TINGGI
KELOMPOK 3:
DINDA MEIDINA ANJANI (1504104010103)
LIVIA ADITIYA (1504104010069)
SITI SHARA (1504104010088)
TGK. YUMNA DARAYANI (1504104010024)
PENDAHULUAN
Aceh memiliki daerah dataran tinggi yang sering disebut Dataran Tinggi Gayo. Dataran Tinggi
Gayo adalah daerah yang berada di kawasan pegunungan Aceh Tengah,Bener meriah dan
Gayolues dengan tiga kota utamanya yaitu Takengon, Blangkejeren Dan Simpang Tiga
Redelong.
Takengon sebagai ibu kota Kabupaten Aceh Tengah merupakan sentra perkumpulan
masyarakat suku Gayo yang merupakan suku terbesar kedua setelah suku Aceh di Provinsi
Aceh. Kota Takengon saat ini sedang mengalami kemajuan yang pesat mengacu pada
berbagai potensi yang dimilikinya seperti wisata alam, wisata budaya dan hasil bumi. Potensi
tersebut mengharuskan masyarakat Gayo berinteraksi dengan masyarakat lain dari luar
daerah di Indonesia bahkan manca negara. Kecenderungan masyarakat Gayo yang ramah
serta mudah beradaptasi membawa dampak yang sangat positif bagi perkembangan potensi-
potensi tersebut.
Namun disisi lain, masuknya pengaruh dari luar yang disambut oleh kemampuan adaptasi
yang tidak didasari pemahaman nilai-nilai budaya setempat lambat laun mampu mengurangi
bahkan mungkin akan menghapus khasanah budaya lokal (local wisdom). Faktanya, khasanah
budaya lokal itu sendiri juga merupakan salah satu daya tarik pariwisata di daerah ini.
Salah satu dampaknya terjadi pada pola bentukan rumah tinggal di Takengon. Dari pandangan
awal yang menganggap rumah merupakan sesuatu yang sakral serta sarat akan makna,
menjadi sesuatu yang bersifat sangat fungsional dan berbasis aktivitas praktis, terbatas pada
tujuan- tujuan tertentu, serta tidak berkelanjutan baik ditinjau dari segi budaya maupun
lingkungan.
SUKU GAYO
Suku Gayo adalah salah satu etnis suku
bangsa yang mendiami dataran tinggi Gayo di
Provinsi Aceh bagian tengah , suku yang
mendiami dataran tinggi provinsi Aceh,
tepatnya di sekitar pegunungan Bukit Barisan
dan danau kawah Lut Tawar.
Area berbukit dataran tinggi Gayo dengan
ketinggian 600-1.800 meter di atas
permukaan laut dikenal luas akan kopinya
yang berkualitas tinggi.
Bagian wilayah suku Gayo meliputi kabupaten
Bener Meriah, Aceh Tengah dan Gayo Lues.
Sebagian juga mendiami wilayah di Aceh Timur
yaitu di kecamatan Serba Jadi, Peunaron, dan
Simpang Jernih
Suku Gayo suku tergolong ke dalam ras Proto
Melayu yang berasal dari India. Kedatangan
bangsa ini diperkirakan datang ke Indonesia
sekitar 2000 tahun sebelum masehi
Sumber : tanohaceh.com
Ensiklopediaindonesia.com
ASAL USUL RUMAH ADAT GAYO /PITU RUANG
Rumah adat pitu ruang Gayo merupakan simbol adat di tanah Gayo seperti yang
diungkapkan Tengku Abdullah dalam Syukri, (2006:153), umah pitu ruang gere ilen i
bangun, edet urum ukum gere ilen ara artinya rumah adat pitu ruang belum
dibangun, adat dan hukum belum ada. Dengan kata lain di dalam rumah adat pitu
ruang inilah dibicarakan segala persoalan rakyat, baik menyangkut masalah adat
istiadat, budaya, syaria`at maupun politik pemerintahan.
Berdasarkan asal usul nya Rumah Adat Tujuh Ruang (Umah Edet Pitu Ruang) dalam
bahasa Gayo berarti peninggalan raja Baluntara yang sebenarnya nama aslinya
Jalaluddin. Sudah berdiri dari sejak jaman pra-kemerdekaan sebelum kolonial
Belanda masuk. Rumah adat Tujuh Ruang ini menjadi bukti sejarah dari orang asli
Gayo yang sampai sekarang masih ada.
Meresah ( bukan mersah ), lantai dan dinding dari papan, atapnya sama dan ada
beberapa dapur tempat menyalakan api penghangat tubuh dan penerangan serta
untuk masak. Fungsinya, tempat ngaji dan bermalam bagi semua pria yang tidak
beristeri, duda, anak laki2 berusia diatas 7 8 tahun dan orang asing/tamu. Pada
siang hari sering dipergunakan untuk istirahat.
Keben, terbuat dari kulit kayu atau papan untuk menyimpan padi.
Keben
Sumber : lintasgayo.co.id
FILOSOFI DARI RUMAH ADAT GAYO
Sumber: lintasgayo.co
Lepo rawan dan lepo banan, lepo rawan disebelah kiri dan depan tangga naik, sisanya
lepo banan yang disekat dan diberi Pintu Kul untuk masuk lepo banan.
Bagian depan lepo banan arah timur disebut anyong, anyong tempat wanita tua dan anak
gadis. Di ruang anyong ada dapur, fungsinya tempat menyalakan api penghangat dan
masak.
Serami banan bagian dari lepo banan yang disekat sesuai bidang ke lima bilik/kamar.
Serami banan untuk tempat memasak dan makan masing-masing keluarga.
Lantai belek/kamar lebih tinggi dari lantai lepo, pintunya mengarah ke serami banan
dan diberi anak tangga.
Ruang serami rawan disebelah barat dari Lepo rawan, untuk tempat pria dewasa atau
tua. Sisa serami rawan dapat dipergunakan untuk kenduri, sunatan dan pernikahan. Di
dinding belek atau kamar mengarah tangga dijadikan tempat susunan tikar hasil
anyaman kaum wanitanya.
Rumah adat Tujuh Ruang memiliki ukuran Luas dengan panjang 9
meter dan lebar 12 meter. Dengan bentuk rumah, seperti rumah
panggung pada umumnya dengan 5 anak tangga, menghadap utara.
Dengan 27 tiang penyangga dari kayu pilihan dan diukir dengan
pahatan kerawang.Diameter tiang penyangganya pun seukuran
dekapan dewasa
Semua sambungan memakai ciri khas tersendiri menggunakan pasak
kayu.Hampir semua bagian sisi dipakai ukiran kerawang yang
dipahat,dengan berbagai motif, seperti puter tali bermakna dalam
kehidupan masyarakat Gayo Lues terdapat kesatuan dan persatuan.
Bahan bangunan :
a. Rotan, Ijok, dipergunakan untuk mengikat semua
komponen bangunan.
b. Bambu, batang temor ( tetemor), batang pinang,
dibelah untuk lantai.
c. Bambu yang dianyam atau tepas untuk dinding.
d. Pohon pinus dan jenis kayu lainnya untuk tiang.
e. Daun dun, ijok pohon pangoh/aren, ilalang ( di
Gayo lues ), disusun berlapis dijadikan atap.