Anda di halaman 1dari 55

LAPORAN KASUS

SINDROM NEFRITIK AKUT


RS IBNU SINA, Maret 2017

Hartati Burhan, S.Ked


111 2016 2046

PEMBIMBING
Prof. Dr .dr. H. R Satriono, MSc, Sp.A(K), Sp.GK(K)

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENDAHULUAN

Sindrom nefritik akut (SNA) adalah istilah umum kelainan


ginjal berupa proliferasi dan inflamasi glomeruli.

SNA merupakan kumpulan gambaran klinis berupa


hematuria, oligouria dan azotemia, retensi natrium dan air/
hipertensi.
Bentuk SNA yang sering ditemukan pada anak adalah
glomerulonephritis yang didahului oleh infeksi streptokokus
hemolitikus A sehingga disebut glomerulonephritis akut
pasca streptokokus (GNAPS).

Streptokokus hemolitikus grup A serotipe 12 dan


serotype 46.
CASE REPORT: SINDROM NEFRITIS AKUT
IDENTITAS PASIEN ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK LABORATORIUM
RESUME ASSESSMENT PLANNING FOLLOW-UP

Nama : An. FP
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 3 tahun
Tanggal lahir : 07 Agustus 2013
Agama : Islam
Alamat : Jl. Poros Kariango Maros
Tanggal masuk rumah sakit : 04/03/2017
No. rekam medis : 15-31-87
CASE REPORT: SINDROM NEFRITIS AKUT
IDENTITAS PASIEN ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK LABORATORIUM
RESUME ASSESSMENT PLANNING FOLLOW-UP

KELUHAN UTAMA DAN KELUHAN TAMBAHAN

Alloanamnesis dari ibu penderita

Keluhan utama: Bengkak pada mata, perut, dan kaki


CASE REPORT: SINDROM NEFRITIS AKUT
IDENTITAS PASIEN ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK LABORATORIUM
RESUME ASSESSMENT PLANNING FOLLOW-UP

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Bengkak dialami 7 hari sebelum masuk RS. Pada awalnya, bengkak muncul di kelopak
mata dan lebih terlihat jelas saat bangun tidur pagi hari. Bengkak kemudian tampak pula di
perut, dan kedua kaki. Demam ada sejak 1 hari sebelum masuk RS, kejang tidak ada, batuk
tidak ada, sesak tidak ada, mual ada, muntah tidak ada.
Anak malas makan dan minum
BAK berwarna merah seperti air cucian daging, kesan berkurang.
BAB biasa warna kuning.
CASE REPORT: SINDROM NEFRITIS AKUT
IDENTITAS PASIEN ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK LABORATORIUM
RESUME ASSESSMENT PLANNING FOLLOW-UP

Ibu mengatakan bahwa anak belum pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya. Riwayat luka-luka
pada kulit dengan nanah 2-3 minggu sebelumnya dan hilang timbul sampai sekarang.

Tidak ada keluarga yang pernah mengalami keluhan yang sama.

Pasien belum pernah berobat sebelumnya.

Alergi terhadap obat-obatan, makanan, dan cuaca tertentu disangkal.


CASE REPORT: SINDROM NEFRITIS AKUT
IDENTITAS PASIEN ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK LABORATORIUM
RESUME ASSESSMENT PLANNING FOLLOW-UP

Lahir di rumah, spontan, ditolong bidan, segera menangis, berat badan lahir 3600 gram, panjang
badan lahir 51 cm, dan lingkar kepala tidak diukur

Imunisasi dasar lengkap: BCG 1 kali, DPT 3 kali, Polio 4 kali, Hepatitis B 3 kali, Campak 1 kali.
CASE REPORT: SINDROM NEFRITIS AKUT
IDENTITAS PASIEN ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK LABORATORIUM
RESUME ASSESSMENT PLANNING FOLLOW-UP

ASI sampai umur 6 bulan. Makanan bubur saring pertama umur 7 bulan. Selanjutnya makanan 3 kali
sehari yang terdiri dari nasi, lauk pauk termasuk telur, daging,ikan, dan buah.

Mengamati tangan lupa, meraih benda lupa, tengkurap sendiri lupa, satu suku kata lupa, menunjuk
satu tangan lupa, gigi pertama 7 bulan, perkembangan sesuai usia kronologi.
CASE REPORT: SINDROM NEFRITIS AKUT
IDENTITAS PASIEN ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK LABORATORIUM
RESUME ASSESSMENT PLANNING FOLLOW-UP

PEMERIKSAAN FISIK UMUM

Keadaan umum:
Tampak sakit sedang, gizi baik, sadar GCS 15 (E4M6V5)

Tekanan darah : 140/80mmHg (Hipertensi Grade II)


