Anda di halaman 1dari 22

EDEMA PARU

Galih Prastya 1513206013


Riska Fariani 1513206008
Yang akan kita bahas :

Apa yang dimaksud dengan edema paru ?


Etiologi edema paru
Patofisiologi edema paru
Epidemiologi Edema paru
Klasifikasi edema paru
Bagaimana tanda dan gejala edema paru?
Bagaimana manifestasi klinik edema paru ?
Apa yang dimaksud Edema Paru
Edema paru merupakan suatu keadaan
terkumpulnya cairan patologi di
ekstravaskuler dalam paru. ( Arief
Muttaqin, 2008 ).
Edema paru adalah timbunan cairan
abnormal dalam paru, baik rongga
interstitial maupun dalam alveoli. Edema
paru merupakan tanda adanya kongesti
paru tindak lanjut, dimana cairan
mengalami kebocoran melalui dinding
kapiler, merembes keluar menimbulkan
dispneu sangat berat.
(Smeltzer,C.Suzanne.2008.hal 798).
Etiologi

Ketidak-seimbangan Starling Forces


1. Peningkatan tekanan kapiler paru:
a. Peningkatan tekanan vena paru tanpa
adanya gangguan fungsi ventrikel kiri
(stenosis mitral).
b. Peningkatan tekanan vena paru sekunder
oleh karena gangguan fungsi ventrikel kiri.
c. Peningkatan tekanan kapiler paru
sekunder oleh karena peningkatan
tekanan arteria pulmonalis (over
perfusion pulmonary edema).
2. Penurunan tekanan onkotik plasma:
Hipoalbuminemia sekunder oleh karena penyakit
ginjal, hati, protein-losing enteropaday,
penyakit dermatologi atau penyakit nutrisi.
3. Peningkatan tekanan negatif intersisial:
a. Pengambilan terlalu cepat pneumotorak atau
efusi pleura (unilateral).
b. Tekanan pleura yang sangat negatif oleh
karena obstruksi saluran napas akut
bersamaan dengan peningkatan end-expiratory
volume (asma).
4. Peningkatan tekanan onkotik intersisial:
Sampai sekarang belum ada contoh secara
percobaan maupun klinik.
Perubahan permeabilitas membran alveolar-kapiler (Adult
Respiratory Distress Syndrome)

a. Pneumonia (bakteri, virus, parasit).


b. Bahan toksik inhalan.
c. Bahan asing dalam sirkulasi (bisa ular,
endotoksin bakteri, alloxan,alpha naphthyl
thiourea).
d. Aspirasi asam lambung.
e. Bahan vasoaktif endogen (histamin, kinin).
Patofisiologi
Edema pada umumnya, berarti pembengkakan. Ini secara khas terjadi
ketika cairan dari bagian dalam pembuluh-pembuluh darah merembes
keluar pembuluh darah kedalam jaringan-jaringan sekelilingnya,
menyebabkan pembengkakan. Ini dapat terjadi karena terlalu banyak
tekanan dalam pembuluh-pembuluh darah atau tidak ada cukup protein-
protein dalam aliran darah untuk menahan cairan dalam plasma (bagian
dari darah yang tidak megandung segala sel-sel darah).
Edema paru adalah istilah yang digunakan ketika edema terjadi di paru-
paru. Area yang langsung diluar pembuluh-pembuluh darah kecil pada
paru-paru ditempati oleh kantong-kantong udara yang sangat kecil yang
disebut alveoli. Ini adalah dimana oksigen dari udara diambil oleh darah
yang melaluinya, dan karbon dioksida dalam darah dikeluarkan kedalam
alveoli untuk dihembuskan keluar. Alveoli normalnya mempunyai dinding
yang sangat tipis yang mengizinkan pertukaran udara ini, dan cairan
biasanya dijauhkan dari alveoli kecuali dinding-dindig ini kehilangan
integritasnya.
Epidemiologi
Edema paru merupakan kondisi klinis yang sering dijumpai pada
pasien gagal jantung akut maupun kronis, namun tidak banyak data
mengenai insiden edema paru ini. Suatu penelitian yang berbasis
survey-observasional berskala internasional, Acute Heart Failure Global
of Standard Treatment (ALARM-HF) tahun 2010, terhadap 4953 pasien
yang dirawat dengan gagal jantung akut di 666 rumah sakit yang
tersebar di Eropa, Amerika Latin dan Australia mendapatlan edema paru
akut merupakan salah satu kondisi klinis terbanyak yang dijumpai
dengan presentase 37% dari keseluruhan pasien. Penelitian sebelumnya
EuroHeart Failure Survey II didapatkan hasil 16% pasien yang dirawat
akibat gagal jantung akut mengalami EPA.
Klasifikasi Edema Paru

