Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN KASUS

SKABIES
Oleh :
Devy Putri Zennita
IDENTITAS PASIEN
Nama : Sdr. M. R.
Umur : 16 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku Bangsa : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Sepanjang
Tanggal pemeriksaan : 22 Maret 2017
KELUHAN UTAMA
Gatal di seluruh tubuh
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Pasien mengeluh gatal di telapak tangan, punggung tangan,


lengan, kaki, punggung, perut, serta bagian pantat sejak 1
bulan yang lalu. Gatal disertai dengan bintik - bintik
kemerahan membentuk seperti terowongan berlubang,
sebagian bernanah dan sebagian menjadi luka mengering.
Awalnya bintik-bintik muncul dibagian punggung tangan
kemudian menyebar ke telapak tangan, lengan, bagian perut,
punggung, pantat, kemudian kaki. Gatal dirasakan terutama
malam hari.
RIWAYAT KONTAK
Beberapa teman sepondok pasien mengalami keluhan yang
sama yaitu gatal dan merintis kemerahan terutama pada
sela-sela jari tangan
Pasien tidur bergantian dengan teman-temannya pada kasur
tingkat
Pasien dan teman-teman sekamar menggunakan kamar
mandi yang sama, terkadang suka berganti-gantian memakai
handuk yang sama.
Binatang peliharaan : kucing (-), anjing (-)
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Sebelumnya pasien sudah menderita sakit seperti ini 3 bulan


yang lalu, dan sudah berobat ke klinik di pondok, namun
tidak tuntas.
RIWAYAT PENGOBATAN
Salep 2-4 dan obat minum loratadine. Keluhan sempat
berkurang dan pasien tidak berobat lagi.
RIWAYAT KELUARGA DAN
PSIKOSOSIAL
Riwayat Atopi :
Riwayat atopi pada pasien : asma (-), bersin saat terkena
debu (-), bersin saat dingin (-), alergi makanan (-), alergi obat (
-), riwayat biduren (-)
Riwayat atopi pada keluarga : (-)

Riwayat Sosial :
Sehari-hari pasien tinggal di pondok pesantren yang terdiri
dari 10 anak laki-laki dalam 1 kamar.
PEMERIKSAAN FISIK

Tanda Vital
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80x/menit, reguler, kuat
Respiratory Rate : 18x/menit
Suhu : 36oC aksiler
STATUS GENERALIS
Keadaan Umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Gizi : cukup, BB = 70 kg, TB = 175 cm
Higiene : kurang
Kepala : anemis -/-, ikterik -/-, cyanosis -/-, dyspneu -/-
Thorax : Cor/Pulmo : dbn, sesuai status dermatologis
Abdomen : BU(+)N, sesuai status dermatologis
Ekstremitas : edema -/-, sesuai status dermatologis
Genitalia : tidak di evaluasi
Gluteus : sesuai status dermatologis
STATUS DERMATOLOGIS
Lokasi : telapak tangan, punggung tangan, lengan,
sekitar pusar, punggung, pantat, kaki dan
punggung kaki
Distribusi : tersebar
Efloresensi :
Papula eritematus membentuk terowongan, bentuk bulat,
ukuran bervariasi antara 1-5 mm, ekskoriasi (+), krustae (+),
vesikel berisi pus (+)
DIAGNOSA
Diagnosis Primer : Skabies
Diagnosis Sekunder : Infeksi Sekunder