P90: 105/61 mmHg
P95: 109/65 mmHg
P99: 116/73 mmHg
Frekuensi nadi (N) : 100 x/menit, reguler
Pernapasan (P) : 28 x/menit, reguler, abdominal
Suhu (S) : 38,3oC
CASE REPORT: SINDROM NEFRITIS AKUT
IDENTITAS PASIEN ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK LABORATORIUM
RESUME ASSESSMENT PLANNING FOLLOW-UP

ANTROPOMETRI

Berat Badan : aktual 18 kg


BB koreksi : BB actual 20% BB Actual = 14,4 kg
Tinggi badan : 102
LLA : 15,5 cm
Status gizi : BB/TB : Berada diantara -2 sd dan -1 sd
TB/U : Berada diantara garis median dan 2 sd
BB/U : Berada diantara garis median dan -2 sd
CASE REPORT: SINDROM NEFRITIS AKUT
IDENTITAS PASIEN ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK LABORATORIUM
RESUME ASSESSMENT PLANNING FOLLOW-UP

STATUS GENERALIS : KEPALA

Kepala : Normosefal, lingkar kepala (LK) 47,5cm


(normal 47-54 cm)
Rambut : hitam, lurus, tidak mudah dicabut
Muka : Simetris
Mata : Edema palpebra bilateral
Bibir : Tidak kering
Mulut : Tidak ada stomatitis
Lidah : Tidak kotor
Telinga : Tidak ada otore
Hidung : Tidak ada rinore, perdarahan,
dan pernapasan cuping hidung
Gigi : 2212 2122 tidak ada karies
2212 2122

Tenggorokan : Faring tidak hiperemis, tonsil T1/T1 tidak hiperemis


Leher : Tidak ada kelainan
CASE REPORT: SINDROM NEFRITIS AKUT
IDENTITAS PASIEN ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK LABORATORIUM
RESUME ASSESSMENT PLANNING FOLLOW-UP

PEMERIKSAAN FISIK : COR

Dada : Normal dan simetris kiri dan kanan Jantung

Periksa pandang : Iktus kordis tidak tampak


Periksa raba : Iktus kordis dan thrill tidak teraba,
Periksa ketuk : Batas kiri linea midklavikularis kiri
Batas kanan pada linea parasternalis kanan
Batas atas pada sela iga III kiri
Periksa dengar : Bunyi jantung I/II murni, reguler, bising (-)
CASE REPORT: SINDROM NEFRITIS AKUT
IDENTITAS PASIEN ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK LABORATORIUM
RESUME ASSESSMENT PLANNING FOLLOW-UP

PEMERIKSAAN FISIK : PARU

Paru-paru:
Periksa pandang : Simetris antara dada kiri dan kanan
Periksa raba : Sela iga tidak melebar,
vocal fremitus sama kanan kiri
Periksa ketuk : Batas paru hati sela iga VI kanan depan
Batas paru belakang kanan vertebra thx X
Batas paru belakang kiri vertebra thx XI
Periksa dengar : Bunyi pernapasan vesikuler dan
bunyi tambahan: Ronkhi -/- Wheezing -/-
CASE REPORT: SINDROM NEFRITIS AKUT
IDENTITAS PASIEN ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK LABORATORIUM
RESUME ASSESSMENT PLANNING FOLLOW-UP

PEMERIKSAAN FISIK ABDOMEN

Perut:

Periksa pandang : Cembung, ikut gerak napas

Periksa dengar : Peristaltik kesan normal

Periksa ketuk : Asites (shifting dullness)

Periksa raba : Hati dan lien kesan tidak teraba


CASE REPORT: SINDROM NEFRITIS AKUT
IDENTITAS PASIEN ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK LABORATORIUM
RESUME ASSESSMENT PLANNING FOLLOW-UP

PEMERIKSAAN FISIK

Anggota gerak : Edema pretibial dan dorsum pedis. Ada piodermi


Tulang belakang : Gibbus dan skoliosis tidak ada
Alat kelamin : Tidak ada edema
Status pubertas : A1G1P1
Refleks fisiologis : BPR, TPR, KPR dan APR kesan normal
Refleks patologis : Babinsky tidak ada, Chadock tidak ada,
Gordon tidak ada, Oppenheim tidak ada.
CASE REPORT: SINDROM NEFRITIS AKUT
IDENTITAS PASIEN ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK LABORATORIUM
RESUME ASSESSMENT PLANNING FOLLOW-UP

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan


Darah Rutin
Hemoglobin 9,7 g/dl 11 - 17
Hematokrit 28.9% 35 - 55 %
Leukosit 16.400 4000 12.000
Trombosit 179.000/mm3 150.000 450.000
MCV 78.3 fL 80 100
MCH 26.3 pg 26 34
MCHC 33.6 g/dl 31 35.5

Urin rutin:warna coklat; pH 5,0; BJ 1,030; protein +2; blood +2, leukosit +2,
sedimen:lekosit penuh/LPB, eritrosit penuh/LPB; sel epitel 3-5/LPB. Albumin 3.1 g/dL,
urea 58 mg/dL, creatinine 1.0 mg/dl.
CASE REPORT: SINDROM NEFRITIS AKUT
IDENTITAS PASIEN ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK LABORATORIUM
RESUME ASSESSMENT PLANNING FOLLOW-UP