Berdasarkan penyebabnya, edema paru terbagi


menjadi 2, kardiogenik dan non-kardiogenik. Hal ini
penting diketahui oleh karena pengobatannya sangat
berbeda. Edema Paru Kardiogenik disebabkan oleh
adanya Payah Jantung Kiri apapun sebabnya. Edema
Paru Kardiogenik yang akut disebabkan oleh adanya
Payah Jantung Kiri Akut. Tetapi dengan adanya
faktor presipitasi, dapat terjadi pula pada penderita
Payah Jantung Kiri Khronik.
Edema Paru Kardiogenik
Edema paru kardiogenik ialah edema yang disebabkan
oleh adanya kelainan pada organ jantung. Misalnya,
jantung tidak bekerja semestinya seperti jantung
memompa tidak bagus atau jantung tidak kuat lagi
memompa.
Edema paru kardiogenik berakibat dari tekanan yang
tinggi dalam pembuluh-pembuluh darah dari paru yang
disebabkan oleh fungsi jantung yang buruk. Gagal jantung
kongestif yang disebabkan oleh fungsi pompa jantung yang
buruk (datang dari beragam sebab-sebab seperti
arrhythmias dan penyakit-penyakit atau kelemahan dari
otot jantung), serangan-serangan jantung, atau klep-klep
jantung yang abnormal dapat menjurus pada akumulasi
dari lebih dari jumlah darah yang biasa dalam pembuluh-
pembuluh darah dari paru-paru. Ini dapat, pada gilirannya,
menyebabkan cairan dari pembuluh-pembuluh darah
didorong keluar ke alveoli ketika tekanan membesar.
Edema Paru Non-Kardiogenik
Edema paru non-kardiogenik ialah edema yang
umumnya disebabkan oleh hal berikut:
a. Acute respiratory distress syndrome (ARDS)
b. Kondisi yang berpotensi serius yang disebabkan oleh
infeksi-infeksi yang parah, trauma, luka paru,
penghirupan racun-racun, infeksi-infeksi paru, merokok
kokain, atau radiasi pada paru-paru.
c. Gagal ginjal dan ketidakmampuan untuk
mengeluarkan cairan dari tubuh dapat menyebabkan
penumpukan cairan dalam pembuluh-pembuluh darah,
berakibat pada pulmonary edema. Pada orang-orang
dengan gagal ginjal yang telah lanjut, dialysis
mungkin perlu untuk mengeluarkan kelebihan cairan
tubuh.
d. High altitude pulmonary edema, yang dapat terjadi
disebabkan oleh kenaikan yang cepat ke ketinggian
yang tinggi lebih dari 10,000 feet.
e. Trauma otak, perdarahan dalam otak (intracranial
hemorrhage), seizure-seizure yang parah, atau operasi
otak dapat adakalanya berakibat pada akumulasi cairan
di paru-paru, menyebabkan neurogenic pulmonary
edema.
f. Paru yang mengembang secara cepat dapat
adakalanya menyebabkan re-expansion pulmonary
edema.
g. Overdosis pada heroin atau methadone dapat menjurus
pada pulmonary edema.
Tanda dan Gejala Edema Paru