Diagnosa Banding :
Prurigo
Dermatitis
Folikulitis
TATALAKSANA (1)
Terapi causal
Krim Permetrin 5% digunakan dengan cara :
Mengoleskan krim tersebut pada semua bagian kulit
tubuh, kecuali wajah pada malam hari sebelum tidur.
Termasuk di punggung tangan, sela-sela jari, lengan
tangan, sekitar pusar, punggung, lutut, kaki, punggung
kaki dan sela-sela pantat. Didiamkan selama 8-12 jam
kemudian dibilas dengan air hangat. Jika krim tersebut
terkena air misalnya selama cuci tangan, wudhu,
sehabis BAK dan BAB maka bagian-bagian tersebut
harus diolesi krim lagi. Penggunaan krim diulang
seminggu kemudian. Anggota keluarga yang terkena,
teman satu kamar di pondok jjuga perlu memakai krim
ini.
TATALAKSANA (2)
Terapi simptomatis
Antihistamin sistemik oral : Cetirizine 10 mg - 2 kali 1 tablet
yang diminum bila gatal.
Rawat luka dengan cairan infus PZ, dibilas dibagian yang ada
pusnya, kemudian dioleskan gentamycine salep di area
sekitar luka. Lakukan 1-2 kali sehari.
TATALAKSANA (3)
Terapi Suportif (Edukasi)
Rajin membersihkan badan (mandi)
Menghindari menggaruk area yang gatal, terutama
bagian yang terdapat luka maupun nanah.
Anggota keluarga yang serumah maupun teman satu
pondok yang mengalami keluhan yang sama perlu
diobati juga
Merendam pakaian, handuk, seprei, selimut yang
dipakai 5 hari terakhir dalam air panas (suhu >
55C) selama 30 menit, kemudian dicuci dengan
deterjen dan dibilas
Menjemur kasur, bantal dan guling
Tidak menggunakan pakaian atau handuk secara
bergantian
PROGNOSA
Dubia ad Bonam
PEMBAHASAN
DEFINISI
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh
infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei
varian hominis dan produknya. Beberapa sinonim
penyakit ini yaitu: Kudis, The Itch, Gudig, Budukan,
Gatal Agogo. Skabies merupakan penyakit epidemik
pada banyak masyarakat. Penyakit ini banyak dijumpai
pada anak dan orang dewasa muda, tetapi dapat juga
mengenai semua umur.
PENULARAN DAN EPIDEMOLOGI
Skabies sangat mudah menular. Penularan penyakit ini
ada dua cara yaitu melalui kontak langsung misalnya
berjabat tangan, tidur bersama, dan hubungan seksual.
Dan kontak tidak langsung misalnya pakaian, handuk,
sprei, dan bantal. Transmisi antara anggota keluarga
atau kelompok sering terjadi. Beberapa faktor yang
dapat membantu penyebarannya adalah kemiskinan,
hygiene yang jelek, seksual promiskuitas, diagnosis
yang salah, demografi, ekologi dan derajat sensitasi
individual.
DIAGNOSIS
Terdapat tanda kardinal skabies, yaitu :
pruritus nokturnal artinya gatal pada malam hari yang
disebabkan karena aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu
yang lebih lembab dan panas. Penyakit ini menyerang manusia
secara kelompok, misalnya dalam sebuah keluarga biasanya
seluruh anggota keluarga terkena infeksi.
Ditemukan papul atau vesikel di ujung terowongan yang
berwarna putih atau keabu-abuan berbentuk garis lurus atau
berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada tempat-tempat predileksi.
Adapun tempat-tempat predileksi pada infeksi skabies berbeda
pada dewasa dan anak-anak. Pada dewasa umumnya lesi
terdapat di daerah flexor pergelangan tangan, sela-sela jari,
dorsum pedis, axilla, elbow, pinggang, bokong, dan alat genitalia.
Sedangkan pada anak-anak umumnya lesi terdapat pada wajah,
kulit kepala, leher, telapak tangan dan telapak kaki.
Menemukan tungau merupakan hal yang paling diagnostik.
Cukup dengan dua tanda kardinal sudah dapat menegakkan
diagnosis skabies.
PEMERIKSAAN PENUNJANG (1)
Ada beberapa pemeriksaan penunjang yang disarankan
untuk membantu penegakkan diagnose scabies.
Pertama melakukan pemeriksaan KOH dengan
membuat kerokan kulit pada daerah yang berwarna
kemerahan dan terasa gatal. Kerokan yang dilakukan
sebaiknya dilakukan agak dalam hingga kulit
mengeluarkan darah karena sarcoptes betina