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Urin Rutin Hasil Rujukan


Warna coklat Kuning
pH 5 4.5 8.0
BJ 1.030 1.005 1.035
Protein +2 Negatif
Blood +2 Negatif
Leukosit +2 Negatif
sedimen
lekosit penuh/LPB <5/LPB
eritrosit penuh/LPB <5/LPB

sel epitel 3-5/LPB


CASE REPORT: SINDROM NEFRITIS AKUT
IDENTITAS PASIEN ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK LABORATORIUM
RESUME ASSESSMENT PLANNING FOLLOW-UP

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Hasil Rujukan
,,
Albumin 3.1 g/dL 3.8 5.4
urea 58 mg/dL 15 - 40
creatinine 1.0 mg/dl 0.5 1.2

Kesan: Laboratorium menunjukan proteinuria, hematuri


CASE REPORT: SINDROM NEFRITIS AKUT
IDENTITAS PASIEN ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK LABORATORIUM
RESUME ASSESSMENT PLANNING FOLLOW-UP

- Sindrom Nefritik Akut


- Hipertensi Grade II
- Piodermi
- Infeksi Saluran Kemih
CASE REPORT: SINDROM NEFRITIS AKUT
IDENTITAS PASIEN ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK LABORATORIUM
RESUME ASSESSMENT PLANNING FOLLOW-UP

Anak 3 tahun, berat 18 kg


- Asuhan gizi: Makanan biasa rendah garam, protein 1 g/kgbb/hari.
- Asuhan Medik:
Tirah baring
Infus Dekstrose 5% 8 tetes/menit
Paracetamol 150 mg/8jam/iv (bila suhu 38,5)
Ceftriaxone 1,5 gram/24jam/iv (dalam Nacl 0,9% 100 ml, habis dalam 1 jam).
Captopril 3,125 mg/12jam/oral
furosemide 15 mg/12 jam/iv
bactroban sale poles pagi-sore
Edukasi orang tua tentang penyakit, pengobatan, diet, efek samping pengobatan,
komplikasi, dan pemantauan penyakit.
CASE REPORT: SINDROM NEFRITIS AKUT
IDENTITAS PASIEN ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK LABORATORIUM
RESUME ASSESSMENT PLANNING FOLLOW-UP

PEMANTAUAN PENYAKIT

Gejala klinis, pemeriksaan fisik


Kontrol, ureum, kreatinin, protein total, albumin, kolesterol, SGOT, SGPT
Pemeriksaan ASTO
C3 Komplemen
Tampung urin 24 jam
Urine esbach
urinalisis
CASE REPORT: SINDROM NEFRITIS AKUT
IDENTITAS PASIEN ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK LABORATORIUM
RESUME ASSESSMENT PLANNING FOLLOW-UP

FP, laki-laki 3 tahun dirawat di RSIS karena bengkak. Bengkak mulai di kelopak mata
meluas ke seluruh tubuh. Bengkak dialami 7 hari sebelum masuk RS. Pada awalnya, bengkak
muncul di kelopak mata dan lebih terlihat jelas saat bangun tidur pagi hari. Bengkak kemudian
tampak pula di perut, dan kedua kaki. Demam ada sejak 1 hari sebelum masuk RS, kejang tidak
ada, batuk tidak ada, sesak tidak ada, mual ada, muntah tidak ada.
Anak malas makan dan minum
BAK berwarna merah seperti air cucian daging, kesan kurang
BAB biasa warna kuning.

Pada pemeriksaan fisis ditemukan KU sakit sedang, gizi baik BB/TB Berada diantara -2
sd dan -1 sd (gizi baik) BB aktual 18 kg, BB koreksi 14,4 kg, TB 102 cm, kesadaran GCS 15
(E4M6V5). Tekanan darah 140/80 (hipertensi grade II) mmHg, Nadi 100 x/menit, Pernapasan 28
x/menit, Suhu 38,3oC. Edema di palpebra, pretibial, dorsum pedis,dan asites. Ada riwayat infeksi
kulit 2-3 minggu yang lalu.

Laboratorium menunjukan proteinuria, hematuri.

Terapi Tirah baring, Infus Dekstrose 5% 8 tetes/menit, Paracetamol 150 mg/8jam/iv (bila
suhu 38,5), Ceftriaxone 1,5 gram/24jam/iv (dalam Nacl 0,9% 100 ml, habis dalam 1 jam),
Captopril 3,125 mg/12jam/oral, furosemide 15 mg/12 jam/iv, bactroban sale poles pagi-sore.
CASE REPORT: SINDROM NEFRITIS AKUT
IDENTITAS PASIEN ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK LABORATORIUM
RESUME ASSESSMENT PLANNING FOLLOW-UP

Hari ke-2 (5 Maret 2017)

Bengkak masih tampak di palpebra, perut, dan kedua kaki. Demam ada, kejang tidak ada, batuk tidak
ada, sesak tidak ada, mual tidak ada, muntah tidak ada. Anak mau makan dan minum. BAK 1 ml/kgBB/jam warna
kemerahan. BAB biasa warna kuning. Keadaan umum baik,
TD 140/100 mmHg, N 120 x/menit, P 38 x/menit, S 38,4 oC. Edema palpebra, edema pretibial, dan
dorsum pedis. Asites berkurang.
Hasil urin rutin: BJ 1,025; pH 5,5, protein +2, blood +3, nitrit +, leukosit +3, sedimen: leukosit
penuh/LPB, eritrosit penuh/LPB, sel epitel: 5-8/LPB.
Terapi Tirah baring, Infus Dekstrose 5% 8 tetes/menit, Paracetamol 150 mg/8jam/iv (bila suhu 38,5),
Ceftriaxone 1,5 gram/24jam/iv (dalam Nacl 0,9% 100 ml, habis dalam 1 jam), Captopril 3,125 mg/12jam/oral,
furosemide 15 mg/12 jam/oral, bactroban salep poles pagi/sore. Makanan biasa, rendah garam, tamping urin 24
jam, periksa urin rutin perhari, periksa ASTO.
CASE REPORT: SINDROM NEFRITIS AKUT
IDENTITAS PASIEN ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK LABORATORIUM
RESUME ASSESSMENT PLANNING FOLLOW-UP

Hari ke-3 (6 Maret 2017)

Bengkak mulai berkurang dipalpebra, perut, dan kedua kaki. Demam tidak ada, kejang
tidak ada, batuk tidak ada, sesak tidak ada, mual tidak ada, muntah tidak ada. Anak mau makan dan
minum. BAK lancer warna kuning kemerahan. BAB biasa warna kuning. Keadaan umum lemah,
TD 120/70 mmHg, N 90 x/menit, P 26 x/menit, S 36,7oC. Edema palpebra, edema pretibial,
dan dorsum pedis minimal. Asites berkurang.
Hasil urin rutin: BJ 1,025; pH 5.5, protein +1, blood +3, nitrit negatif, leukosit +3, sedimen:
leukosit 20-30/LPB, eritrosit 15-25/LPB, sel epitel: 2-3/LPB. T
erapi Tirah baring, Infus Dekstrose 5% 8 tetes/menit, Paracetamol 150 mg/8jam/iv (bila
suhu 38,5), Ceftriaxone 1,5 gram/24jam/iv (dalam Nacl 0,9% 100 ml, habis dalam 1 jam), Captopril
3,125 mg/12jam/oral, furosemide 15 mg/12 jam/oral, bactroban salep poles pagi/sore. Makanan
biasa, rendah garam, tamping urin 24 jam, periksa urin rutin perhari, periksa ASTO (menunggu hasil).
CASE REPORT: SINDROM NEFRITIS AKUT
IDENTITAS PASIEN ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK LABORATORIUM
RESUME ASSESSMENT PLANNING FOLLOW-UP

Hari ke-4 (7 Maret 2017)

Bengkak berkurang dipalpebra, perut, dan kedua kaki. Demam tidak ada, kejang tidak ada,
batuk tidak ada, sesak tidak ada, mual tidak ada, muntah tidak ada. Anak mau makan dan minum.
BAK 2,9 ml/KgBB/jam warna kemerahan. BAB biasa warna kuning. Keadaan umum baik,
TD = 120/70 mmHg, N 102 x/menit, P 28 x/menit, S 37,4oC. Edema palpebra, edema
pretibial, dan dorsum pedis minimal. Asites berkurang.
Hasil urin rutin: BJ 1,010; pH 6.0, protein negatif, blood +3, nitrit negatif, leukosit +2,
sedimen: leukosit 12-15/LPB, eritrosit penuh/LPB, sel epitel: 0-1/LPB.
Terapi Infus Dekstrose 5% 8 tetes/menit, Paracetamol 150 mg/8jam/iv (bila suhu 38,5),
Ceftriaxone 1,5 gram/24jam/iv (dalam Nacl 0,9% 100 ml, habis dalam 1 jam), Captopril 3,125
mg/12jam/oral, furosemide 15 mg/12 jam/oral, bactroban salep poles pagi/sore. Makanan biasa,
rendah garam, tamping urin 24 jam, periksa urin rutin perhari, ASTO 365 IU/mL
CASE REPORT: SINDROM NEFRITIS AKUT
IDENTITAS PASIEN ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK LABORATORIUM
RESUME ASSESSMENT PLANNING FOLLOW-UP

Hari ke-5 (8 Maret 2017)

