Anda di halaman 1dari 53

DISUSUN OLEH:

Rainy Nuramalis Solihin


12100116195

PRESEPTOR:
Hj. Yeni Andayani, dr., SpA., M. Kes
.

SMF ILMU KESEHATAN ANAK


RS ISLAM AL-ISLAM BANDUNG
P3D FK UNISBA
2017
SYOK
kegagalan sirkulasi akut dengan ketidakadekuatan perfusi jaringan
yang menghasilkan hipoksia secara umum. Terjadi karena adanya
gangguan system kardiovaskular dan ketidakadekuatan kompensasi
untuk mempertahankan perfusi jaringan.
KLASIFIKASI SYOK
Syok kardiogenik
Ketidak mampuan jantung mengalirkan cukup darah ke jaringan

Syok hipovolemik
Berkurangnya volume sirkulasi darah

Syok obstruktif
Gangguan kontraksi jantung akibat di luar jantung, disebabkan
adanya hambatan mekanik(cardiac tamponade,
pneumothotak, massive pulmonaryemboli)

Syok distributif
Disebabkan oleh maldistribusi aliran darah karena adanya
vasodilatasi perifer sehingga volume darah yang bersirkulasi
secara efektif tidak memadai untuk perfusi jaringan
Syok neurogenik
Syok anafilaksis
Syok sepsis
SYOK ANAFILAKSIS

Mengarah kepada
hipotensi w/wo
penurunan
kesadaran
Akut
Reaksi
hipersensitifitas
HIPERSENSITIVITAS

Definisi
respon imunitas yang berlebihan sehingga
menyebabkan kerugian pada seseorang.

Klasifikasi (Gell dan Coombs)


Tipe I hipersensitif anafilaktik.
Tipe II hipersensitif sitotoksik yang bergantung
antibodi.
Tipe III hipersensitif yang diperani kompleks
imun
Tipe IV hipersensitif cell-mediated (hipersensitif
tipe lambat)
DEFINISI
Anaphylaxis :
reaksi alergi akut dan menyeluruh dengan melibatkan beberapa
system organ, biasanya kardiovaskular, respirasi, kutaneus dan
gastrointestinal.
Reaksi dimediasi secara imunologi termasuk reaksi Hipersensivitas
Tipe I. termediasi oleh Immunoglobulin E (IgE)

Syok anafilaksis (Terjadinya hipotensi)

ANAPHYLACTOID REACTION :
reaksi yang secara klinis maupun patologis identik dengan
anaphylaxis namun tanpa keterlibatan IgE antibody dan allergen.
SYOK ANAFILAKSIS
GAMBARAN UMUM

Terjadinya acute IgE-mediated reaction secara


simultan pada beberapa organ.

Allergen yang menyebabkan, biasanya adalah


obat, bisa dari serangga, atau makanan.

Reaksi dapat terjadi dalam 15-20 menit; berpotensi


untuk menjadi fatal. (detik hingga menit)

Generalized vasodilatation of arteriols dan


peningkatan permeabilitas vascular hypotensi
dan shock.
Epidemiologi
75.1 per 100.000 anak per tahun pada umur 9
tahun

65.2 per 100.000 anak per tahun pada umur 10-


19 tahun

Anafilaksis muncul lebih sering pada anak laki-


laki hingga rata-rata umur 15 tahun

Pada perempuan terjadi hingga dewasa.

Gejala pada kulit (100%), pernapasan (69%), oral


dan gastroeintestinal (24%), dan kardiovaskuler
(41%).
ETIOLOGI
Makanan: susu, telur, gandum, kedelai, ikan,
kerang, kacang tanah, kacang pohon.

Obat-obatan: antibiotik (penisilin, sefalosporin),


anestesi lokal (lidokain), analgesik (aspirin, NSAID
[parasetamol, ibuprofen], opiat [kodein, morfin],
dekstran, media radiokontras)

Biologis: racun hewan (sengatan lebah, semut


atau gigitan ular), darah dan produk darah,
vaksin, dan ekstrak alergen)

Pengawet dan aditif: metabisulfit, MSG.

