gases.
Magma is molten rock beneath Earth's surface.

Lava
Molten or partially molten rock material and
dissolved gases.
Lava is molten rock which has erupted at Earth's
surface.
Flow of molten lava at Mauna Loa Volcano, Hawaii
Igneous Rocks.

Crystallization of Magma
Magma is a hot liquid (made of melted rock), with a abundant
gas in solution when it is under pressure in the earth. It may
contain crystals of high temperature minerals. It originates in
the asthenosphere.

There are two types of igneous rocks

Plutonic rocks (intrusive) form when the magma cools slowly
beneath the surface, while volcanic rocks (extrusive) form
when magma reaches the surface and cools rapidly as lava
flows or fragmental material.
From their textures, and primarily, rocks can be classified as either intrusive or
extrusive :

Intrusive
These rocks are made of big crystals, which indicates slow cooling. Intrusive rocks
cool slowly because they solidify inside the Earth.

Extrusive
These rocks are made of small, microscopic, or even no crystals (in the case of
obsidian), which indicates rapid cooling. Extrusive rocks cool rapidly because they
solidify at Earth's surface.

Igneous rocks are also classified by their chemical compositions. There are four
general types:

Felsic
High in silica (65% +). Usually light-colored. Examples: Rhyolite (extrusive) and
granite (intrusive)

Intermediate
Lower silica content (55-65% or so). Darker than felsic, lighter than mafic.
Examples: Andesite/dacite (extrusive) and diorite/granodiorite (intrusive)

Mafic
Low silica content (45-55% or so). Usually dark-colored. Examples: Basalt
(extrusive) and gabbro (intrusive)

Ultramafic
Extremely low silica content (less than 45%). Usually dark-colored, but high
olivine content can lend green colors. Other rare colors can be found.
 Batuan Beku (intrusi dan ekstrusi)
Mineral : kristalisasi dari magma dan lava sesudah inti kristal
kecil terbentuk dan berkembang.
Pendinginan cepat yang umumnya terjadi pada batuan vulkanik
dan membentuk batuan yang bertekstur afanitik.
Pendinginan perlahan dari batuan plutonik menghasilkan batuan
bertexture fanerik.
Texture porphyritic dihasilkan dari proses pendinginan awal yang
perlahan yang diikuti oleh pendinginan cepat agar dapat
memberikan ukuran kristal yang berbeda-beda, dimana yang besar
dinamakan fenokris yang dikelilinggi oleh kristal yang lebih kecil
dinamakan matriks (masa dasar)
Texture batuan beku lainnya termasuk vesikular dan piroklastik
Komposisi magma menentukan komposisi batuan beku yang
terbentuk
Satu jenis magma dapat menghasilkan berbagai jenis batuan beku
 Batuan Beku (intrusi dan ekstrusi)
Klasifikasi batuan beku didasarkan pada texture dan komposisi.
Berdasarkan texture dibagi menjadi dua group besar : Vulkanik
(ekstrusif) yang biasa halus atau afanitik dan Plutonik (intrusif)
yang biasa kasar atau fanerik.
Batuan beku volkanik bertekstur afanitik atau halus termasuk :
riolit, syenit, andesit dan basalt.
Batuan beku plutonik bertekstur fanerik atau kasar termasuk :
granit, gabro dan diorit.
Pegmatit adalah batuan beku intrusi yang sangat kasar yang
komposisinya sama dengan granit. Tekstur kasar ini dihasilkan dari
pembekuan larutan yang kaya akan fase gas (vapor-rich fluid).
 Batuan Beku (intrusi dan ekstrusi)
Berdasarkan komposisi batuan beku dibagi menjadi dua yaitu :
asam ( felsic ) seperti granit & riolit dan basa ( mafik )
seperti gabro & basalt. Sedangkan batuan beku yang
komposisinya intermedier termasuk diorit & andesit.
Pluton adalah tubuh batuan beku yang mengintrusi batuan
samping atau yang membeku jauh dibawah permukaan bumi.
Intrusi diklasifikasikan berdasarkan volume dan geometri.
Intrusi yang konkordan termasuk sill dan lakolit. Intrusi
diskordan termasuk dike, vulkanik neck, batolit dan stock.
Batolit adalah batuan plutonik yang besar dengan luas
permukaan 100km2. Stock adalah batolit dengan ukuran jauh
lebih kecil.
 Batuan Beku (intrusi dan ekstrusi)
Secara umum ada dua jenis magma : Asam dan Basa
Pada kondisi ideal pendinginan magma yang basa (mafic) akan
memberikan sekuen mineral yang berbeda yang stabil pada kondisi
temperatur tertentu yang dinamakan sebagai deret atau reaksi Bowen.
Reaksi Bowen terdiri dari seri yang diskontinu dan yang kontinu. Seri
diskontinu menghasilkan feromagnesian mineral, dimana setelah
terbentuk setiap mineral ini akan bereaksi kembali dengan larutan sisa
membentuk mineral dalam sekuen yang berikutnya. Dalam seri yang
kontinyu meliputi proses transformasi kristal feldspar plagioklas
dengan pergantian Calcium (Ca) dengan Sodium (Na).
Komposisi magma dapat berubah dengan berbagai cara. Pertama
terbentuk sebagai feromagnesian mineral yang mengendap pada dasar
dapur magma, menarik unsur besi dan magnesium; memperkaya sisa
magma dengan unsur lainnya. Asimilasi dengan batuan samping juga
merubah komposisi magma pada kondisi tertentu. Pencampuran
magma (magma mixing) juga dapat merubah komposisi asal magma.
PEMBENTUKAN BATUAN BEKU

