Anda di halaman 1dari 26

Pre / post test

1. Secara umum hepatitis dibagi dalam .. Tipe


a. 3 b. 4 c. 5 d. 6
2. Zat yang dapat menyebabkan terjadinya sirosis hepatis adalah
a. alkohol b. kopi c. Soda d. teh
3. Asam amino yang diutamakan pada penderita sirosis hepatis
adalah
a. rantai pendek b. rantai cabang
c. Aromatik d. Esensial
4. Berdasarkan hasil penelitian, bahan makanan yang dapat
meningkatkan albumin pada penderita penyakit hati adalah...
a. Alkohol b. Tempe
c. Kedelai d. Susu
5. Jika terdapat asites atau udema pada pasien dengan penyakit hati,
maka asupan cairan maksimal per 24 jam adalah..
a. 500 ml b. 600 ml c. 900 ml d. 1 liter
TATALAKSANA DIET PADA
HEPATITIS DAN SIROSIS
HEPATIS

POLTEKKES JAKARTA III


2017
ANATOMI
Hati merupakan kelenjar yang terbesar dalam tubuh
manusia.
Hati merupakan pusat dari metabolisme seluruh tubuh,
merupakan sumber energi tubuh sebanyak 20% serta
menggunakan 20 25% oksigen darah.
FISIOLOGI
Ada beberapa fungsi hati yaitu :
1. Fungsi hati sebagai metabolisme karbohidrat
2. Fungsi hati sebagai metabolisme lemak
3. Fungsi hati sebagai metabolisme protein
4. Fungsi hati sehubungan dengan pembekuan
darah
5. Fungsi hati sebagai metabolisme vitamin
6. Fungsi hati sebagai detoksikasi
7. Fungsi hati sebagai fagositosis dan imunitas
8. Fungsi hemodinamik
HEPATITIS
HEPATITIS HEPATITIS A

Demam kuning yang lebih disebabkan karena faktor lingkungan


yang kotor
- Pengertian secara umum hepatitis
adalah penyakit hati/liver/kuning Gejala :- kuning (kuku,mata,kulit)
- kelelahan yang permanen
- nyeri lambung
- Terjadi karena berbagai faktor - anoreksia
- mual
- diare
Prevalensi penyakit :
- demam
- penderita cukup banyak 40 juta
penduduk Indonesia Masa inkubasi 10-50 hari
Pada anak2 gejala lebih ringan dan Masa inkubasi 1-2 minggu
- penderita Hepatitis B lebih banyak
- bagian dari penyakit lanjutan Penularan :- makanan/minuman yang terkontaminasi virus
- didengar tapi tidak diketahui - hubungan seksual
- melalui luka

Ada 4 tipe yang lebih dikenal : Diagnostik : - tes lab. SGOT/SGPT, Bilirubin, IgM anti HAV
- biopsi
Hepatitis A,B,C dan D

Pencegahan : - vaksinasi Hepatitis A


- pola hidup sehat
LANJUTAN,,,
HEPATITIS B HEPATITIS C

Pada umumnya tanpa gejala,setelah sakit, baru diketahui atau tanpa sengaja
diketahui Ditemukan tahun 1975 disebut hepatitis non A non B.

Gejala : - mual
- muntah Gejala : - anoreksia
- diare - lambung tidak enak
- anoreksia
- mual
- sakit kepala
- tanpa gejala - muntah

Masa inkubasi 6-24 minggu Penularan : sama dengan Hepatitis B

Penularan : - melalui luka


- kontak seksual Penderita Hepatitis C pada umumnya 40 % sembuh 60 %
- pada bayi biasanya tertular saat lahir berpotensi sirosis dan kanker hati.
- penderita Hepatitis B 25% menjadi carrier , Minum alkohol untuk seorang penderita Hepatitis C akan lebih
5-10% menjadi sirosis dan kanker hati memperparah penyakitnya

Diagnostik : - Tes lab : SGOT/SGPT, Prot.total /albumin /glob


HBe/anti Hbe, Alfa feto protein
Diagnostik : - Tes lab : SGOT/SGPT, Prot.total /albumin /glob
- USG Alkali fosfatase, Gamma GT
- Biopsi Alfa feto protein, RT PCR HCV

Pencegahan : vaksinasi Hepatitis B


- USG
pola hidup sehat
LANJUTAN,,,
HEPATITIS D HEPATITIS LAIN

Hepatitis E
Ditemukan tahun 1977 dikenal ditemukan tahun 1987 gejala dan penularan mirip
sebagai Hepatitis Non A,B,C Hepatitis A

Hepatitis D pada umumnya terjadi Hepatitis F


karena adanya koinfeksi atau dilaporkan tahun 1983 gejala dan penularan mirip
Hepatitis A, oleh karena itu rancu dengan
superinfeksi dengan Hepatitis B Hepatitis E

