Anda di halaman 1dari 19

KERUSAKAN AWAL

PERKERASAN JALAN

BANDUNG, 29 NOVEMBER 2016

GATOT SOERJATMODJO
Pendahuluan
banyaknya ditemui kerusakan perkerasan jalan lebih awal seperti
dimusim hujan seperti sekarang ini banyak lapis perkerasan jalan
sering mengalami kerusakan atau kegagalan sebelum mencapai
umur rencana

Kegagalan fungsional adalah apabila perkerasan tidak dapat


berfungsi lagi sesuai dengan yang direncanakan dan menyebabkan
ketidak nyamanan bagi pengguna jalan. Sedangkan kegagalan
structural terjadi ditandai dengan adanya kerusakan pada satu
atau lebih bagian dari struktur perkerasan jalan yang disebabkan
lapisan tanah dasar yang tidak stabil, beban lalu lintas, kelelahan
permukaan dan pengaruh kondisi lingkungan sekitar
Kajian Pustaka

Perkerasan jalan terdiri :

campuran aspal dan agregat,


jumlah aspal dan kualitas sangat menentukan kualitas
suhu pada waktu pencampuran, penghamparan dan
suhu pada waktu pemadatan.
kekurangan kadar aspal, maka agregate terselimuti aspal
sangat tipis, sehingga pengerasan lebih besar, akibanya
jalan mudah retak
lanjutan

Kurangnya pemadatan/alat pemadat


tidak sesuai dgn yang dibutuhkan,
sehingga kepadatan maksimal tidak
tercapai.

Kepadatan erat berhubungan antara


rongga diantara agregat. Besarnya
rongga berhubungan dengan
pengerasan (nilai penetrasi aspal.
Pengaruh tebal lapisan aspal
terhadap pelapukan aspal
Tebal lapisan aspal
yang menyelimuti
agregat sangat
berpengaruh terhadap
kecepatan pelapukan
aspal (aging index),
semakin tipis lapisan
aspal yang
menyelimuti agregat
(kadar aspal rendah),
maka index pelapukan
menjadi besar,
sehingga umur
pelayanan akan
menjadi rendah.
Pengaruh penetrasi aspal
terhadap waktu pelayanan

A = perkerasan yang
sesuai dengan hasil dari
JMF dan
pelakasanaannya yang
baik
B = Perkerasan dengan
kadar rongga yang besar
sebagai akibat dari
rendahnya kadar aspal
C = Campuran beraspal
yg tidak memenuhi
persyaratan baik kadar
aspal maupun
pelaksanaannya
D = Perkerasan dengan
temperatur yang terlalu
panas.
Selain kadar aspal, temperatur dan cara pelaksanaan juga
sangat mempengaruhi kecepatan pengerasan aspal
(kecepatan penurunan nilai penetrasi aspal) pada perkerasan
sehingga perkerasan jalan akan cepat mengalami kerusakan.
Hal ini tidak akan terjadi bila pelaksanaan pekerjaan
pengaspalan sesuai dengan Job Mix Formula (JMF) dan
pemadatannya sesuai dengan kebutuhan (contoh A),
sedangkan pada contoh C cepat sekali mengalami penurunan
nilai penetrasi atau cepat mengalami pengerasan akibat
oksidasi, dikarenakan rendahnya kadar aspal, besarnya
rongga pada pekerasan karena pelaksanaan yang tidak sesuai.
ANALISA
Kerusakan yang terjadi pada Musim Hujan

a. Lepas Butir yaitu lepasnya satu sama lain butir-butir batuan agregat yang
terselimuti aspal.
b. Pada Butir yang masih menempel (belum lepas) atau yang sudah lepas
memperlihatkan sbb:
Ada bagian-bagian yang tidak terselimuti aspal.
Aspal yang menyelimutinya mudah terkelupas.
Pada beberapa bagian, butiran mudah lepas ketika dicongkel.
Pada beberapa bagian (spot-spot) butiran yang terselimuti aspal yang
berwarna kecoklatan.
c. Retak-retak dari yang halus sampai retak buaya.
d. Lubang yang sisi-sisinya hampir tegak lurus.
e. Lokasi butiran yang lepas membentuk lobang-lobang
Analisa terhadap bentuk Kerusakan
1. Lepas butir dengan bentuk kenampakan :
a. Ada yang tidak terselimuti aspal dapat karena:
viskositas aspal terlalu kental (aspal kurang panas ketika
disemprotkan ke pugmill).
kekurangan aspal.
b. Aspal yang menyelimutinya mudah terkelupas atau antar butir
mudah lepas,
karena kurangnya ikatan antara aspal dengan agregat (adhesi)
atau ikatan antar aspal (kohesi), keduanya akibat aspal kurang
lengket.
agregat mengandung lempung (swelling material).
c. Warna kecoklatan pada aspal karena aspal overheating atau
terbakar (walau suhu pemanasan rendah).
2. Bercak-bercak (spot-spot) aspal
pada Beton Aspal

a. diakibatkan oleh viskositas aspal


yang masih kental sebab suhu
pemanasan aspal tidak tercapai
untuk mencapai viskositas yang
cukup untuk menyelimuti seluruh
permukaan agregat.
b. pada bagian lain pada beton aspal
lain akan kurang aspal.
3. Retak-retak halus yang menyebar karena:

a. Aspal terlalu kaku akibat terlalu banyak aspaltene,


dapat karena overheating atau terbakar.
b. Aspal mengandung bahan seperti Lilin (Parafinic
Wax) yang tidak mampu terlihat pada pengujian
(Microcristalin Wax atau Wax rantai panjang dari
proses pengolahan batu bara jadi minyak).
c. Digelar pada kondisi yang sudah relatif dingin &
agregat mengandung lempung (swelling material)

4. Lubang adalah dampak final kerusakan yang terjadi


dari tahap-tahap yang disebut di atas.
Sumber Masalah yang terjadi pada
Perkerasan Beton Aspal
1. Material yang digunakan :
a. Agregat yang berfungsi untuk mendukung kekuatan beton aspal supaya
memiliki kekuatan struktural.
b. Binder (Aspal) yang berfungsi untuk merekatkan agregat satu sama lain.
2. Pengerjaan Pelaksanaan yang terdiri :
a. Pengolahan di AMP yang terdiri dari :
Penanganan terhadap Aspal terutama pada tanki Aspal
Penanganan dan Pemanasan Agregat
Pencampuran di Pugmill
b. Transportasi dari AMP ke lokasi penggelaran.
c. Kegiatan Penggelaran & pemadatan sampai menjadi Beton Aspal.
PEMBAHASAN
Hasil Pengujian Ekstraksi
No. Kadar Aspal Penetrasi Kondisi Kepadatan
(%)

C-1 3.06 36 Rusak Cukup Baik


C-2 3.9 32 Rusak Cukup Baik
C-3 4.57 26 Rusak Kurang Baik
C-4 4.77 31 Rusak Cukup Baik
C-5 5.2 36 Rusak Cukup Baik
C-6 5.6 43 Baik Baik
Contoh diambil beberapa di Jawa Barat, di lokasi yang
mengalami kerusakan lebih awal dan pada perkerasan yang
masih baik. Dari sampel perkerasan tersebut diperiksa dengan
cara ekstrasi untuk menentukan kadar aspal, distilasi untuk
menentukan mutu aspal (penetrasi, titik lembek, daktilitas).

Untuk mengetahui salah satu faktor penyebab kerusakan


awal, dilakukan pengujian ekstrasi, untuk mengetahui kadar
aspal campuran apakah sesuai dengan kadar aspal pada Job
Mix Formula (JMF).
Hasil Pengujian Kadar Aspal dan Nilai Daktilitas

Kadar Aspal (%) Daktilitas (Cm) Kondisi Perkerasan

3.06 80 Sedikit Rusak


3.9 40 Rusak Parah
4.57 86 Rusak Ringan
4.77 46 Rusak
5.2 62 Rusak Ringan
5.6 >100 Baik
Pengaruh kadar aspal terhadap nilai
daktilitas aspal hasil ekstraksi
Kadar aspal hasil Job Mix Formula adalah 5,6
% disini terlihat bila kadar aspal tinggi,
pelaksanaan baik maka aspal masih cukup
elastis karena adanya pelapukan akan
menjadikan penetrasi aspal menjadi rendah
atau keras sampai kaku. Pada hasil ini juga
terlihat kadar aspal yang rendah (3,06 %)
menghasilkan nilai daktilitas yang lebih
besar (80 cm), bila pemadatan sesuai
persyaratan dibandingkan dengan dari
perkerasan dengan kadar aspal 3.9 % (40
cm) dapat disebabkan temperatur
pencampuran yang terlalu tinggi sehingga
menyebabkan berubahnya sifat aspal (kaku).
KESIMPULAN
Untuk mendapatkan umur pelayanan sesuai
dengan rencana maka harus diperhatian :

1. Kadar aspal harus sesuai dengan JMF.


2. Gradasi dan kualitas agregat harus sesuai
dengan persyaratan.
3. Waktu pelaksanaan pencampuran, temperatur
pencampuran maupun temperatur pemadatan
sesuai dengan yang diperoleh dilaboratorium.
4. Jumlah lintasan pemadatan, tipe pemadat
disesuaikan dengan kebutuhan
5. Kebersihan bahan (material)
6. Besarnya kepadatan campuran beraspal akan
mempengaruhi kinerja campuran, yang
mengakibatkan kecepatan pelapukan.
SARAN
Untuk Campuran Perkerasan perlu diperhatikan dalam
Pengawasan :

Mutu aspal, agregat dan gradasi agregat, Kadar aspal (hasil


Job Mix Formula) yang akan mempengaruhi tebal lapisan
aspal, Pemadatan (jumlah lintasan dan tipe pemadat) akan
mempengaruhi besarnya rongga udara (kepadatan lebih besar
dari 95% kepadatan di laboratorium)
TERIMA KASIH
Semoga Bermanfaat

Anda mungkin juga menyukai