Anda di halaman 1dari 25

KONFLIK KEUCHIK DAN WARGA

(Studi Kasus di Gampong Tanjong Ceungai Kecamatan Tanah Jambo


Aye Kabupaten Aceh Utara)

Oleh
MAULIANDA
120250014
Program Studi Sosiologi
Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi
Universitas Malikussaleh
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Lhokseumawe
2017
BAB I
1.1. Latar Belakang Penelitian

Konflik merupakan satu kenyataan sosial yang bisa


ditemukan dimana-mana. Bagi Karl Marx, konflik sosial
adalah pertentangan antara segmen-segmen masyarakat
untuk memperebutkan aset-aset yang bernilai. Jenis dari
konflik sosial ini bisa bermacam-macam yakni konflik antar
individu, konflik antar kelompok, dan bahkan konflik antar
bangsa. Tetapi bentuk konflik yang paling menonjol menurut
Karl Marx adalah konflik yang disebabkan oleh cara produksi
barang-barang material (Ritzer & Goodman, 2007: 73).
Konflik yang terjadi di lingkungan masyarakat
Gampong Tanjong ceungai adalah konflik yang terjadi
antara keuchik dan warga gampong. Konflik tersebut
terjadi dikarenakan warga tidak mempunyai hubungan
yang baik dengan keuchik. Hal tersebut terlihat pada
peraturan gampong yang tidak berjalan dengan
semestinya (observasi awal, 25 Mei 2016).
Pada dasarnya masyarakat Tanjong Ceungai adalah
masyarakat yang harmonis hubungannya dengan
masyarakat lainnya. Namun akhir-akhir ini hubungan
antar warga dan keuchik merenggang, realitas itu
terlihat pada pemimpin dan pemuda serta masyarakat
tidak adanya kesatuan. Saat pemuda membutuhkan
pemimpin, pemimpin tidak hadir. Pemimpin suka
mengambil keputusan tanpa adanya musyawarah
dengan masyarakat (wawancara, 13 Juni 2016).
1.2. Rumusan Masalah

1. Apa yang mendorong terjadinya


konflik antara keuchik dan warga di
gampong Tanjong Ceungai?

2. Bagaimana bentuk konflik yang terjadi


di gampong Tanjong Ceungai?

3. Bagaimana pola penyelesaian konflik


yang terjadi antara Keuchik dan warga
di Gampong Tanjong Ceungai?
1.3. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan juga rumusan masalah


yang telah dijelaskan diatas, fokus utamanya apa yang
mendorong terjadinya konflik. Fokus kedua, bagaimana
bentuk konflik yang terjadi, dan fokus yang ketiga
diarahkan pada pola penyelesaian konflik yang terjadi
di Gampong Tanjong Ceungai Kec. Tanah Jambo Aye,
Kab. Aceh Utara.
1.4. Tujuan Penelitian

1. Untuk memahami konflik antara Keuhik dan


warga di Gampong Tanjong Ceungai Kec. Tanah
Jambo Aye, Kab. Aceh Utara.

2. Untuk memahami pola penyelesaian konflik


yang terjadi antara keuchik dan warga di
Gampong Tanjong Ceungai Kec. Tanah Jambo
Aye, Kab. Aceh Utara.
1.5. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu
pengetahuan sosial terutama dalam bidang sosiologi
konflik.

b. Manfaat Praktis
Dari hasil penelitian ini diharapkan bagi masyarakat
khususnya bagi masyarakat Gampong Tanjong Ceungai
Kec. Tanah Jambo Aye, Kab. Aceh Utara, agar
menyelesaikan segala konflik yang timbul dengan baik dan
damai serta membawa perubahan yang lebih baik di masa
depan, dan juga dapat menjadi referensi bagi peneliti
selanjutnya yang mengambil objek penelitian yang sama.
BAB II
2.1. Penelitian Terdahulu
Rosida (2015) dengan judul Konflik Antar Kelompok Dalam
Pemilihan Imam Kampung studi kasus konflik antar belah
Judul imam dengan belah toa di Kampung Penosan Kecamatan Blang
Penelitian Jerango Kabupaten Gayo Lues.