PEMBENTUKAN PEMBENTUKAN
MAGMA MAGMA

TEKTONIK LEMPENG

HASIL PEMBEKUAN LARUTAN MAGMA

Mineral dan Batuan

Kristal dan Mineral

Mikroskop
Distribusi Batuan Dalam Zona Konvergensi Lempeng

Batuan Sedimen Batuan Sedimen

Batuan Beku Extrusif

GUNUNG API
CEKUNGAN SEDIMENTASI

CEKUNGAN SEDIMENTASI

ZONA SUBDUKSI

Batuan Metamorfik Batuan Beku Intrusif Batuan Metamorfik

Thermal Dinamo-Thermal
Siklus Batuan dan Tektonik Lempeng
Batuan Beku Plutonik

Volcano

Pembekuan di dalam
(Batuan Beku Plutonik)
Proses Pembekuan Batuan Beku

EKSTRUSIF (VOLKANIK) PIROKLASTIK

Aliran Lava
PROSES PEMBENTUKAN MAGMA

PEMBENTUKAN MAGMA DENGAN PROSES PENURUNAN TEKANAN

PROSES PEMBENTUKAN MAGMA

PEMBENTUKAN MAGMA DENGAN PROSES PENAMBAHAN AIR

BATUAN BEKU DAN MAGMA

HUBUNGAN TEKANAN, GRADIEN GEOTHERMAL DAN PEMBEKUAN MAGMA

BATUAN BEKU DAN MAGMA

PEMBENTUKAN BATUAN BEKU PLUTONIK

PERCOBAAN TUTTLE-BOWEN
 Batuan Beku, Intrusi dan Vulkanisme
Mineral terbentuk dari kristalisasi magma dan
lava sesudah inti kristal kecil terbentuk dan
berkembang.

Pendinginan cepat yang umumnya terjadi pada

batuan vulkanik dan membentuk batuan yang
bertekstur afanitik (berbutir halus).

Pendinginan perlahan dari batuan plutonik

menghasilkan batuan bertexture fanerik
(berbutir kasar).
Texture dan Komposisi

Texture porphyritik dihasilkan dari proses pendinginan

awal yang perlahan yang diikuti oleh pendinginan cepat
agar dapat memberikan ukuran kristal yang berbeda-
beda, dimana yang besar dinamakan fenokris yang
dikelilinggi oleh kristal yang lebih kecil sebagai
masadasar.

Texture batuan beku lainnya termasuk vesikular (banyak

lubang-2 hasil pelepasan gas) dan piroklastik akibat
proses ekstrusif (volkanik).

Komposisi magma akan menentukan komposisi batuan

beku yang terbentuk.