Lainnya: lateks, idiopatik


Patofisiologi
Patofisiologi
MANIFESTASI KLINIS
Pernapasan:

1. Shortness of breath increased respiratory rate.

2. Wheezing

3. Kejang yang disebabkan karena hypoxia.

4. Cyanosis (gejala lanjut)

5. Gagal nafas, batuk, serak, stridor dan difagia yang disebabkan oleh
edema laring, bersin, rinorhea, asma, rasa tercekik.

Kulit dan mata:

urtikaria, angiodema, obstruksi respirasi sampai dengan kolaps pembuluh


darah, edema konjungtiva
Masalah Circulation dan cardiovaskular:

pucat dan dingin.

Nadi ireguler dan tidak teraba

Takikardi.

hypotension

kesadaran turun atau hilang

aritmia, gagal jantung, iskemia, stroke, bahkan sampai kematian(


cardiac arrest)

Gastrointestinal

Nyeri perut dan terkadang nausea atau diarrhea.


DIAGNOSIS
Anamnesa: onset, terapi yang sudah
diberikan, lama serangan, riwayat
penggunaan obat 6 jam terakhir,
riwayat keluarga, makanan, gigitan
binatang, atau transfusi yang
menyebabkan alergi, riwayat atopi.

Pemeriksaan fisik : hipotensi, nadi


cepat ireguler, hipotermia,takipneu

Pemeriksaan laboratorium :
hematologi rutin, kadar eosinofil dan
histamin yang tinggi, rendahnya
serum komplemen

Imunologic diagnostic:
- skin test (cutaneous prick method,
Intradermal testing),
- RAST (radioallergosorbent test)
Kriteria diagnostik anafilaksis
Onset akut dengan ketrlibatan kulit atau mukosa, atau keduanya
(urtikaria, pruritus, kemerahan, pembengkakan pada bibir, lidah dan
uvula) dan ditemukan salah satu dari :
Gangguan sistem respirasi (dyspnea, wheezing,bronkhospasme, stridor,
hipoksemia, peak expiratory flow)
Tekanan darah
Gejala gagal organ (hipotonia, sinkop, inkontinensia)

Terdapat 2 atau lebih gejala, yang terjadi segera sesudah paparan


alergen :
Keterlibatan kulit dan mukosa
Gangguan sistem respirasi
Gangguan GI yang bersifat persisten (nyeri abdomen, muntah)
Penurunan tekanan darah

Tekanan darah turun dengan kriteria tertentu :


Bayi dan anak apabila ditemukan TDS rendah sesuai usia atau TDS
berkurang <30%
Klasifikasi Anafilaksis
DIAGNOSIS BANDING
Hentikan obat, identifikasi obat yang diduga
menyebabkan reaksi anafilaksis
Torniquet, pasang torniquet di bagian proksimal
daerah masuknya obat atau sengatan hewan
longgarkan 1-2 menitn tiap 10 menit.
Posisi, tidurkan dengan posisi Trandelenberg,
kaki lebih tinggi dari kepala (posisi shock)
dengan alas keras.
Bebaskan airway, bila obstruksi intubasi-
cricotyrotomi-tracheostomi
Oksigen, melalui hidung atau mulut 5-10 liter
/menit bila tidak persiapkan dari mulut ke mulut
Pasang cathether intra vena (infus) dengan
cairan elektrolit seimbang atau Nacl fisiologis,
0,5-1liter dalam 30 menit (dosis dewasa)
monitoring dengan Tensi dan produksi urine
Pertahankan tekanan darah sistole >100mmHg
diberikan 2-3L/m2 luas tubuh /24 jam Bila 100
mmHg 500 cc/ 1 Jam
Bila perlu pasang CVP
Algoritma
Keterangan: Pada umumnya penderita
berespons pada 1 atau 2 dosis
Kondisi yang mengancam jiwa: pemberian