bermukim agak dalam di kulit dengan membuat
terowongan. Untuk melarutkan kerak digunakan larutan
KOH 10 persen selanjutnya hasil kerokan tersebut
diamati dengan mikroskop dengan perbesaran 10-40
kali. Cara lain adalah dengan meneteskan minyak
imersi pada lesi, dan epidermis diatasnya dikerok
secara perlahan-lahan (Mawali, 2000).
PEMERIKSAAN PENUNJANG (2)
Pemeriksaan penunjang lainya juga bisa dilakukan jika
ditemukan tungau, nimpa, larva, telur atau kotoran S.
scabiei (ROBERT dan FAWCETT, 2003). Dengan tes tinta
pada terowongan di dalam kulit dilakukan dengan cara
menggosok papula menggunakan ujung pena yang
berisi tinta . Papula yang telah tertutup dengan tinta
didiamkan selama dua puluh sampai tiga puluh menit,
kemudian tinta diusap/dihapus dengan kapas yang
dibasahi alkohol. Tes dinyatakan positif bila tinta masuk
ke dalam terowongan dan membentuk gambaran khas
berupa garis zig-zag (HoEDOJO, 1989) . Visualisasi
terowongan yang dibuat tungau juga dapat dilihat
menggunakan mineral oil atau flourescence
tetracycline test (BURKHART et al., 2000).
PENGOBATAN (TATALAKSANA)
Pengobatan penyakit ini menggunakan obat-obatan
berbentuk krim atau salep yang dioleskan pada kulit
yang terinfeksi. Obat yang dipakai harus tidak berbau,
efektif terhadap stadium kutu (telur, larva maupun kutu
dewasa), tidak menimbulkan iritasi kulit dan tidak
toksik, mudah diperolah dan murah. Ada beberapa
macam pilihan obat untuk skabies: belerang endap
(Sulfur presipitatum) dengan kadar 4-20% dalam
bentuk salep atau krim, emulsi benzil benzoas 20-25%,
gama benzena heksa klorida 1% dalam krim atau lotio,
krotamiton 10% dalam krim atau losio, malathion 0,5%,
permetrin 5% berbentuk krim. Permetrin 5%
merupakan obat yang memenuhi syarat-syarat di atas,
sehingga obat ini digunakan secara luas di masyarakat.
Tujuan manajemen infeksi skabies ini adalah untuk
menghindari kesalahan cara pemakaian obat,
menghindari pemakaian obat yang berlebihan karena
gatal yang masih menetap meskipun parasitnya telah
hilang, menghindari terjadinya reinfeksi sehingga orang
yang kontak dengan penderita juga harus diobati untuk
memutuskan rantai penularan. Diperlukan kombinasi
dengan antibiotika pada skabies yang disertai infeksi
sekunder. Penderita diedukasi tentang pentingnya
mencuci pakaian dan sprei/sarung bantal dengan air
panas,dan mandi untuk membersihkan kutu yang
menginfestasi kulit.
DAFTAR PUSTAKA
Djuanda, Adhi. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Edisi
Kelima. Jakarta:Penerbit FKUI
Anonymous. 2006. Health Care Education Scabies. Department of Health and Human Services.
http://www.hidaya.org. Diakses tanggal 29 April 2011
McCroskey L, Amy. 2010. Scabies. http://www.emedicine.com. Diakses tanggal 29 April 2011.
Harahap, Marwali.2005. Ilmu Penyakit Kulit.Jakarta:Hipokrates.
The Health Protection Team. 2007. Guidelines for The Management of Scabies. NHS Highland
Chosidow O. Scabies. The New England Journal of Medicine, 2006; 354: 1718-1727.
Fox GN, Usatine RP. Itching and Rash in A Boy and His Grandmother. The Journal of Family Practice,
2006; 55(8).
Johnston G, Sladden M. Scabies: Diagnosis and Treatment. British Journal of Medicine, 2005;
331(7517): 619.
Jusuf Barakbah dkk. 2008. Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin. p: 61-63.
Jusuf Barakah dkk. 2005. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag/SMF Ilmu Penyakit kulit dan Kelamin.
Edisi Ketiga. p: 49-52.
O'DONNEL, B.,F., S. O'LOUGHLIN and F.C. POWELL. 1990 . Management of crusted scabies. hit . J .
Dermatol . 29 :258-266,
ROBERT, S. and M.D.M.S . FAWCETT . 2003 . Ivermectin use in scabies. Am. Fam . Physic. 68(6) : 1089
- 109
DOKTER INTERNSHIP
PUSKESMAS TAMAN - SIDOARJO
PERIODE 16 FEBRUARI - !5 JUNI 2017

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai