Anda di halaman 1dari 27

Patient safety (keselamatan pasien) rumah sakit

adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat


asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk :
assesment resiko, identifikasi dan pengelolaan hal
yang berhubungan dengan risiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar
dari insident dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya resiko. Sistem ini mencegah terjadinya
cedera yang di sebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya dilakukan (DepKes RI, 2006).
Tujuan Sistem Keselamatan Pasien Rumah Sakit
adalah:
Terciptanya budaya keselamatan pasien di
Rumah Sakit
Meningkatnya akuntabilitas Rumah Sakit
terhadap pasien dan masyarakat.
Menurunnya KTD di Rumah Sakit.
Terlaksananya program-program pencegahan
sehingga tidak terjadipenanggulanganKTD
Sedangkan tujuan keselamatan pasien secara
internasional adalah:

Identify patients correctly (mengidentifikasi pasien


secara benar).
Improve effective communication (meningkatkan
komunikasi yang efektif).
Improve the safety of high-alert medications
(meningkatkan keamanan dari pengobatan resiko
tinggi).
Eliminate wrong-site, wrong-patient, wrong
procedure surgery (mengeliminasi kesalahan
penempatan, kesalahan pengenalan pasien,
kesalahan prosedur operasi).
Reduce the risk of health care-associated
infections (mengurangi risiko infeksi yang
berhubungan dengan pelayanan kesehatan).
Reduce the risk of patient harm from falls
(mengurangi risiko pasien terluka karena jatuh).
Hak pasien
Standarnya adalah pasien & keluarganya mempunyai
hak untuk mendapatkan informasi tentang rencana &
hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya
KTD (Kejadian Tidak Diharapkan). Kriterianya adalah
sebagai berikut:
Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan.
Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat
rencana pelayanan.
Dokter penanggung jawab pelayanan wajib
memberikan penjelasan yang jelas dan benar kepada
pasien dan keluarga tentang rencana dan hasil
pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk pasien
termasuk kemungkinan terjadinya KTD
Mendidik pasien dan keluarga
Standarnya adalah RS harus mendidik pasien &
keluarganya tentang kewajiban & tanggung
jawab pasien dalam asuhan pasien. Kriterianya
adalah keselamatan dalam pemberian
pelayanan dapat ditingkatkan dengan
keterlibatan pasien adalah partner dalam
proses pelayanan.
Keselamatan pasien dan kesinambungan
pelayanan
Standarnya adalah RS menjamin
kesinambungan pelayanan dan menjamin
koordinasi antar tenaga dan antar unit
pelayanan dengan kriteri sebagai berikut:
Koordinasi pelayanan secara menyeluruh
Koordinasi pelayanan disesuaikan kebutuhan
pasien dan kelayakan sumber daya
Koordinasi pelayanan mencakup peningkatan
komunikasi
Komunikasi dan transfer informasi antar
profesi kesehatan
Sasaran Keselamatan Pasien merupakan syarat
untuk diterapkan di semua rumah sakit yang
diakreditasi oleh Komisi Akreditasi Rumah
Sakit..Sasaran menyoroti bagian
bagian yang bermasalah dalam pelayanan
kesehatan dan menjelaskan bukti serta solusi dari
konsensus berbasis bukti dan keahlian atas
permasalahan ini. Enam sasaran keselamatan
pasien adalah tercapainya hal-hal sebagai berikut
SASARAN I : KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN
SASARAN II : PENINGKATAN
KOMUNIKASI YANG EFEKTIF
SASARAN III : PENINGKATAN KEAMANAN OBAT
YANG PERLU DIWASPADAI (HIGH-ALERT)
SASARAN IV : KEPASTIAN TEPAT-LOKASI,
TEPAT-PROSEDUR, TEPAT PASIEN OPERASI
SASARAN V: PENGURANGAN RISIKO INFEKSI
TERKAIT PELAYANAN KESEHATAN
SASARAN VI : PENGURANGAN RISIKO PASIEN
JATUH
Hampir setiap tindakan medik menyimpan
potensi risiko, yaitu:

Kesalahan Medis (Medical Error)


Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)/ Adverse
Event
Nyaris Cedera (NC)/ Near Miss
Seorang mantan supir bus bernama Baiduri asal Dusun
Potoan, Desa Potosn Daya, Kecamatan Palengaan,
Pamekasan, Madura berniat menggugat Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD)Pamekasan karena merasa menjadi korban
malpraktek.Baiduri (55) beberapa waktu lalu datang ke
rumah sakit Pamekasan, Jawa Timur, karena mengalami
gagal ginjal. Namun, dia justru kehilangan penisnya karena
diamputasi. Setelah operasi ginjal, para dokter mengatakan
telah terjadi komplikasi. Tampaknya, seorang perawat tidak
memasang pipa kecil untuk membantu Baiduri buang air
kecil dengan benar. Akibatnya, penis Baiduri menjadi merah
dan terinfeksi.Baiduri lalu dipindahkan ke ruang ICU dan 4
hari kemudian dipindahkan ke departemen nefrologi.Paradokter
mengambil sejumlah sampel. Selanjutnya Baiduri dibiarkan
selama10 hari.
Akhirnya, mereka mengoperasi Baiduri, tetapi setelah itu
sang dokter pergi berlibur. Baiduri kemudian dipindahkan ke
sebuah rumah sakit swasta.Disana, para dokter memutuskan
kondisi penisnya semakin parah dan amputasi adalah satu
satunya opsi untuk menyelamatkan jiwanya.Kulit penisnya
sudah terkelupas semua dan hampir semua sel di organ itu
sudah mati sehingga untuk menyingkirkan sel yang mati
satu-satunya jalan adalah amputasi.Semuanya dipotong.Kini
Baiduri harus buang air lewat sebuah lubang yang dibuat
dokter diantara anus dan testikel.Baiduri buang air seperti
seorang perempuan, Baiduri merasa sangat
hancur.KiniBaiduri menggugat rumah sakit pertama dia
kunjungi karena dianggap melakukan malpraktek dan
Baiduri menginginkan kompensasi sebesar 250 juta.
Dalam kasus ini ada beberapa standar keselamatan
pasien yang dilanggar oleh perawat diantaranya:
Standar I mengenai hak pasien
Pada standar keselamatan yang pertama ini ada
beberapa kriteria yang meliputi :
Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan.
Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana
pelayanan.
Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan
penjelasan secara jelas dan benar kepada pasien dan
keluarganya tentang rencana dan hasil pelayanan, pengobatan
atau prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan terjadinya
insiden.
Hasil analisa dari masalah diatas tidak ada
penyimpangan yang dilakukan perawat pada standar I
Standar II mengenai Mendidik pasien dan keluarga
Kriteria pada standar keselamatan pasien yang
kedua antara lain :
Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur.
Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan
keluarga.
Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak
dimengerti.
Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan.
Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan rumah
sakit
Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa.
Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.
Hasil analisa dari masalah diatas tidak ada
penyimpangan yang dilakukan perawat pada
standar II.
Standar III mengenai Keselamatan pasien dalam
kesinambungan pelayanan
Kriteria pada standar keselamatan pasien yang kedua antara
lain :
Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai
dari saat pasien masuk, pemeriksaan, diagnosis,
perencanaan pelayanan, tindakan pengobatan, rujukan dan
saat pasien keluar dari rumah sakit.
Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan
kebutuhan pasien dan kelayakan sumber daya secara
berkesinambungan sehingga pada seluruh tahap pelayanan
transisi antar unit pelayanan dapat berjalan baik dan lancar.
Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup
peningkatan komunikasi untuk memfasilitasi dukungan
keluarga, pelayanan keperawatan, pelayanan sosial,
konsultasi dan rujukan, pelayanan kesehatan primer dan
tindak lanjut lainnya.
Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi
kesehatan sehingga dapat tercapainya proses koordinasi tanpa
hambatan, aman dan efektif.
Hasil analisa dari masalah diatas adalah terdapat penyimpangan
pada semua keriteria, karena kurangnya koordinasi antara perawat
dan dokter sehingga terjadi kesalahan fatal pada pasien. Sebaiknya
sebelum melakukan pelayanan keperawatan, tenaga medis harus
memastikan semua terkoordinir dengan baik.

Standar IV mengenai metode-metode peningkatan kinerja untuk


melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien
Kriteria pada standar keselamatan pasien yang keempat antara lain :
Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan (desain)
yang baik, mengacu pada visi, misi, dan tujuan rumah sakit,
kebutuhan pasien, petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis
terkini, praktik bisnis yang sehat, dan faktor-faktor lain yang
berpotensi risiko bagi pasien sesuai dengan Tujuh Langkah
Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit
Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data
kinerja yang antara lain terkait dengan : pelaporan insiden,
akreditasi, manajemen risiko, utilisasi, mutu pelayanan,
keuangan.
Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif
terkait dengan semua insiden, dan secara proaktif
melakukan evaluasi satu proses kasus risiko tinggi.
Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan
informasi hasil analisis untuk menentukan perubahan
sistem yang diperlukan, agar kinerja dan keselamatan
pasien terjamin.
Hasil analisa dari masalah diatas adalah tidak ada
penyimpangan yang dilakukan perawat pada standar IV.
Standar V mengenai peran kepemimpinan dalam
meningkatkan keselamatan pasien
Kriteria pada standar keselamatan pasien yang
kelima antara lain :
Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program
keselamatan pasien
Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko
keselamatan dan program meminimalkan insiden.
Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua
komponen dari rumah sakit terintegrasi dan berpartisipasi
dalam program keselamatan pasien.
Tersedia prosedur cepat-tanggap terhadap insiden,
termasuk asuhan kepada pasien yang terkena musibah,
membatasi risiko pada orang lain dan penyampaian
informasi yang benar dan jelas untuk keperluan analisis.
Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal
berkaitan dengan insiden termasuk penyediaan informasi
yang benar dan jelas tentang Analisis Akar Masalah
Kejadian Nyaris Cedera (Near miss) dan Kejadian Sentinel
pada saat program keselamatan pasien mulai dilaksanakan.
Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis
insiden, misalnya menangani Kejadian Sentinel (Sentinel
Event) atau kegiatan proaktif untuk memperkecil risiko,
termasuk mekanisme untuk mendukung staf dalam kaitan
dengan Kejadian Sentinel.
Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara
sukarela antar unit dan antar pengelola pelayanan di dalam
rumah sakit dengan pendekatan antar disiplin.
Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang
dibutuhkan dalam kegiatan perbaikan kinerja rumah sakit
dan perbaikan keselamatan pasien, termasuk evaluasi
berkala terhadap kecukupan sumber daya tersebut.
Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi
menggunakan kriteria objektif untuk mengevaluasi
efektivitas perbaikan kinerja rumah sakit dan keselamatan
pasien, termasuk rencana tindak lanjut dan
implementasinya.
Hasil analisa dari masalah diatas tidak ada
penyimpangan yang dilakukan perawat pada
standar V.
Standar VI mengenai Mendidik staf tentang keselamatan
pasien
Kriteria pada standar keselamatan pasien yang keenam antara
lain :
Setiap rumah sakit harus memiliki program pendidikan, pelatihan dan
orientasi bagi staf baru yang memuat topik keselamatan pasien sesuai
dengan tugasnya masing-masing.
Setiap rumah sakit harus mengintegrasikan topik keselamatan pasien
dalam setiap kegiatan in-service training dan memberi pedoman yang
jelas tentang pelaporan insiden.
Setiap rumah sakit harus menyelenggarakan pelatihan tentang
kerjasama kelompok (teamwork) guna mendukung pendekatan
interdisipliner dan kolaboratif dalam rangka melayani pasien.
Hasil analisa dari masalah diatas terdapat penyimpangan
yang dilakukan perawat yaitu kriteria 6.2, dan 6.3 karena
rumah sakit bertanggung jawab atas setiap insiden yang
terjadi pada setiap pelayanan keperawatan, aoalagi apabila
insiden itu terjadi akibat kurangnya teamwork diantara
tenaga medis satu dengan lainnya. Sebaiknya, sebelum
melakukan tindakan keperawatan terlebih dahulu diadakan