Muzakir (2015) dengan judul Konflik Antar Buruh studi kasus


pada buruh perkebunan kelapa sawit PT. PN 1 Cot Girek Aceh
Judul Utara.
Penelitian

Safrialis (2014) dengan judul Konflik Sosial Dalam


Judul
Pembangunan Infrastruktur PNPM Mandiri studi
Penelitian kasus di Gampong Alue Ie Puteh Kecamatan Baktiya.
2.2. Perspektif Teori

Coser (dalam Susan, 2010: 60-61) memberikan perhatian


terhadap asal muasal konflik sosial, sama seperti pendapat
simmel, bahwa ada keagresifan atau permusuhan dalam
diri seseorang (hostile feeling), dan dia memerhatikan
bahwa dalam hubungan intim dan tertutup, antara cinta
dan rasa benci hadir. Coser membedakan dua tipe dasar
konflik, yaitu konflik realistis dan konflik nonrealistis.
Konflik realistis memiliki sumber yang konkret atau
bersifat materiil, seperti perebutan sumber ekonomi atau
wilayah. Jika mereka telah memperoleh rebutan itu, dan
bila dapat diperoleh tanpa perkelahian, maka konflik akan
segera diatasi dengan baik. Konflik nonrealistis didorong
oleh keinginan yang tidak rasional dan cenderung bersifat
ideologis, konflik ini seperti konflik antar-agama, antar-
etnis, dan konflik antar-kepercayaan lainnya.
2.3. Landasan Konseptual
1. Membahas tentang pengertian konflik
2. Membahas tentang komponen konflik
3. Membahas tentang jenis-jenis konflik
4. Membahas tentang tipe-tipe konflik
5. Membahas tentang sumber sumber konflik
6. Membahas tentang penyelesaian konflik
7. Membahas tentang pengertian masyarakat
BAB III
Metode Penelitian
3.1. Lokasi Penelitian
Gampong Tanjong Ceungai Kecamatan
Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara
3.2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan ini menggunakan metode
penelitian kualitatif dengan data deskriptif.
Peneliti menggunakan penelitian ini untuk
menggambarkan atau menguraikan mengenai
subjek penelitian yang diteliti.
3.3. Informan Penelitian
Para informan dalam penelitian ini adalah:
1. Darwis (keuchik gampong),
2. Saifullah (tuha peut),
3. Zainal (sekretaris tuha peut),
4. Muzakir (ketua pemuda),
5. Rosni (warga),
6. Zainabon (warga),
7. Abdullah (warga)
3.4. Sumber Data
a. Data Primer
Sumber data yang berasal dari narasumber
atau lokasi tempat penelitian.

b. Data Sekunder
Data tambahan dari beberapa sumber atau
referensi lainnya.
3.5. Teknik Pengumpulan Data

Observasi
Wawancara
Studi Dokumentasi
BAB IV
Hasil Penelitian

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


Gampong Tanjong Ceungai merupakan salah satu gampong yang
ada di Kecamatan Tanah Jambo Aye, Kabupaten Aceh Utara,
yang luas wilayahnya 150 Ha yang terdiri dari pemukiman 35
Ha. Gampong Tanjong Ceungai berjarak 1 Kilometer dari jalan
Medan-Banda Aceh Kabupaten Aceh Utara. Gampong Tanjong
Ceungai membujur dari selatan ke utara yang umumnya terdiri
dari tanah datar, sawah, ladang, dan rumah penduduk. Adapun
batas Gampong Tanjong Ceungai Kecamatan Tanah Jambo Aye
Kabupaten Aceh Utara adalah sebagai berikut:
Sebelah Selatan berbatasan dengan Gampong Meunasah
Panton.
Sebelah Utara berbatasan dengan Gampong Teupin Bayu.
Gampong Tanjong ceungai mempunyai 5 dusun yang terdiri dari
Dusun Rumoh Rayeuk, Dusun Meunasah, Dusun Tgk. Samik,
Dusun Tgk. Cek dan Dusun Datok. Lahan pertanian yang dimiliki
penduduk Gampong Tanjong Ceungai mempunyai luas 95 Ha.
Petani Gampong Tanjong Ceungai melakukan penanaman padi 2
(dua) kali dalam 1 (satu) tahun yaitu antara bulan Maret sampai
bulan Juni dan bulan Oktober sampai bulan Januari. Selain
memanam padi di sawah, penduduk Gampong Tanjong Ceungai
juga mempunyai perkebunan/hutan yang luas 20 Ha yang
dipergunakan untuk menanam sayur serta buah-buahan, seperti
rambutan, durian, langsat, singkong, jagung dan lain sebagainya.
Relevansi Teori Konflik dengan Fenomena Konflik
Keuchik dan warga

Coser (dalam Susan, 2010: 60-61) memberikan perhatian


terhadap asal muasal konflik sosial, sama seperti pendapat
simmel, bahwa ada keagresifan atau permusuhan dalam diri
seseorang (hostile feeling), dan dia memerhatikan bahwa dalam
hubungan intim dan tertutup, antara cinta dan rasa benci hadir.
Coser membedakan dua tipe dasar konflik, yaitu konflik realistis
dan konflik nonrealistis. Konflik realistis memiliki sumber yang
konkret atau bersifat materiil, seperti perebutan sumber
ekonomi atau wilayah. Jika mereka telah memperoleh rebutan
itu, dan bila dapat diperoleh tanpa perkelahian, maka konflik
akan segera diatasi dengan baik. Konflik nonrealistis didorong
oleh keinginan yang tidak rasional dan cenderung bersifat
ideologis, konflik ini seperti konflik antar-agama, antar-etnis,
dan konflik antar-kepercayaan lainnya.
Sambungan