Satu jenis magma dapat menghasilkan berbagai jenis

batuan beku
FRACTIONAL CRYSTALLIZATION

Proses pembentukan dan pemisahan kristal dalam batuan beku

Penurunan Temperatur

Komposisi magma berubah dengan bertambahnya kristalisasi

Larutan sisa magma akan mempunyai komposisi lebih asam
FRACTIONAL CRYSTALLIZATION

Komposisi magma berubah dengan bertambahnya kristalisasi

Kristalisasi terjadi dari luar ke dalam
Larutan sisa magma akan kekurangan elemen tertentu karena kristalisasi
Klasifikasi, Texture dan Komposisi

Klasifikasi batuan beku didasarkan pada texture dan

komposisi.
Batuan beku volkanik bertexture afanitik atau porfiritik
termasuk: riolit, andesit dan basalt.
Batuan beku plutonik bertexture fanerik termasuk:
granit, gabro dan diorit.
Pegmatit adalah batuan beku intrusi yang sangat
kasar yang komposisinya sama dengan granit.
Texture kasar ini dihasilkan dari pembekuan larutan
yang kaya akan fase gas (vapor-rich fluid).
DENSITAS DAN KOMPOSISI MAGMA

Pembentukan Dapur Magma Volkanisme

Proses naiknya magma akibat perubahan densitas yang dipengaruhi oleh kristalisasi
DENSITAS DAN KOMPOSISI MAGMA
Komposisi dan Texture Batuan Beku

Berdasarkan komposisi batuan beku dibagi menjadi dua yaitu:

Felsic (asam) seperti granit dan riolit dan Mafik (basa) seperti
gabro, diorit dan basalt.

Sedangkan batuan beku yang komposisinya intermedier termasuk

granodiorit dan andesit.

Pluton adalah tubuh batuan beku yang mengintrusi batuan

samping atau yang membeku jauh dibawah permukaan bumi.
Intrusi diklasifikasikan berdasarkan volume dan geometri. Intrusi
yang konkordan termasuk sill daan lakolit. Intrusi diskordan
termasuk dike, vulkanik neck, batolit dan stock.

Batolit adalah batuan plutonik yang besar dengan luas permukaan

100km2. Stock adalah batolit dengan ukuran jauh lebih kecil.
GEOMETRI BATUAN BEKU INTRUSIF
PROSES PENDINGINAN
1 2

PROSES EROSI

3 4

PROSES EROSI LANJUT

 DIKE (DISKORDAN) = MEMOTONG STRUKTUR BATUAN

STRUKTUR BATUAN

DIKE
SILL (KONKORDAN) = SEJAJAR DENGAN STRUKTUR BATUAN

STRUKTUR BATUAN

SILL
VOLCANIC NECK (PLUG)

Leher Volkanik : Sisa Bagian Lubang Kepundan Dipermukaan

BATHOLITH

BATHOLITH: Tubuh Intrusi Dalam Yang Sangat Besar (Luasnya + 100 km2)

Komposisi umum: Granit - Granodiorit

Geometri Batuan Beku Intrusif

Umur relatif batuan beku Plutonik berdasarkan hukum potong-memotong

Yang memotong selalu lebih muda dari yang dipotong
Geometri Batuan Beku Intrusif
 MAGMA GENERATION

&
BOWEN REACTION SERIES
 Batuan Beku (Intrusi dan Ekstrusi)

Secara umum ada dua jenis magma :

Asam (Felsic)

Basa (Mafic)

Pada kondisi ideal pendinginan magma yang

mafic (basa) akan memberikan sekuen mineral
yang berbeda yang stabil pada kondisi
temperatur tertentu yang dinamakan sebagai
deret atau seri reaksi Bowen.
Reaksi Bowen
Bowen's Reaction Series - the sequence in which minerals
crystallize within a cooling magma. Crystallization occurs
simultaneously on two branches (if lithification rates are slow
enough). Minerals at the top of the chart (both left and right
columns) form first during cooling. Other minerals form in
progression (down the table) as temperature cools.

1) Discontinuous Branch--Olivine-Pyroxene-Amphibole-Biotite
(all ferro-magnesiun minerals) take turns forming at specific
temperatures on this branch. As the temperature progressively
decreases, each takes elements remaining in the melt and steals
from previously formed minerals to make new minerals. Biotite
is the last to form in this group, after which all iron and
magnesium remaining in the melt are used up. Obviously, the
available amounts of iron and magnesium in the melt determines
the amount of ferro-magnesium minerals formed.
2) Continuous Branch - Two flavor of Plagioclase minerals (containing
calcium and sodium) form on this branch at the same temperature range as
the Discontinuous Branch (Plagioclase is a mixture of Anorthite: CaAl2Si2O8
and Albite: NaAlSi3O8).

Calcium-rich plagioclase minerals (anorthite) forms first, robbing the melt of

this element.

As less calcium remains within the melt more sodium elements are used to
form a sodium-rich plagioclase (Albite). Plagioclase is formed until all
calcium and sodium is used up in the melt.

