Anda di halaman 1dari 14

EPIDEMIOLOGI KLINIK

PELUANG

NUR NASRY NOOR


PENGANTAR
Peneliti dan para klinisi selalu berhadapan dengan
proses bias dan peluang
Baik bias maupun random eror selalu diusahakan
dihindari dalam setiap pengambilan keputusan.
Perlu diperhatikan bawa bila terdapat kelemahan
pada perencanaan maupun pelaksanaan penelitian,
maka analisis formal sekalipun tidak dapat
menolong untuk menemukan kebenaran
Pada hasil penrelitian.
RANDOM EROR (1)
Karena penelitian menggunakan
pengamatanterhadap sampel maka
diperlukan uji statistik dalam mengambil
kesimpulan.
Uji statistik dalam hal ini akan memberikan
peluang untuk mengambil kesimpulan yang
benar
Namun selalu disertai dengan besaran
tertentu peluang untuk terjadi kesalahan
dalam mengambil kesimpulan
HUBUNGAN KESIMPULAN STATISTIK DENGAN
KENYATAAN

Perbedaan sesungguhnya

Ada Tidak ada


Ada Tidak benar
Kesimpulan
Perbedaan Benar ( Type I = )
Uji
Statistik Tidak ada Tidak benar
Perbedaan ( Type II = ) Benar

Hubungan di antara hasil uji statistik dan perbredaan yang sesungguhnya


antara dua kelompok yang Diobati
RANDOM EROR (2)

Pada analisis statistik terdapat dua kesimpulan yang


benar dan ada dua kesimpulan yang ternyata tidak
benar.
Kesalahan type I ( ) merupakan kesalahan dengan
menerima hipotesis yang sebenarnya salah (
menyatakan ada perbedaan , namun sesungguhnya
tidak ada perbedaan)
Kesalahan type II ( ) merupakan kesalahan dengan
menolak hipotesis yang benar (menyatakan tidak ada
perbedaan namun sesunguhnya ada)
NILAI p

Kemungkinan adanya penyimpangan dinyatakan


dengan nilai p yang merupakan suatu pernyataan
kuantitatif mengenai perbedaan dalam suatu
peelitian yang dapat terjadi karena adanya faktor
peluang semata-mata.
Secara umum disepakati nilai p di bawah 0,05
sehingga nilai p yang di bawah 0,05 disebut
bermakna secara statistik.
Para peneliti biasanya menentukan nilai p trsebut
sebelum penelitian dimulai.
NILAI p

Dalam penelitian kliik , nilai ini sering tidak punya


arti dalam pengambilan kesimpulan klinik.
Nilai p yang sangat kecil meberikan tingkat
kepercayaan yang tinggi, namun dalam klinik tidak
memberikan besarnya pebedaan tersebut terutama
bila sampelnya kecil.
Nilai p yang kurang mengesankan dapat terjadi pada
penelitian yang memperlihatkan efek kuat suatu
pengobatan jika jumlah sampel kecil.
UJI STATISTIK
Uji statistik yang pokok dan lebih banyak
dikenal, digunakan untuk memperkirakan
adanya kemungkinan penyimpangan .
Validitas tiap-tiap tes / uji tergantung pada
asumsi tertentu mengenai data.
Jika data yang tersedia tidak sesuai dengan
asumsi yang dimaksud, maka hasil p
mungkin akan meyesatkan.
UJI STATISTIK
Statistik juga dapat menggambarkan derajat
hubungan antara variabel-variabel.
Pernyataan hubungan antar variabel yang
dikenal adalah model korelasi (r) dari pearson
untuk data interval dan korelasi ranking
spearman untuk data ordinal.
Uji statistik ini dinyatakan dalam istilah
kuantitatif dan menunjukkan bahwa nilai
variabel pertama ada hubungannya dengan
nilai variabel kedua.
UJI STATISTIK
Untuk suatu rangkaian data yang ada, nilai p yang
diperoleh tergantung pada asumsi awal bahwa
perbedaan-perbedaan yang mempunyai arti hanya
dapat terjadi dalam satu arah.
Suatu bentuk pengobatan yang relatif tidak
berbahaya tentu akan menolong dan tidak akan
erugikan.
Dengan asumsi demikan ini maka uji statistik dapat
dilakukan sedemikian rupa sehingga perbedaan
hasil pengobatan yang diinginkan mempunyai
kecenderungan yang bermakna secara statistik.
UJI STATISTIK

Jika kemungkinan adanya perbedaan itu diperoleh


dalam arah yang berlainan, maka yang dipakai
adalah uji kemaknaan dengan dua arah.
Sebaliknya, apabila perbedaan tersebut hanya
diperoleh dari arah tertentu, maka yang dipakai
adalah uji kemaknaan satu arah.
Perbedaan ini timbul dari kurva yang
menggambarkan variasi acak dari berbagai
perbedaan yang ada diantara kejadian yang
mempunyai nilai sama.
UJI STATISTIK
Dari dua bentuk uji tersebut manakah yang lebih
baik?
Uji dua arah lebih konservatif dan agak sulit
(kurang mungkin) untuk menyimpulkan bahwa
suatu pengobatan berguna namun sebenarnya
tidak.
Uji dua arah mempunyai risiko yang lebih besar
untuk kehilangan perbedaan yang sesungguhnya
dari jenis pengobatan yang diinginkan.
Uji satu arah berasumsi bahwa satu diantara
pengobatan tersebut tidak jelek, namun asumsi
tidaklah selalku tepat.
PENENTUAN KEGAGALAN PENGOBATAN
Dari berbagai percobaan pengobatan yang telah
dilakukan menunjukkan bahwa suatu pengobatan
baru tidak lebih baik dari pengobatan lama.
Apakah kesimpulan tersebut tejadi karena faktor
kebetulan?
Apakah percobaan tersebut dapat menyesatkan
karena menggunakan cara yang relatif sulit
dipercaya?
Bagaimanakah kemungkinan dari sebuah penelitian
yang negatif palsu: penyimpangan atau tipe ii yang
akan diekspresikan sebagai p ?
Risiko terjadinuya negatif palsu cukup besar pada
penelitian-penelitian kecil.

Anda mungkin juga menyukai