Dalam masyarakat Gampong Tanjong Ceungai telah


mengalami konflik yang terjadi antara keuchik dan warga
yang disebabkan oleh sumber yang konkret atau bersifat
materiil yaitu mengenai kebijakan dan anggaran dana
gampong. hal tersebut seperti yang dikatakan oleh Coser
bahwa sumber konflik mempunyai dua tipe yaitu konflik
realistis dan nonrealistis. Maka yang terjadi di Gampong
Tanjong Ceungai adalah konflik yang realistis. Coser
mengatakan konflik realistis jika mereka telah
memperoleh rebutan itu, dan bila dapat diperoleh tanpa
perkelahian, maka konflik akan segera diatasi dengan
baik. namun di Gampong Tanjong Ceungai mengalami
konflik dan perlu untuk diatasi.
4.2. Akar Konflik Keuchik Dan Warga

Otoritarianisme
Manajemen Anggaran
Keuchik dalam Tidak Transparan
Kebijakan
4.3. Bentuk Konflik Yang Terjadi Antara Keuchik
Dan Warga Di Gampong Tanjong Ceungai

Mempersulit Proses
Administrasi

Perangkat Gampong
Diabaikan

Baku Hantam
4.4. Resolusi Penyelesaian Konflik Keuchik Dan
Warga

Mediasi di
Kantor Camat

Silaturrahmi di
Meunasah
BAB V
Kesimpulan
Terjadinya konflik antara keuchik dan warga Gampong Tanjong
Ceungai Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara didorong
oleh otoriterianisme keuchik, dan manajemen anggaran pembangunan
gampong tidak transparan. Masyarakat menuntut keuchik mempunyai
sifat musyawarah dengan perangkat gampong maupun warga gampong
agar setiap keputusan serta tindakan dapat disepakati bersama
sehingga kerja sama antara pemimpin dan masyarakat terjalin. Namun
berbeda dengan keuchik yang tidak ingin segala keputusan maupun
tindakannya diikut campur oleh masyarakat dikarenakan beliau
mempunyai wewenang penuh dalam mengambil keputusan, sehingga
keuchik tidak ingin masyarakat terlibat dalam urusannya.
Tidak adanya sifat musyawarah keuchik menimbulkan ketidaksukaan
terhadap keuchik dimasyarakat. Masyarakat menjadi berontak
sehingga hubungan yang harmonispun tidak terwujud antara keuchik
dan warga. Masyarakat tidak mengikuti peraturan yang ditetapkan
oleh keuchik, sehingga rasa percaya masyarakat terhadap keuchik pun
tidak ada. Kemudian timbul rasa curiga dari keuchik kepada
masyarakat yang pula bahwa ada yang merasa tidak suka keuchik
terpilih menjadi pemimpin Gampong Tanjong Ceungai Kecamatan
Tanah Jambo Aye.
Sambungan

Karena setiap tindakan pembangunan yang dilakukan keuchik tidak


mengikut sertakan masyarakat, maka masyarakat menuntut
pertanggung jawaban keuchik terhadap perincian dana gampong yang
telah digunakan untuk hal tersebut. Tetapi, keuchik tidak mau
mempertanggung jawabkannya, sehingga menimbulkan konflik yang
berkelanjutan antara masyarakat dan keuchik.

Resolusi konflik yang ditempuh masyarakat Gampong Tanjong Ceungai


ditempuh dengan cara mediasi, kecamatan dan tuha peut telah
memanggil seluruh masyarakat untuk membahas masalah ini, sehingga
tidak lagi ada keributan. Untuk lebih memperjelas persoalan yang
terjadi pihak tuha peut gampong, keuchik serta masyarakat menggelar
acara silaturrahmi kembali di meunasah. Konflik yang terjadi di
Gampong Tanjong Ceungai Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten
Aceh Utara telah mengakibatkan hubungan keuchik dan warga menjadi
renggang, dan terjadi ketidak harmonisan antara kedua belah pihak.
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian yang sudah dipaparkan diatas
maka konflik terjadi dikarenakan timbulnya konflik yang realistis
dalam masyarakat yakni adanya rasa benci masyarakat kepada keuchik
yang membuat keuchik tidak dipercaya sebagai pemimpin hingga
timbul benturan antara keuchi dan masyarakat.
SEKIAN

Anda mungkin juga menyukai