Bengkak berkurang dipalpebra, perut, dan kedua kaki. Demam tidak ada, kejang tidak ada, batuk
tidak ada, sesak tidak ada, mual tidak ada, muntah tidak ada. Anak mau makan dan minum. BAK
1200 ml/hari = 3,5 ml/kgBB/jam, warna kemerahan. BAB biasa warna kuning. Keadaan umum lemah,
TD 120/70 mmHg, N 97 x/menit, P 38 x/menit, S 36,8 oC. Edema palpebra, edema pretibial, dan
dorsum pedis minimal. Asites berkurang. Hasil urin rutin: BJ 1,020; pH 6.0, protein +2, blood +3, nitrit
negatif, leukosit +3, sedimen: leukosit 10-15/LPB, eritrosit penuh/LPB, sel epitel: 3-5/LPB. Terapi Infus
Dekstrose 5% 8 tetes/menit, Paracetamol 150 mg/8jam/iv (bila suhu 38,5), Ceftriaxone 1,5
gram/24jam/iv (dalam Nacl 0,9% 100 ml, habis dalam 1 jam), Captopril 3,125 mg/12jam/oral,
furosemide 15 mg/12 jam/oral, bactroban salep poles pagi/sore. Makanan biasa, rendah garam,
tampung urin 24 jam.
CASE REPORT: SINDROM NEFRITIS AKUT
IDENTITAS PASIEN ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK LABORATORIUM
RESUME ASSESSMENT PLANNING FOLLOW-UP

Hari ke-6 (9 Maret 2017)


Bengkak ada minimal dipalpebra dan kedua kaki. Demam tidak ada, kejang tidak ada,
batuk tidak ada, sesak tidak ada, mual tidak ada, muntah tidak ada. Anak mau makan dan minum.
BAK 1000 ml/24jam = 2,4 ml/kgBB/jam berwarna kuning keruh. BAB biasa warna kuning.Keadaan
umum baik, TD 140/90 mmHg, N 108 x/menit, P 22 x/menit, S 36,8 oC. Asites berkurang.
Terapi Infus Dekstrose 5% 8 tetes/menit, Paracetamol 150 mg/8jam/iv (bila suhu 38,5),
Ceftriaxone 1,5 gram/24jam/iv (dalam Nacl 0,9% 100 ml, habis dalam 1 jam), Captopril 3,125
mg/12jam/oral, furosemide 15 mg/12 jam/oral, bactroban salep poles pagi/sore. Makanan biasa,
rendah garam, tamping urin 24 jam.
CASE REPORT: SINDROM NEFRITIS AKUT
IDENTITAS PASIEN ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK LABORATORIUM
RESUME ASSESSMENT PLANNING FOLLOW-UP

Hari ke-7 (10 Maret 2017)

Bengkak ada minimal dipalpebra dan kedua kaki. Demam tidak ada, kejang tidak ada,
batuk tidak ada, sesak tidak ada, mual tidak ada, muntah tidak ada. Anak mau makan dan minum.
BAK berwarna kuning, lancar. BAB biasa warna kuning. Keadaan umum baik, TD 120/80 mmHg, N 72
x/menit, P 36 x/menit, S 37,3 oC. Asites berkurang.
Terapi Paracetamol 150 mg/8jam/iv (bila suhu 38,5), Ceftriaxone 1,5 gram/24jam/iv
(dalam Nacl 0,9% 100 ml, habis dalam 1 jam), Captopril 3,125 mg/12jam/oral, furosemide 15 mg/12
jam/oral, bactroban salep poles pagi/sore. Makanan biasa, rendah garam, tamping urin 24 jam.
CASE REPORT: SINDROM NEFRITIS AKUT
IDENTITAS PASIEN ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK LABORATORIUM
RESUME ASSESSMENT PLANNING FOLLOW-UP

Hari ke-8 (11 Maret 2017)

Bengkak ada minimal dipalpebra dan kedua kaki. Demam tidak ada, kejang tidak ada,
batuk tidak ada, sesak tidak ada, mual tidak ada, muntah tidak ada. Anak mau makan dan minum.
BAK berwarna kuning, lancar. BAB biasa warna kuning. Keadaan umum baik, TD 110/70 mmHg, N 72
x/menit, P 34 x/menit, S 37,5 oC. Asites berkurang.
Terapi Paracetamol 150 mg/8jam/iv (bila suhu 38,5), Ceftriaxone 1,5 gram/24jam/iv
(dalam Nacl 0,9% 100 ml, habis dalam 1 jam), Captopril 3,125 mg/12jam/oral, furosemide 15 mg/12
jam/oral, bactroban salep poles pagi/sore. Makanan biasa, rendah garam, tamping urin 24 jam.
CASE REPORT: SINDROM NEFRITIS AKUT
IDENTITAS PASIEN ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK LABORATORIUM
RESUME ASSESSMENT PLANNING FOLLOW-UP

Hari ke-9 (12 Maret 2017)