1. Dispnea berat
2. Takipnea
3. Batuk produktif dengan banyak sputum yang
berbuih dan sedikit bercampur darah
4. hipoksemia
5. rales pada auskultasi
6. Takikardia
7. Infiltrat yang menyebar pada hasil rontgen dada,
8. Menurunnya daya kembang paru
Manifiestasi Klinik
1. Serangan khas terjadi pada malam hari setelah berbaring
selama beberapa jam dan biasanya di dahului dengan rasa
gelisah, ansietas, dan tidak dapat tidur.
2. Awitan sesak napas mendadak dan rasa asfikasia (seperti
kehabisan napas), tangan menjadi abu abu.
3. Nadi cepat dan lemah, vena leher distensi.
4. Batuk hebat menyebabkan peningkatan jumlah sputum
mukoid.
5. Dengan makin berkembangnya edema paru, ansietas
berkembang menjadi mendekati panik, pasien mulai bingung,
kemudian stupor.
6. Napas menjadi bising dan basah, dapat mengalami asfiksia
oleh cairan bersemu darah dan berbusa ( dapat tenggelam oleh
cairan sendiri).
7. napas yang cepat ( tachypnea ), kepeningan atau kelemahan.
8. Tingkat oksigen darah yang rendah ( hypoxia ).
9. suara paru yang abnormal , seperti rales atau crackles.
Farmakologi

Morfin Sulfat
Morfin diberikan secara intravena dengan dosis
2-5 mg. Dapat diulangi tiap 15 menit. Sampai total
dosis 15 mg biasanya cukup efektif. Efek terapi : obat ini
mengurangi kecemasan, mengurangi rangsang
vasokonstrikstor adrenergik terhadap pembuluh darah
arteriole dan vena.
Nitroglycerin dan Nitroprusside
Nitroglycerin sublingual 0,4-0,6 mg (dapat
diulangi setiap 5 menit). Pada pasien dengan hipertensi
resisten dan tidak berespon baik dengan pemberian
nitroglycerin, dapat diberikan nitroprusside dimulai
dengan dosis 2,5 ug/kgBB/menit.
Diuretik loop intravena
Diberikan furosemid 40-80 mg i.v. bolus atau
bumetanide 0,5 1 mg iv, dapat diulangi atau dosis
ditingkatkan setelah 4 jam. Selama terapi ini, elektrolit
serum dimonitor terutama kalium.
Aminofilin
Kadang-kadang aminofilin 240-480 mg intravena
efektif mengurangi bronkokonstriksi, meningkatkan
aliran darah ginjal dan pengeluaran natrium dan
memperkuat konstraksi miokard.
Non Farmakologi

Pasien diposisikan dalam keadaan duduk atau setengah


duduk. Oksigen (40-50%) segera diberikan sampai dengan 8
L/menit, untuk mempertahankan CO2, kalau perlu dengan
masker.
Jika kondisi pasien semakin memburuk, timbul sianosis, makin
sesak, PO2 tidak bisa dipertahankan 60 mmHg, atau terjadi
kegagalan mengurangi cairan edema, maka perlu dilakukan
intubasi endotrakeal, dan penggunaan ventilator PO2, adalah
tekanan gas O2 dalam darah Karena terapi spesifik tidak selalu
dapat diberikan sampai penyebab diketahui,maka pemberian
terapi suportif sangatlah penting.
Tujuan umum adalah mempertahankan fungsi fisiologik
dan seluler dasar. Yaitu dengan cara memperbaiki jalan
napas, ventilasi yang adekuat, dan oksigenasi.
Pemeriksaan tekanan darah dan semua sistem sirkulasi
perlu ditinjau, infus juga perlu dipasang.
Penatalaksanaan pada pasien dengan edema paru
terlebih dahulu kita caripenyakit yang mendasari
terjadinya edema. Karena merupakan faktor yang sangat
penting dalam pengobatan, sehingga perlu diketahui
dengan segera penyebabnya

Anda mungkin juga menyukai