Anda di halaman 1dari 26

EPISTEMOLOGI FILSAFAT

PERENNIAL

STUDI ATAS PEMIKIRAN FRITHJOF


SCHUON (AS-SYAIKH ISA NURUDDIN AHMAD)
Oleh Halim Miftahul Khoiri, S. Fil
FRITHJOF SCHUON
Lahir di Basel, Swiss 18 Juni 1907
Telah terbiasa dengan teks-teks sakral
agama-agama dan filsafat tradisional
sejak kecil: Veda, Baghavad Gita,
Upanishad, al-Quran, Injil, karya-karya
Plato, Emerson, Goethe, Schiller,
Meister Eckhart
Kristen Evangelik Katolik Islam
Filsuf, Sufi, Pelukis, Penyair
Menguasai beberapa bahasa: Prancis,
Jerman, Inggris, Arab, Italia, Sansekerta,
Latin, Spanyol, Lakota, Yunani
Mempunyai lebih dari 40 karya tulis.
Wafat pada tanggal 5 Mei 1998 di
Schuon seems like the cosmic intellect
itself impregnated by the energy of divine
grace surveying the whole of the reality
surrounding man and elucidating all the
concerns of human existence in the light
of sacred knowledge
Nasr in Knowledge and the Sacred
Schuon terasa seperti intelek kosmik
sendiri yang dikandung oleh berkah ilahi. Ia
mampu mengamati semua realitas yang
mengelilingi manusia dan mengutarakan
semua perhatian keberadaan manusia
dengan bantuan/sinaran pengetahuan
sakral
-Nasr dalam Knowledge and the Sacred
Filsafat Perennial
Filsafat atau philosophia atau cinta
kebijaksanaan adalah ilmu pengetahuan
tentang semua prinsip-prinsip
fundamental yang dioperasikan oleh
intelek dan bukan hanya akal pikiran dan
demikian, esensinya adalah keyakinan,
bukan keraguan.
Filsafat Perennial adalah filsafat yang
berdasarkan Spirit yang ditemukan
dalam inteleksi murni yang bisa
diaktualisasikan oleh Teks sakral tertentu
Filsafat Perennial
Istilah lain Filsafat Istilah Filsafat Perennial
Perennial Secara Umum dalam Berbagai Tradisi
Sophia Sanata
Perenni na
s Dharma

Scientia Esoteris Akalika


Lex
Dhamm
Sacra m Aterna
a

Al-
Hikmah
Tasaww Spiritua Din al-
al-
uf lity Haqq
Khalida
h
The Greek Miracle is in fact the
substitution of reason for Intellect, of the
fact for the Principle, of the phenomenon
for the Idea, of the accident for the
Substance, of the form for the Essence, of
man for God
-Frithjof Schuon in Sufism Veil and
Quintessence
ELEMEN ESENSIAL FILSAFAT PERENNIAL

1. Doktrin Metafisika & Jalan Spiritual


Kosmologi

2. Kemuliaan Spiritual
Di Dalam Diri Manusia (Virtue)

3. Pemujaan (Prayer)
Perjalanan Spiritual

Di Luar Diri Manusia 4 Keindahan (Beauty)


Elemen Pertama: Kebenaran
Metafisis
al-
Dzat
Allah
Jabar
ut
Malak
ut
Nasut
Elemen Kedua: Kemuliaan
Spiritual
Pembagian Kemuliaan Inti Kemuliaan
Spiritual Spiritual

Veracity / al-Shidq Humility


Melihat al-Haqq dan Manusia bukan Tuhan
membiarkan diri Manusia bukan apa-
terserap oleh cahaya- apa di hadapan Tuhan
Sincerity
Nya / al-
Ikhlash Charity
Menjauhkan diri dari Manusia diciptakan
yang bertentangan dalam citra Tuhan
dengan kebenaran Mencintai Kebaikan
Melaksanakan semua Agung (Sovereign
yang bersesuaian Good)
dengan kebenaran
Elemen Ketiga: Keindahan

Keindahan formal akan mendukung


perjalanan spiritual manusia
Keindahan adalah simbolisme (ayat)
Ditentukan oleh obyek: sejauhmana
obyek hendak membuka dirinya
kepada subyek
Ditentukan oleh subyek: sejauhmana
kemampuan subyek dalam
menerima dan mempersepsi
keindahan
Elemen Keempat: Pemujaan
(Prayer)
Pemujaan Pribadi Pemujaan
(Doa Personal) Kanonik
(Ritual
Ibadah)
Manusia
Manusia yang
sebagai Sesunggu
Individu hnya /
Universal

Intelegens
i Manusia Tuhan

Pemujaan Meditatif Pemujaan


(Meditasi/Tafakkur) Invokatif
(Dzikir)
Epistemologi Filsafat
Perennial

O Allah, show us things as they


are Muhammad SAW.
Knowledge of the substance is
the substance of the knowledge
Frithjof Schuon
Epistemologi Filsafat
Perennial
Epistemologi To be Man is to know
adalah ilmu Manusia berpikir
tentang tentang segala
sesuatu tentang
pengetahuan
sesuatu yang penting
wujud apa adanya tentang satu-
(Ontologi) satunya yang penting
Tanpa Ontologi, Intelegensi manusia-
Epistemologi tidak lah yang mengerti dan
ada artinya. sejatinya ia bukan
milik manusia,
melainkan milik
Tuhan, Wallahu Alim
Epistemologi Filsafat
Perennial
esensi epistemologi adalah kecakapan yang
membentuk akal pikiran yang cukup dan
kemampuan intelegensi sendiri, atau dengan
kata lain pengetahuan terserah apapun yang
mungkin dikatakan oleh agnostik. Menyatakan
kecakapan sama dengan menyatakan
prefigurasi dan segala hal yang bisa diketahui
yang telah imanen dalam diri subyek yang
mengetahui atau dalam diri subyek yang
memang ditakdirkan untuk mengetahui
Frithjof Schuon dalam Transcendent Unity of
Religions 56
Triple Nature of Man
Chit

Sat
Ananda
Inteleg Perasaa Kehend
ensi n ak
Intelligence

Supra-Rational Rational
Intelligence Intelligence
Intellect/Immanent Reason / Mind
Intelect / Heart- It is a prolongation
Knowledge of intellect in the
Direct access to al- direction of world
Ayan al-Thabitah / of sensorial
Divine Knowledge / phenomena
Metacosmic
Intellect
Sentiment

Love
Sentim (the true, the
Soul holy, the
ent beautiful, the
noble)

Supra-
Natural
Natural
Love of
Love of
God
God
Will

It is Free as
consequence of the
total intelligence The main content of
It is objective for this willing is
goodness and it is prayer, the
not for evil response to God
Every goodness is Frithjof Schuon
derived from the
Sovereign Good
Its negative mode
is primary than its
DWI SUMBER
PENGETAHUAN
Intellection Revelation
Aktivitas intelegensi Inteleksi kolektif
yang terjadi pada dalam skala besar
individu dan untuk sebagai kompensasi
individu bermula dari atas ketiadaan
intelek imanen yang inteleksi individual
melihat sesuatu apa pada seluruh manusia
adanya yang mengingat hanya
kemudian beberapa individu saja
memancarkan yang bisa melakukan
cahayanya kepada inteleksi
akal pikiran
'The quintessence of the world is man. The
quintessence of man is religion. The
quintessence of religion is prayer. The
quintessence of prayer is invocation. Here
lies the meaning of the Quranic verse: The
invocation of God is greater [than anything
else]. If man had no more than a few
instants to live, he would no longer be able
to do anything but invoke God. He would
thereby fulfill all the demands of prayer, of
religion, of the human state' Frithjof
Schuon
Why Perennial Philosophy?
Is this something new?
An answer from tradition for the
divine human encountering:

1. Pseudo-spiritualism
2. Modernism

What is tradition?
Perennial philosophy so that?
Those of and influenced by Perennial
Philosophy

Rene Guenon, Seyyed Hossein Nasr,


William Chittick, Sachiko Murata,
Martin Lings, Huston Smith, Abdul
Halim Mahmud.
Ananda K. Coomaraswamy,
Shankaracharya of Kanchi,
D.T. Suzuki, Chikao Eujisawa, Swami
Ramdas, the Maharshi, L. Schaya,
Henri De Lubac, Bernard Kelly, Thomas
Merton ...
Sum quia est esse, sum ergo
oro -Frithjof Schuon

Anda mungkin juga menyukai