Gejala sama dengan Hepatitis B Hepatitis G


ditemukan tahun 1996, gejala dan penularan mirip
dengan Hepatitis C
Penularan : sama dengan Hepatitis B
dan C
Hepatitis alkoholik,kerusakan liver oleh karena
alkohol
Diagnostik : RT PCR HDV
Hepatitis maupun kerusakan liver salah satu
penyebabnya karena obat2an
SIROSIS HEPATIS
Sirosis Hepatis adalah penyakit hati kronis yang tidak
diketahui penyebabnya dengan pasti. Telah diketahui bahwa
penyakit ini merupakan stadium terakhir dari penyakit hati
kronis dan terjadinya pengerasan dari hati (Sujono H,
2002).
Etiologi
Penyebab yang pasti dari Sirosis Hepatis sampai sekarang
belum jelas.

Faktor keturunan dan malnutrisi


WATERLOO (1997) berpendapat bahwa factor
kekurangan nutrisi terutama kekurangan protein hewani
menjadi penyebab timbulnya Sirosis Hepatis. Menurut
CAMPARA (1973) untuk terjadinya Sirosis Hepatis
ternyata ada bahan dalam makanan, yaitu kekurangan alfa
1-antitripsin.
Lanjutan,,,
Hepatitis virus
Secara klinik telah dikenal bahwa hepatitis virus B lebih
banyak mempunyai kecenderungan untuk lebih menetap
dan memberi gejala sisa serta menunjukkan perjalanan
yang kronis bila dibandingkan dengan hepatitis virus A.

Penderita dengan hepatitis aktif kronik banyak yang


menjadi sirosis karena banyak terjadi kerusakan hati yang
kronis.
Lanjutan,,,
Zat hepatotoksik
Pemberian zat hepatotoksik secara berulang kali dan terus
menerus. Mula-mula akan terjadi kerusakan setempat,
kemudian terjadi kerusakan hati yang merata, dan akhirnya
dapat terjadi Sirosis Hepatis.

Zat hepatotoksik yang sering disebut-sebut adalah alcohol.


Efek yang nyata dari etil-alkohol adalah penimbunan lemak
dalam hati (Sujono Hadi).
Lanjutan,,,
Kelainan genetik
Kelainan-Kelainan Genetik Yang Diturunkan/Diwariskan
berakibat pada akumulasi unsur-unsur beracun dalam hati
yang menjurus pada kerusakkan jaringan dan sirosis.

Contohnya termasuk akumulasi besi yang abnormal


(hemochromatosis) atau tembaga (penyakit Wilson).
Lanjutan,,,
Primary biliary cirrhosis (PBC) adalah suatu penyakit
hati yang disebabkan oleh suatu kelainan dari sistim imun
yang ditemukan sebagian besar pada wanita-wanita.

Kelainan imunitas pada PBC menyebabkan peradangan dan


perusakkan yang kronis dari pembuluh-pembuluh kecil
empedu dalam hati.
Lanjutan,,,
Primary sclerosing cholangitis (PSC) adalah suatu
penyakit yang tidak umum yang seringkali ditemukan pada
pasien-pasien dengan radang luka usus besar.

Pada PSC, pembuluh-pembuluh empedu yang besar diluar


hati menjadi meradang, menyempit, dan terhalangi.

Rintangan pada aliran empedu menjurus pada infeksi-


infeksi pembuluh-pembuluh empedu dan jaundice (kulit
yang menguning) dan akhirnya menyebabkan sirosis.
Lanjutan,,,
Hepatitis Autoimun adalah suatu penyakit hati yang
disebabkan oleh suatu kelainan sistim imun yang
ditemukan lebih umum pada wanita-wanita.

Aktivitas imun yang abnromal pada hepatitis autoimun


menyebabkan peradangan dan penghancuran sel-sel hati
(hepatocytes) yang progresif, menjurus akhirnya pada
sirosis
Lanjutan,,,
Bayi-bayi dapat dilahirkan tanpa pembuluh-pembuluh empedu
(biliary atresia) dan akhirnya mengembangkan sirosis.

Penyebab-penyebab sirosis yang lebih tidak umum termasuk


reaksi-reaksi yang tidak umum pada beberapa obat-obat dan
paparan yang lama pada racun-racun, dan juga gagal jantung
kronis (cardiac cirrhosis).

Pada bagian-bagian tertentu dari dunia (terutama Afrika bagian


utara), infeksi hati dengan suatu parasit (schistosomiasis)
adalah penyebab yang paling umum dari penyakit hati dan
sirosis.
TATALAKSANA DIET
Penentuan diet pada penderita sirosis hati sering
menimbulkan dilema.