Bengkak ada minimal dipalpebra dan kedua kaki. Demam tidak ada, kejang tidak ada,
batuk tidak ada, sesak tidak ada, mual tidak ada, muntah tidak ada. Anak mau makan dan minum.
BAK berwarna kuning, lancar. BAB biasa warna kuning. Keadaan umum baik, TD 120/90 mmHg, N 86
x/menit, P 38 x/menit, S 37,1 oC. Asites berkurang.
Terapi Paracetamol 150 mg/8jam/iv (bila suhu 38,5), Ceftriaxone 1,5 gram/24jam/iv
(dalam Nacl 0,9% 100 ml, habis dalam 1 jam), Captopril 3,125 mg/12jam/oral, furosemide 15 mg/12
jam/oral, bactroban salep poles pagi/sore. Makanan biasa, rendah garam, tamping urin 24 jam.
CASE REPORT: SINDROM NEFRITIS AKUT
IDENTITAS PASIEN ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK LABORATORIUM
RESUME ASSESSMENT PLANNING FOLLOW-UP

Hari ke-10 (13 Maret 2017)

Bengkak ada minimal dipalpebra dan kedua kaki. Demam tidak ada, kejang tidak ada,
batuk tidak ada, sesak tidak ada, mual tidak ada, muntah tidak ada. Anak mau makan dan minum.
BAK berwarna kuning, keruh. BAB biasa warna kuning.
Keadaan umum baik, TD 110/80 mmHg, N 96 x/menit, P 38 x/menit, S 36.6 oC. Asites
berkurang.
Hasil urin rutin: BJ 1,030; pH 5.5, protein +1, blood +3, nitrit negatif, leukosit +3, sedimen:
leukosit 5-8/LPB, eritrosit 12-15/LPB, sel epitel: 0-2/LPB.
Terapi Paracetamol 150 mg/8jam/iv (bila suhu 38,5), Ceftriaxone 1,5 gram/24jam/iv
(dalam Nacl 0,9% 100 ml, habis dalam 1 jam), Captopril 3,125 mg/12jam/oral, furosemide 15 mg/12
jam/oral, bactroban salep poles pagi/sore. Makanan biasa, rendah garam, tamping urin 24 jam.
CASE REPORT: SINDROM NEFRITIS AKUT
IDENTITAS PASIEN ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK LABORATORIUM
RESUME ASSESSMENT PLANNING FOLLOW-UP

Hari ke-11 (14 Maret 2017)

Bengkak menghilang dipalpebra dan kedua kaki. Demam tidak ada, kejang tidak ada,
batuk tidak ada, sesak tidak ada, mual tidak ada, muntah tidak ada. Anak mau makan dan minum.
BAK berwarna kuning, keruh. BAB biasa warna kuning.
Keadaan umum baik, TD 100/60 mmHg, N 100 x/menit, P 39 x/menit, S 36,6 oC. Asites
menghilang
Terapi Paracetamol 150 mg/8jam/iv (bila suhu 38,5), Ceftriaxone 1,5 gram/24jam/iv
(dalam Nacl 0,9% 100 ml, habis dalam 1 jam), Captopril 3,125 mg/12jam/oral, furosemide 15 mg/12
jam/oral, bactroban salep poles pagi/sore. Makanan biasa, rendah garam,.
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI

Sindrom nefritik akut (SNA): GNAPS adalah suatu bentuk


suatu kumpulan gejala klinik peradangan glomerulus yang secara
berupa proteinuria, hematuria, histopatologi menunjukkan proliferasi

azotemia, red blood cast, & inflamasi glomeruli dan didahului


oleh infeksi group A -hemolytic
oliguria & hipertensi (PHAROH)
streptococci (GABHS) dan ditandai
yang terjadi secara akut.
dengan gejala nefritik seperti
hematuria, edema, hipertensi,
oliguria yang terjadi secara akut.
EPIDEMIOLOGI

Indonesia memperlihatkan sebaran kasus pada usia 2,5 15 tahun


dengan rerata usia tertinggi 8,46 tahun

Rasio : = 1, 34 : 1. Insidensi laki-laki lebih sering daripada


perempuan.

Negara maju, insiden GNAPS berkurang akibat sanitasi yang lebih baik,
pengobatan dini penyakit infeksi, sedangkan di negara sedang
berkembang insiden GNAPS masih banyak dijumpai. Di Indonesia lebih
banyak ditemukan pada golongan sosial ekonomi rendah yaitu 68,9%
ETIOLOGI
Bakteri, Virus, dan Proses imunologis lainnya.

Penyebab paling sering adalah disebabkan oleh Streptococcus beta


hemolyticus group A tipe M (NEFRITOGENIK)

5%- 19% di antara pasien yang menderita faringitis.

20% di antara impetigo.


