Anda di halaman 1dari 10

PRESENTASI KEWARGANEGARAAN

Ketahanan Negara
Disusun oleh :

Ferdi
Hasta
Risqi
Selvi
Pengertian Ketahanan Nasional

ketahanan nasional adalah kondisi suatu bangsa yang


berisi keuletan dan ketangguhan yang mampu
mengembangkan ketahanan, Kekuatan nasional dalam
menghadapi dan mengatasi segala tantangan,
hambatan dan ancaman baik yang datang dari dalam
maupun dari luar. Juga secara langsung ataupun tidak
langsung yang dapat membahayakan integritas,
identitas, serta kelangsungan hidup bangsa dan
bernegara.
Kasus Ancaman Ketahanan Nasional

Sengketa Sipadan dan Ligitan adalah persengketaan Indonesia dan Malaysia atas
pemilikan terhadap kedua pulau yang berada di Selat Makassar yaitu pulau Sipadan (luas:
50.000 meter) dengan koordinat: 4652,86LU 1183743,52BT dan pulau Ligitan (luas:
18.000 meter) dengan koordinat: 49LU 11853BT.
Awal Mula Kasus

Kasus itu dimulai pada tahun 1968, Malaysia bereaksi terhadap perjanjian
kerjasama antara Indonesia dengan Japex tahun 66. Malaysia juga
melakukan kerjasama dengan Sabah Teiseki Oil Company tahun 68,
sebagai tanggapan terhadap kegiatan eksplorasi laut di wilayah Sipadan.
Tahun 69, Malaysia mulai melakukan klaim bahwa Sipadan Ligitan
merupakan wilayah Malaysia, hal ini langsung di tolak oleh pemerintah
Indonesia. Serangkaian perjanjian, lobi, diplomasi berlangsung dengan cara
Asian Way, sebuah cara yang mengedepankan dialog, dan menghindari
konflik militer. Akhirnya masalah itu menjadi redam dalam tanda kutip,
artinya dialog tentang perselisihan itu dicoba dilakukan dengan cara sambil
minum teh.
Indonesia tiba-tiba kaget ketika pada bulan Oktober
tahun 91, Malaysia tiba-tiba mengeluarkan peta yang
memasukkan Sipadan dan Ligitan ke wilayah Malaysia,
dan tragisnya Indonesia juga tidak tahu kalau di
Sipadan telah dibangun turisme dan arena diving yang
sangat bagus. Kemudian pada tahun 1997 Indonesia
dan Malaysia bersepakat untuk menyerahkan masalah
tersebut ke International Court of Justice, the Hague di
Belanda.
Peta
Putusan Mahkamah Internasioanal
Pada tahun 1998 masalah sengketa Sipadan dan Ligitan dibawa ke ICJ
kemudian pada hari Selasa 17 Desember 2002 ICJ mengeluarkan
keputusan tentang kasus sengketa kedaulatan Pulau Sipadan-Ligitan
antara Indonesia dengan Malaysia. Hasilnya, dalam voting di lembaga itu,
Malaysia dimenangkan oleh 16 hakim, sementara hanya 1 orang yang
berpihak kepada Indonesia. Dari 17 hakim itu, 15 merupakan hakim tetap
dari MI, sementara satu hakim merupakan pilihan Malaysia dan satu lagi
dipilih oleh Indonesia.
Sejak tahun 1974 Malaysia sudah mulai merancang dan membangun
infra struktur Ssipadan-Ligitan lengkap dengan fasilitas resort wisata.
Kita seakan membiarkan saja hal ini terjadi tanpa melakukan apapun
atau bahkan melakukan hal yang sama. Kesalahan kita ialah kita
terlalu cukup percaya diri dengan bukti yuridis yang kita miliki dan
bukti bahwa mereka yang bertempat tinggal di sana adalah orang-
orang Indonesia. Tentu saja bukti ini sangat lemah mengingat bangsa
Indonesia dan bangsa Malaysia berasal dari rumpun yang sama dan
agaknya cukup sulit membedakan warga Indonesia dan warga
Malaysia dengan hanya berdasarkan penampilan fisik maupun
bahasa yang dipergunakannya. Terlebih lagi sudah menjadi ciri khas
di daerah perbatasan bahwa biasanya penduduk setempat
merupakan penduduk campuran yang berasal dari kedua negara.
Melihat pertimbangan yang diberikan oleh mahkamah
internasional, ternyata bukti historis kedua negara kurang
dipertimbangkan. Yang menjadi petimbangan utama dari
mahkamah internasional adalah keberadaan terus-menerus
(continuous presence), penguasaan efektif (effectrive
occupation) dan pelestarian alam (ecology preservation).
Ironisnya ternyata hal-hal inilah yang kurang menjadi
perhatian dari pihak Indonesia. Apabila ditelaah lebih
dalam, seharusnya ketiga poin di atas ialah wewenang dan
otoritas dari Departemen Luar Negeri beserta instansi lainnya
yang berkaitan, tidak terkecuali TNI terutama Angkatan
Laut, Departemen Dalam Negeri, Departemen Kelautan,
Departemen Pariwisata dan lembaga terkait lainnya.
Sesungguhnya apabila terdapat koordinasi yang baik antar
lembaga untuk mengelola Sipadan-Ligitan mungkin posisi
tawar kita akan menjadi lebih baik.
Di samping itu tumpang tindih pengaturan Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) dengan
beberapa negara tetangga juga berpotensi melahirkan friksi dan sengketa yang
dapat mengarah kepada konflk internasional. Mengingat Indonesia merupakan
negara kepulauan, isu maritim selayaknya menjadi perhatian dan melibatkan
aneka kepentingan strategis, baik militer maupun ekonomi.
Berkaitan dengan batas teritorial ada beberapa aspek yang dialami Indonesia.
Pertama, Indonesia masih memiliki Pulau-pulau tak bernama, membuka
peluang negara tetangga mengklaim wilayah-wilayah itu. Kedua, implikasi
secara militer, TNI AL yang bertanggung jawab terhadap wilayah maritim amat
lemah kekuatan armadanya, baik dalam kecanggihan maupun sumber daya
manusianya. Ketiga, tidak adanya negosiator yang menguasai hukum teritorial
kewilayahan yang diandalkan di forum internasional.

Pembenahan secara gradual sebenarnya dapat dimulai dari tataran domestik


untuk menjaga teritorialnya. Pertama, melakukan penelitian dan penyesuaian
kembali garis-garis pangkal pantai (internal waters) dan alur laut nusantara
(archipelagic sea lanes). Hal ini perlu segera dilakukan untuk mencegah klaim-
klaim dari negara lain. Namun sekali lagi, Hal ini memerlukan political will
pemerintah. Kedua, mengintensifkan kehadiran yang terus-menerus,
pendudukan intensif dan jaminan pelestarian terhadap pulau perbatasan. Tidak
terpenuhinya unsur-unsur itu menyebabkan Sipadan-Ligitan jatuh ke Malaysia.

Anda mungkin juga menyukai