Tinggi protein akan memperbaiki status nutrisi tapi


beresiko hiperamonia dan mengarah EH.
rendah protein akan menurunkan kadar albumin dan
beresiko malnutrisi.
Lanjutan,,,
diperlukan suatu solusi dengan nutrisi khusus hati, Co/
Aminoleban Oral.

Aminoleban Oral mengandung BCAA kadar tinggi serta


diperkaya dengan asam amino penting lain seperti arginin,
histidin, vitamin, dan mineral.

Pada penderita sirosis hati yang dirawat di rumah sakit,


pemberian nutrisi khusus ini terbukti mempercepat masa
perawatan dan mengurangi frekuensi perawatan
Lanjutan,,,
Koma hepatik terjadi karena beberapa kondisi, terutama
adanya hiperamonia akibat gangguan detoksifikasi oleh hati dan
karena adanya gangguan keseimbangan antara asam amino
rantai cabang dengan asam amino aromatik.

Pada keadaan sirosis hati lanjut, terjadi pemecahan protein


otot. Asam amino rantai cabang (AARC) yang terdiri dari valin,
leusin, dan isoleusin digunakan sebagai sumber energi
(kompensasi gangguan glukosa sebagai sumber energi) dan
untuk metabolisme amonia.

Dalam hal ini, otot rangka berperan sebagai organ hati kedua
sehingga disarankan penderita sirosis hati mempunyai massa
otot yang baik dan bertubuh agak gemuk.
Lanjutan,,,
Diet Hati I (DH I)
Diet Hati I diberikan bila pasien dalam keadaan akut atau
bila prekoma sudah dapat diatasi dan pasien sudah mulai
mempunyai nafsu makan. Pemberian protein dibatasi (30
g/hari) dan lemak diberikan dalam bentuk mudah dicerna.

Formula enteral dengan asam amino rantai cabang


(Branched Chain Amino Acid /BCAA) yaitu leusin,
isoleusin, dan valin dapat digunakan.

Bila ada asites dan diuresis, pemberian cairan maksimal 1


L/hari.
Lanjutan,,,
Diet Hati II (DH II)
Diet hati II diberikan sebagai makanan perpindahan dari
diet hati II kepada pasien dengan nafsu makannya cukup.
Protein diberikan 1 g/Kg berat badan dan lemak sedang
(20-25% dari kebutuhan energi total) dalam bentuk yang
mudah dicerna.

Menurut beratnya retensi garam atau air, makanan


diberikan sebagai diet hati II rendah garam. Bila asites
hebat dan diuresis belum baik, diet mengikuti pola Diet
Rendah garam I.
Lanjutan,,,
Diet Hati III (DH III)
Diet Hati III diberikan sebagai makanan perpindahan dari
Diet Hati II atau kepada pasien hepatitis akut (Hepatitis
Infeksiosa/A dan Hepatitis Serum/B) dan sirosis hati yang
nafsu makannya telah baik, telah dapat menerima protein,
lemak, mineral dan vitamin tapi tinggi karbohidrat.

Menurut beratnya retensi garam atau air, makanan


diberikan sebagai Diet Hati III Garam Rendah I
Penanganan Sirosis Hati Berdasarkan
Evidence Based (EBN)

Diet tempe
Diet tempe pada sirosis hati sebagai upaya meningkatkan kadar
albumin dan perbaikan ensefalopati hepatic.

Pada penelitian ini membandingkan antara diet hati II dan III


(diet konvensional) dengan diet tempe dalam meningkatkan
kadar albumin darah dan menurunkan derjat ensepalopatik
selama 20 hari.

Hasilnya diet tempe dapat meningkatkan albumin darah,


menurunkan ammonia dalam darah, meningkatkan psikomotor
dan menurunkan ensefalopatik hepatic.
Lanjutan,,,
Konsensus ESPEN mengenai diet pada penyakit hati kronik

Kondisi Klinis Energi/Non protein (K.cal/Kg) Protein (g/Kg)

Sirosis yang dapat


25 - 35 1,0 1,2
mengkompensasi komplikasi.

Intake yang tidak adekuat dan


35 - 40 1,5
malnutrisi

Pada fase transisi 0,5 kemudian


1,0 1,5 , jika ditoleransi :
Ensepalopathy I - II 25 - 35
diberikan protein nabati.
Suplemen BCAA

Ensepalopathy III -IV 25 - 35 0,5 1,2, Suplemen BCAA

Jika menggunakan nutrisi parenteral , kalori non protein yang didalamnya terkandung lemak dan glukosa
sekitar 35 50 %.
,,,Terima Kasih,,,

Anda mungkin juga menyukai