PATOGENESIS

Imunologic mechanism :
Autoimmun

Antigen masuk -> terbentuk antibodi ->


antibodi bereaksi dengan antigen di mbg ->
kerusakan pada mbg.
Soluble Ag Ab Complex

Antigen masuk ke sirkulasi -> terbentuk SAAC -> komplemen C3


bereaksi -> komplemen C3 bergabung dengan SAAC ->
membentuk deposit dibawah epitel Kapsula Bowmen (HUMPS) ->
C3 menarik sel PMN (chemotactic) -> migrasi PMN menyebabkan
gangguan permeabilitas mbg -> eritrosi, protein terdapat dalam
urin.
MANIFESTASI KLINIS

1. Periode laten : 1-3 minggu untuk ISPA, 3 minggu Pioderma


2. Edema paling sering, minggu pertama menghilang
3. Hematuria 30-70% makro, 84-100% mikro
4. Hipertensi 60-70 %
5. Oliguria 5-10%
6. Gejala lain : pucat, malaise, letargi dan anoreksia.
HIPERTENSI

1. Hipervolemia :
Penurunan GFR menyebabkan retensi natrium dan air di tubulus distal dan duktus
koligentes. Pada keadaan hipervolemia akan terjadi peningkatan curah jantung
(cardiac output) yang mempengaruhi peningkatan tekanan darah.
2. Gangguan Renin Angiotensin Aldosteron
Penurunan GFR menyebabkan AJG diginjal mensekresikan renin yang berfungsi
mengkonfersi angiotensinogen paru menjadi angiotensin 1, angiotensin 1 ini
dikonfersi menjadi angiotensi II oleh ACE paru. Angiotensin II menyebabkan
korteks adrenal mensekresikan aldosteron yang berfungsi mempertahankan
natrium dan air. Selain itu angiotensin II memiliki efek negatif pada pembuluh
darah yakni vasokonstriksi, sehingga tekanan darah meningkat.
HEMATURIA & PROTEINURIA

Kerusakan dinding kapiler glomerulus


menyebabkan lebih permeable dan porotis
terhadap protein dan sel eritrosit, maka
terjadi proteinuria dan hematuria
EDEMA

Penurunan faal ginjal yaitu laju filtrasi glomerulus (LFG)


menyebabkan penurunan ekskresi natrium, akhirnya terjadi retensi
natrium.
Keadaan retensi natrium ini diperberat oleh pemasukan natrium
dari diet.
Retensi natrium disertai air menyebabkan dilusi plasma, kenaikan
volume plasma, ekspansi volume cairan ekstraseluler, dan akhirnya
terjadi edema.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Urinalisis
- Proteinuria :
kualitatif : negatif sampai ++
kuantitatif : <2 gram/ m2 LPB/24 jam
- Hematuria mikroskopis
2. Darah
- Rx serologis : Antibodi ASO, AH se, AD nase B (meningkat
mulai hari ke 10)
- komplemen C3 (menurun minggu 1)
DIAGNOSIS GNAPS

Bila memenuhi 4 gejala berikut

Hematuri makroskopik atau mikroskopik

Edema

Hipertensi

ASTO meningkat

C3 menurun
DIAGNOSIS BANDING
PENATALAKSANAAN

1. Istirahat
2. Diet
- garam 0,5-1 g/hari
- protein 0,5-1 g/kgbb/hari.
- asupan cairan = jumlah urin + insensible water loss (20-25
ml/kgbb/hari) + jumlah keperluan cairan pada setiap kenaikan suhu
dari normal (10 ml/kgbb/hari)
3. Antibiotik
- Amoksisilin 50 mg/kgbb dibagi dalam 3 dosis selama 10 hari
- Eritromisin dosis 30 mg/kgbb/hari
4. Simptomatik
- Bendungan sirkulasi : furosemid (1 3 mg/kgbb)
- Hipertensi : captopril 0,3-2 mg/kgbb/hari
- Gagal ginjal akut : natrium bikarbonat (Asidosis),
hiperkalemia Ca glukonas atau Kayexalate
(hiperkalemia)
5. Edukasi perjalanan dan prognosis penyakitnya
KOMPLIKASI

1. Ensefalopati hipertensi (EH).

- sindrom klinik akut reversible yang dicetuskan oleh kenaikan tekanan darah
secara mendadak sehingga melampaui batas autoregulasi otak.

- TDS >180 mmhg dan/atau TDD >120

- MK : nyeri kepala hebat, mual, muntah, gangguan penglihatan, confusion,


pingsan sampai koma.