Airway: bengkak, suara serak, Cairan infus diberikan kristaloid 20


stridor mL/kgBB. Koloid tidak boleh diberikan
karena dapat menjadi penyebab
Breathing: takipnea, wheezing, reaksi Anafilaksis
fatigue, sianosis, SpO2 <92%,
confusion Klorfeniramin i.m. atau i.v. lambat
dengan dosis 12 mg/kgBB/kali maks.
Circulation: pucat, telapak tangan 50 mg i.v. atau p.o.
lembap (clammy), tekanan darah
rendah, pingsan, koma Hidrokortison i.m. atau i.v. lambat
dengan dosis 4 mg/kgBB/kali maks.
Adrenalin pengenceran 1:1.000 100 mg i.v. atau
(dapat diulangi setiap 515 mnt jika
tidak ada perbaikan), tempat prednison 1 mg/kgBB dosis maks. 60
penyuntikan terbaik pada daerah 80 mg p.o. atau
anterolateral paha tengah. Dosis
diberikan berdasarkan BB: metilprednisolon dengan dosis 1
mg/kgBB dengan dosis maks. 6080
Dosis 0,01 mg/kgBB secara i.m. (1 mg i.v.
mg/mL), maks. 0,3 mg.
Adrenalin 1:1000, 0,3 0,5 ml SC/IM lengan atas,
paha, sekitar lesi pada venom
Dapat diulang 2-3 x dengan selang waktu 15-30
menit
Pemberian IV pada stadium terminal /pemberian
dengan dosis1 ml gagal , 1:1000 dilarutkan
dalam 9 ml garam fisiologis diberikan 1-2 ml
selama 5-20 menit (anak 0,1 cc/kg BB)
Diphenhidramin IV pelan (+ 20 detik ) ,IM atau
PO (1-2 mg/kg BB) sampai 50 mg dosis tunggal,
PO dapat dilanjutkan tiap 6 jam selama 48 jam,
bila tetap sesak + hipotensi segera rujuk, (anak
:1-2 mg /kgBB/ IV) maximal 200mg IV

Aminophilin, bila ada spasme bronchus beri 4-6


mg/ kg BB dilarutkan dalam 10 ml garam faali
atau D5
IV selama 20 menit dilanjutkan 0,2 1,2
mg/kg/jam IV.
Corticosteroid 5-20 mg/kg BB dilanjutkan 2-5
mg/kg selama 4-6 jam, pemberian selama 72
jam
Hidrocortison IV, beri cimetidin 300mg setelah 3-5
menit Monitoring
Observasi ketat selama 24 jam, 6jam
berturut-turut tiap 2 jam sampai
keadaan fungsi membaik
KOMPLIKASI
Kematian untuk laryngeal edema, respiratory
failure, shock, atau cardiac arrhytmia terjadi dalam
menit setelah onset pada reaksi

Kerusakan otak permanen dari hypoxia pada


respiratory atau cardiovascular failure.

Urticaria dan angioedema mungkin terjadi


berulang untuk beberapa bulan setelah penicillin
anaphylaxis

Myocardial infraction

dan renal failure


Pencegahan
Mencegah reaksi ulang

Anamnesa penyakit alergi px sebelum terapi diberikan


(obat,makanan,atopik)

Lakukan skin test bila perlu

Encerkan obat bila pemberian dengan SC/ID/IM/IV dan


observasi selama pemberian

Catat obat px pada status yang menyebabkan alergi

Hindari obat-obat yang sering menyebabkan syok


anafilaktik.

Desensitisasi alergen spesifik

Edukasi px supaya menghindari makanan atau obat yang


menyebabkan alergi

Bersiaga selalu bila melakukan injeksi dengan emergency kit


PROGNOSIS

Jika ditangani secara tepat diharapkan pasien


sembuh dengan total.