briefing untuk memastikan agar pelayanan keperawatan
berjalan dengan baik.
Standar VII mengenai Komunikasi merupakan
kunci bagi staff untuk mencapai keselamatan
pasien
Kriteria pada standar keselamatan pasien yang
kelima antara lain :
Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan
mendesain proses manajemen untuk memperoleh
data dan informasi tentang hal-hal terkait dengan
keselamatan pasien.
Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan
kendalakomunikasi untuk merevisi manajemen
informasi yang ada.
Hasil analisa dari masalah diatas tidak ada
penyimpangan yang dilakukan perawat pada
standar VII.
Selain melanggar 7 Standar Keselamatan Pasien, perawat diatas juga
melanggar beberapa pasal yang terdapat pada PERATURAN MENTERI
KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1691/MENKES/PER/VIII/2011
TENTANG KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT dengan rincian sebagai
berikut :
BAB 3 PASAL 7 AYAT 1 dan 2 yang mana dalam bab 3 ini berisi tentang
STANDAR KESELAMATAN PASIEN seperti yang sudah dicantumkan diatas,
dan pasal yang dilanggar meliputi pasal 7 ayat 1 dan 2 yang berbunyi :
Setiap Rumah Sakit wajib menerapkan Standar Keselamatan Pasien
Standar Keselamatan Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
hak pasien
mendidik pasien dan keluarga
keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan
penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien
peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
mendidik staf tentang keselamatan pasien
komunikasimerupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.
Adapun pada ayat kedua menurut analisa dari masalah diatas standar
keselamatan pasien yang telah dilanggar adalah butir C dan F dengan
rincian seperti diatas.
BAB 4 PASAL 8 AYAT 1 dan 2 yang mana dalam bab 4 ini
berisi tentang SASARAN KESELAMATAN PASIEN RUMAH
SAKIT seperti yang sudah dicantumkan diatas, dengan
pasal yang dilanggar meliputi pasal 8 ayat 1 dan 2 yang
berbunyi :
Setiap rumah sakit wajib mengupayakan pemenuhan
Sasaran Keselamatan Pasien
Sasaran Keselamatan Pasien sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi tercapainya hal-hal sebagai berikut:
Ketepatan identifikasi pasien;
Peningkatan komunikasi yang efektif;
Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai;
Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien
operasi;
Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan;
Pengurangan risiko pasien jatuh.
Adapun pada ayat kedua menurut analisa dari masalah
diatas standar keselamatan pasien yang telah dilanggar
adalah butir B dan D dengan rincian seperti diatas.
BAB 5 PASAL 9 AYAT 1 dan 2 yang mana dalam bab 5 ini
berisi tentang PENYELENGGARAAN KESELAMATAN PASIEN
RUMAH SAKIT dengan pasal yang dilanggar meliputi pasal 9
ayat 1 dan 2 yang berbunyi :
Dalam rangka menerapkan Standar Keselamatan Pasien,
Rumah Sakit melaksanakan Tujuh Langkah Menuju
Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:
membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien;
memimpin dan mendukung staf;
mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko;
mengembangkan sistem pelaporan;
melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien;
belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan
pasien;
mencegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan
pasien.
Adapun pada ayat kedua menurut analisa dari masalah diatas
standar keselamatan pasien yang telah dilanggar adalah
butir E, F dan G dengan rincian seperti diatas.
Malpraktek dapat terjadi karena tindakan yang
disengaja (intentional) seperti pada misconduct
tertentu, tindakan kelalaian (negligence), ataupun
suatu kekurang-mahiran/ketidakkompetenan yang
tidak beralasan.
Berdasarkan uraian sebelumnya, jelas bahwa
masalah malpraktek bersifat kompleks karena
berbagai faktor yang terkait di dalamnya. Perawat
profesional dituntut untuk selalu meningkatkan
kemampuannya untuk mengikuti perkembangan yang
terjadi, baik perkembangan IPTEK khusunya IPTEK
keperawatan serta tuntunan dan kebutuhan
masyarakat yang semakin meningkat.

Anda mungkin juga menyukai