3) Remaining minerals are formed at lower temperatures (Fe/Mg/Ca/Na all

used up by this time): Magma is now rich in silica, aluminum and potassium.
Orthoclase (potassium-aluminum) feldspar is now formed. Orthoclase:
(KAlSi3O8). If water is present, muscovite may form. Otherwise the remaining
melt contains only silica, all other elements have been depleted, and finally
forms quartz : SiO2.
 Bowen's Reaction Series has two branches. They are :
1. Discontinuous reaction series, from olivine to biotite,.
2. Continuous reaction series, from Ca plagioclase to Na
plagioclase.

The discontinuous reaction series involves the dark-colored

ferromagnesian minerals:
olivine
pyroxene
amphibole
biotite.

As a magma cools, olivine crystallizes first. The olivine crystals react with
the remaining magma to form pyroxene. Pyroxene reacts with the
magma to form amphibole. Amphibole reacts with the magma to form
biotite. Each successive mineral, from olivine to biotite, has a different
composition and a different silicate crystal structure. As
crystallization proceeds, the crystal structures become more complex
(olivine has an isolated tetrahedral structure, pyroxene has a single chain
structure, amphibole has a double chain structure, and biotite has a
sheet structure). The series of minerals is called discontinuous because a
series of different minerals is formed, each with a different crystal
structure.
Thecontinuous reaction series involves the plagioclase
feldspars. Plagioclase feldspars are an example of a "solid
solution series", exhibiting gradations in chemical and physical
properties. Chemically, this series consists of two "end members":
albite or Na plagioclase (NaAlSi3O8), the sodium "end member",
and anorthite or Ca plagioclase (CaAlSi2O8), the calcium "end
member".

There is a continuous chemical and physical gradation between the

two end members. (Various plagioclase mineral names are given,
based on the percentages of calcium and sodium present, including
anorthite, bytownite, labradorite, andesine, oligoclase, and albite).
Ca-plagioclase is the first to crystallize. It reacts with the melt to
become more sodium rich. (If reaction is not complete, a zoned
plagioclase crystal results which has a calcium-rich center and
sodium-rich edges).

This series of plagioclase minerals is called continuous because all

of the plagioclase minerals have the same crystal structure.
The minerals differ primarily in the proportions of calcium and sodium
present.
During the last stages of crystallization, potassium feldspar
(KAlSi308) crystallizes. Muscovite may also form. If the remaining
melt contains excess silica, quartz will crystallize.

Bowen's Reaction Series helps us to understand why certain

minerals tend to occur together in igneous rocks. For example,
the mafic rocks, basalt and gabbro tend to contain olivine, pyroxene,
and calcium-rich plagioclase feldspar. These are all minerals which
crystallize at high temperatures. As another example, felsic or sialic
rocks such as granite and rhyolite tend to contain quartz, potassium
feldspar, sodium-rich plagioclase feldspar, and sometimes muscovite.
These are minerals which crystallize at lower temperatures. The
minerals that ultimately form are controlled by the initial composition
of the magma.

Bowen's Reaction Series also helps us to understand why certain

minerals do NOT occur together in igneous rocks. For example,
olivine and quartz are unlikely to occur in the same igneous rock,
because olivine is a high temperature mineral, and quartz is a low
temperature mineral.
Bowen's Reaction Series also shows us that the range of igneous
rocks, from ultramafic to sialic (or felsic), can be produced by
the same original mafic magma. The magma changes as it cools.
As a magma cools, the early-formed crystals may settle to the bottom
of the magma chamber. This would produce a rock type at the
bottom of the magma chamber that is dominated by early-formed
minerals such as olivine, pyroxene, and calcic plagioclase (a mafic or
ultramafic rock). The remaining melt would be enriched in silica
(relative to its original composition), and may continue moving
upward toward the earth's surface. Crystal settling may occur
again, producing an intermediate rock. As the last remaining melt
moves toward the Earth's surface, it will crystallize to produce a sialic
or felsic rock. The removal of crystals from the magma by settling (or
other processes) is known as fractional crystallization.

The formation of several different rock types from one initial magma,
through separation of earlier-formed crystals, causing the magma to
evolve to become more silica-rich, is known as magmatic
differentiation. Magmatic differentiation can produce a variety of
types of igneous rocks through evolution of the original parent
magma.
 Reaksi Bowen

Terdiri dari dua seri: Kontinyu dan Diskontinyu.