Severe anaphylaxispasien dapat meninggal


karena BP(shock) atau respiratory dan cardiac
arrest.
SYOK SEPSIS
Sepsis, sindroma sepsis maupun syok septik
merupakan salah satu penyebab kematian yang
penting pada anak, dengan kematian tertinggi
terjadi pada infant.
EPIDEMIOLOGI
berdasarkan data dari Centers for Disease
Control and Prevention di USA, sepsis adalah
penyakit penyebab kematian kedua dalam
pasien serangan jantung di ICU, dan masuk
dalam 10 besar yang menyebabkan kematian
dari keseluruhan penyakit

penyebab kematian utama pasien ICU secara


umum, dengan rata-rata kematian 20% untuk
sepsis, 40% untuk sepsis berat, dan >60% untuk
syok sepsis.
DEFINISI
Sepsis

SIRS ditambah dengan persangkaan atau bukti suatu infeksi

SIRS (systemic inflammatory response syndrome)

Terdapat paling sedikit 2 dari 4 kriteria, antara lain 1 harus berupa


abnormalitas suhu atau hitung leukosit:

Suhu perifer >38,5 C atau <36 C

Takikardia atau pada anak <1 th: bradikardia

Frekuensi napas rata-rata >2 SD di atas nilai normal sesuai usia atau
menggunakan ventilasi mekanik untuk suatu proses akut yang tidak
berhubungan dengan penyakit neuromuskular akut atau mendapat
anestesi umum

Hitung leukosit atau sesuai usia (tidak karena pengaruh kemoterapi)


atau >10% neutrofil imatur
Syok septik

Sepsis dan disfungsi organ kardiovaskular


Etiologi
Mayoritas kasus sepsis disebabkan oleh infeksi
bakteri, beberapa disebabkan oleh infeksi jamur,
dan sangat jarang disebabkan oleh penyebab
lain (virus dan protozoa)
Faktor Resiko
Infant.

Anak dengan luka yang serius.

Anak dalam masa pengobatan antibakteri yang


lama.

Anak yang memiliki penyakit kronik.

Anak yang memiliki supresi imun.

Bayi dan anak-anak dengan luka bakar.

Bayi dan anak-anak dengan keganasan hematologi


dan solid-organ (sebelum atau selama pengobatan)
akan meningkatkan risiko untuk SIRS dari berbagai
besar organisme.

Neonatus, bayi, dan anak-anak yang dirawat di


rumah sakit (terutama di unit perawatan intensif [ICU].
Tingkatan Sepsis
Patogenesis
Diagnosis
Diagnosis untuk sepsis: 2 atau lebih tanda dari
SIRS

Adanya tanda infeksi, dapat dibuktikan melalui:


Kultur dari cairan tubuh (darah, urin,
cerebrospinal fluid, dll.)

Foto Thorax

disfungsi organ kardiovaskular

Jika sudah mencapai tahap Multiorgan


Dysfunction Syndrome (MODS) bisa terdapat
meningitis, pnemonia, arthritis, atau
pyelonephritis.
Kriteria diagnosis sepsis pada penderita pediatri :

terdapat tanda dan gejala klinis inflamasi


dengan infeksi disertai hiper atau hipotermia
(temperatur rektal >38,5 C atau <35 C)

takikardia (pada penderita hipotermia dapat


tidak ditemukan)

terdapat min. satu dari tanda gangguan fungsi


organ: perubahan status mental, hipoksemia,
laktat serum , bounding pulse
Hasil Laboratorium
Adanya tanda hematologic abnormalities
(trombocytopenia, anemia, prolonged
prothrombin, peningkatan neutrofil, peningkatan
sel immature (bands, myelocytes, promyelocyte)

Hyperglyemia atau hypoglycemia

Gangguang elektrolit (hypocalcemia,


hypoalbumineia, metabolic asidosis)
TATALAKSANA TERAPI SYOK
SEPSIS
Pernapasan

Mempertahankan pernapasan dengan oksigen yang


cukup merupakan langkah awal tata laksana setiap
kegawatan. Sebagian kasus dengan syok septik
membutuhkan topangan ventilator
Cairan resusitasi

Resusitasi cairan dilakukan dengan bolus


kristaloid sebanyak 20 hingga 60 mL/kg dalam
10 menit sambil mengevaluasi ada tidaknya
kelebihan cairan. Bila ditemukan tanda
kelebihan cairan, pemberian cairan resusitasi
dihentikan.