- Tekanan darah harus diturunkan dalam waktu 24 jam dengan nifedipin (0,25
0,5 mg/kgbb/dosis)
2. Gangguan ginjal akut (Acute kidney injury/AKI)
- 10-15 % GNAPS
Dilakukan pengaturan diet untuk mencegah katabolisme dengan
memberikan kalori secukupnya, yaitu 120 kkal/kgbb/hari
Mengatur elektrolit :
- Bila terjadi hiponatremia diberi NaCl hipertonik 3%.
- Bila terjadi hipokalemia diberikan : Calcium Gluconas 10% 0,5
ml/kgbb/hari, NaHCO3 7,5% 3 ml/kgbb/hari, K+ exchange resin 1
g/kgbb/hari, Insulin 0,1 unit/kg & 0,5 1 g glukosa 0,5 g/kgbb.
3. Edema paru
- ronki nyaring, sehingga sering disangka sebagai
bronkopneumoni.
- diuretik misalnya furosemid (Dosis : 1 3 mg/kgbb)
4. Posterior leukoencephalopathy syndrome
Merupakan komplikasi yang jarang dan sering dikacaukan dengan
ensefalopati hipertensi, karena menunjukkan gejala-gejala yang
sama seperti sakit kepala, kejang, halusinasi visual, tetapi tekanan
darah masih normal.
PROGNOSIS

85-95% dapat sembuh sempurna dalam waktu 1-2 minggu


bila tidak ada komplikasi (self limiting disease.)
5-10% kasus menjadi glomerulonefritis kronik
Kematian bisa terjadi terutama dalam fase akut akibat
gangguan ginjal akut (Acute kidney injury), edema paru
akut atau ensefalopati hipertensi
DAFTAR PUSTAKA
1. M. Sondeimer J. Current Essensial Pediatric. Denver, Colorado : MC Graw Hill; 2007. Hal.94
2. Bernstein S, Friedman J, Hiliard R, dkk. Pediatrics :Review Note and Lectures Series. 2000.
Hal 71.
3. Conroy, L. Marsha, Davis R. Kim, Embree L. Jennifer, dkk. Atlas of Pathophysiology 3th edition.
Lippincots William and Wilkin. 2010.
4. Rauf S, Albar H. Konsensus Glomerulonefritis Akut Pasca Streptokokus. Unit Kerja Koordinasi
Nefrologi Ikatan Dokter Anak Indonesia . 2012
5. Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi manusia dari sel ke system. Edisi VI. Jakarta:ECG
6. Lumbanbatu SM. Glomerulonefritis Akut Pasca Streptokokus Pada Anak. Sari Pediatri ; 2003
5(2) : 58-63
7. Rachmadi, Dedi. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNPAD RS. Dr. Hasan Sadikin Bandung :
Diagnosis dan Penatalaksanaan Glomerulonefritis Akut. 2012 Katzung, B.G, 2002,
8. Farmakologi Dasar dan Klinik, edisi 8, buku 2, Penerbit Salemba Medika : Jakarta, halaman:
441-444
9. Rahmadi, D. Diagnosis dan Penatalaksanaan Glomerulonefritis Akut. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK. Unpad-RS
Dr. Hasan Sadikin Bandung; 2010. Hal. 1-14
10. Rauf, S. Albar, H. Aras J. Konsensus Glomerulonefritis Akut Pasca Streptokokus. Jakarta: Unit Kerja
Nefrologi Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2012. h. 1-17
11. Pardede, SO. Struktur Sel Streptokokus Dan Patogenesis Glomeluronefritis Akut Pascastreptokokus. Sari
Pediatri. Volume 11 nomor 1; 2009. h. 56-65
12. Pardede, SO. Trihono, PP. Tambunan. T. Gambaran Klinis Glomerulonefritis Akut Pada Anak di Departemen Ilmu
Kesehatan Anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Sari pediatri. Volume 6 nomor 4; 2005. h. 144-48
13. Suhardi, Albar H, Rauf S, Daud D. The Identification of Acute Post Streptococcus Glomerulonephritis Risk
Factors in Children. International Journal of Science and Research (IJSR). Volume 4 Issue 11, November 2015. H.
71-75
14. Watson, AR. Glomerulonephritis (acute). Nottingham university hospitals, qmc campus. Corinne Langstaff; 2010.
Hal. 1-12
15. Nur S, Albar H, Daud D. Prognostic Factors For Mortality In Pediatric Acute Poststreptococcal
Glomerulonephritis. Paediatrica Indonesiana. Vol. 56, No. 3, May 2016. Hal. 166-170
16. Rena NMRA dan Suwitra K. Seseorang Penderita Sindrom Nefritik Akut Paska Infeksi Streptokokus. J Peny
Dalam, Volume 10 Nomor 3 September 2010. Hal. 201-207
17. Lumbanbatu SM. Glomerulonefritis Akut Pasca Streptokokus pada Anak. Sari pediatri. Volume 5 nomor 2; 2003.
h. 58-63
18. Parinding IT, Devi R, Indra R. Varicella dengan Komplikasi Glomerulonefritis Akut. CDK-199 Vol. 39 no.11;2012
hal. 833-837
19. Sekarwana N, Rachmadi D, Hilmanto D. Konsensus Tatalaksana Hipertensi pada Anak. Jakarta: Unit Kerja
Nefrologi Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2011. h. 1-20

Anda mungkin juga menyukai