Memperlihatkan stabilitas mineral pada temperatur dan tekanan tertentu.
Memperlihatkan perubahan komposisi magma dari Basa menuju Asam sebagai
fungsi penurunan temperatur dan tekanan.
Memberikan spekturm komposisi batuan beku
 Reaksi Bowen

Mineral yang terbentuk akan bereaksi

kembali dengan larutan pada penurunan
temperatur dan tekanan.
 Reaksi Bowen
Reaksi Bowen terdiri dari seri yang diskontinyu
dan yang kontinyu.

Seri diskontinyu menghasilkan feromagnesian

mineral, di mana setelah terbentuk setiap
mineral ini akan bereaksi kembali dengan
larutan sisa membentuk mineral dalam sekuen
yang berikutnya.

Dalam seri kontinyu meliputi proses transformasi

kristal feldspar plagioklas dengan pergantian
Calcium (Ca) dengan Sodium (Na).
Reaksi Bowen
Reaksi Bowen
Remember the Y-like shape !!
intermediate mafic

felsic
Reaksi Bowen dan Jenis Batuan Beku

Ultra Mafic

Basic

Intermedier

Felsic
Klasifikasi Batuan Beku
Klasifikasi Batuan Beku
The classification of igneous rocks. This graphic model describes the difference
between nine common igneous rocks based on texture of mineral grains, temperature
of crystallization, relative amounts of typical rock forming elements, and relative
proportions of silica and some common minerals
 Igneous Rock Identification
Magma
Soup Somewhat Intermediate
Grain Size Light Color Dark Color Environment
du' Light Color Color
Jour
Chunky Coarse--All GRANO- Magma cooled slowly deep
stew only minerals are GRANITE DIORITE GABBRO underground
(no broth) visible DIORITE
Fine--All
Magma cooled quickly at or
Broth only minerals are RHYOLITE DACITE ANDESITE BASALT near the Earth's surface
invisible

Both coarse
and fine--
Chunky
visible Magma first cooled slowly
soup
(noodles
minerals are RHYOLITE DACITE ANDESITE BASALT deep underground, and
then erupted to surface to
and
suspended
within
PORPHYRY PORPHYRY PORPHYRY PORPHYRY cool quickly.
broth)
invisible
mineral areas

Eruptive Extremely Very Less

Explosive Eruptive Behavior
Behavior Explosive Explosive Explosive
This This column
All rocks in this All rocks in this All rocks in this All rocks in this
column shows the
column are made column are made column are made column are made
shows various This column shows the
of minerals from of minerals from of minerals from of minerals from
what mineral sizes type of environment
Geologists (grain sizes) middle
the middle
the the top part of the top part needed to form specific
mineral sizes in rocks
' mean in that define part of Bowen's part of Bowen's Bowen's Reaction of Bowen's
plain different rock Series Reaction Series
Reaction Series Reaction Series
English types
 Average Compositions of Some Igneous Rocks
(expressed as weight percent oxides)

Peridotite Alkalic Thoeliitic Diorite- Granodiorite Granite-

(mantle) Basalt Basalt Andesite -Dacite Rhyolite

SiO2 44.82 44.30 49.58 58.17 64.25 71.30

TiO2 0.12 2.51 1.98 0.80 0.64 0.31

Al2O3 3.37 14.70 14.79 17.26 17.47 14.32

Fe2O3 0.94 3.94 3.38 3.07 1.46 1.21

FeO 8.00 7.50 8.03 4.17 2.91 1.64

MnO 0.13 0.16 0.18 0.14 0.07 0.05

MgO 39.19 8.54 7.30 3.23 2.03 0.71

CaO 3.19 10.19 10.36 6.93 5.14 1.84

Na2O 0.19 3.55 2.37 3.21 4.51 3.68

K2O 0.03 1.96 0.43 1.61 1.31 4.07

P2O5 0.01 0.74 0.24 0.20 0.14 0.07

H2O 0.04 1.20 0.91 1.24 0.20 0.64

Co2 0.03 0.18 0.03 0.05 0.01 0.08

Totals 100.06 99.57 99.58 100.08 100.14 99.94

 Proses Modifikasi Komposisi Magma
Komposisi magma dapat berubah dengan
berbagai cara. Pertama terbentuk sebagai
feromagnesian mineral yang mengendap pada
dasar dapur magma, menarik unsur besi dan
magnesium; memperkaya sisa magma dengan
unsur lainnya.

Asimilasi dengan batuan samping juga merubah

komposisi magma pada kondisi tertentu.

Pencampuran magma (magma mixing) juga dapat

merubah komposisi asal magma.