Pemberian koloid dapat dipertimbangkan bila


kebutuhan cairan resusitasi sangat besar.

Pemeriksaan gula darah harus rutin dikerjakan


dan jika terdapat hipoglikemia harus segera
dikoreksi.
Inotropik dan obat vasoaktif

Bila syok belum teratasi dengan pemberian cairan


yang adekuat, maka dapat digunakan obat-
obatan inotropik dan vasoaktif.

Anak dengan penurunan curah jantung dan


peningkatan resistensi vaskular sistemik (akral
dingin, penurunan produksi urine dan tekanan
darah yang normal setelah resusitasi cairan).
Dobutamin merupakan pilihan utama.

Bila setelah dobutamin tidak ada perubahan


maka dapat ditambahkan vasodilator.

Jika curah jantung belum cukup namun tekanan


darah masih normal dapat dipertimbangkan
pemberian epinefrin, vasodilator dan inhibitor
fosfodiesterase.
Eradikasi infeksi

Sepsis hanya dapat diatasi jika kuman penyebab


infeksi dapat dieradikasi. Pemberian antibiotika
yang tepat untuk menghilangkan sumber infeksi
sangat penting.
International Guidelines for Management of Severe
Sepsis and Septik Shock merekomendasikan target
tatalaksana yang sudah harus dilaksanakan dalam
jangka waktu tertentu:
Tujuan yang diharapkan dalam 6 jam awal
resusitasi:

Tekanan vena sentral 812 mmHg

Mean arterial pressure (MAP) 65 mmHg

Output urin 0,5 mL/kgBB/jam

Vena sentral (vena kava superior) atau mixed


venous oxygen saturation 70% atau 65%

Penderita dengan laktat target resusitasi


adalah nilai laktat yang normal.
Prognosis
Angka kematian sepsis pada neonatal dan pediatric sebesar
10%.

Angka kematian pada septic shock bergantung pada


tempat infeksi, bakteri patogen, adanya MODS, dan respon
sistem imun.

Severe sepsis dapat menyebabkan kematian pada anak.

untuk memperkirakan derajat berat suatu sepsis sampai risiko


kematian, sementara pada anak terdapat pediatric risk of
mortality (PRISM) scoring system.
Daftar pustaka
Reginald G, Jacqueline S. Clinical Immunology. 1st ed. 1999. E-Book. USA,
Texas: Landes Medical. Chapter Hypersensitivity Reaction.

Roitt IM. Essential immunology. Oxford: Blackwell Scioentific, 6th ed 1988.

Kliegman, Nelson Textbook of Pediatrics. 2007. 18th ed. USA, Saunders.

Silbernarg S, Lang F. Color Atlas of Pathophysiology. 5th ed. 2000. New York:
Thieme. Chapter Hypersensitivity Reaction.

Jeffrey FL, Richard GB. Pediatric Anaphylaxis. 2010. [Dokumen dari Internet].
Tersedia dari: http: www. emedicine.medscape.com/article/799744-
overview#showall

McCance, Huether. Pathophysiology: The Biologic Basic for Disease in


Adults and Children. Edisi ke-5. USA : Elsevier Mosby ; 2006.

Nataprawira HM, Garna H. Pedoman Diagnosis dan Terapi. Edisi 5. 2014.


Departemen/SMF Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Padjadjaran.

Soesanti F, Soebadi A, Pardede SO, Djer MM, Ambarsari CG. Tatalaksana


Berbagai Keadaan Gawat Darurat pada Anak. 2013. Departemen Ilmu
Kesehatan Anak FKUI-RSCM.

American College of Critical Care Medicine. Management of Pediatric


Sepsis. 2013.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai