http://herwanparwiyanto.staff.uns.ac.id
Pemanfaatan sumberdaya perikanan
yang merusak (illegal fishing) dgn
menggunakan racun, bom ikan, arus
listrik, dan penangkapan ikan yang
melebihi MSY Overfishing. (MSY=
maximum sustainable yield= hasil
tangkapan maksimum lestari).
http://herwanparwiyanto.staff.uns.ac.id
Bom ikan dan racun sianida
dpt merusak terumbu
karang
http://herwanparwiyanto.staff.uns.ac.id
4. Industrialisasi
Industri dapat merusak & mencemari lingkungan
pada tahap konstruksi maupun saat produksi.
Pada saat konstruksi kerusakan dan pencemaran
lingkungan terjadi pada kegiatan:
Land clearing
Mobilisasi alat berat
Pengangkutan bahan bangunan, dll.
Pada tahap produksi dapat menghasilkan limbah
padat, cair, gas, yang dapat mencemari
lingkungan perairan, tanah dan udara.
http://herwanparwiyanto.staff.uns.ac.id
6. SAMPAH
Sampah:
suatu benda yg tdk digunakan atau tdk
dikehendaki dan harus dibuang, yg
dihasilkan oleh kegiatan manusia
http://herwanparwiyanto.staff.uns.ac.id
Jenis sampah padat:
Sampah yg mudah membusuk (garbage) sisa
makanan
Sampah yg tdk mudah membusuk (rubbish) yg
mudah terbakar & yg tdk mudah terbakar.
Sampah bangkai binatang (dead animal)
Sampah berupa abu pembakaran (ashes)
pembakaran kayu, arang, batubara
Sampah padat hasil industri (industrial waste)
potongan besi, kaleng, kaca
Sampah yg berserakan di jalan-jalan (street
sweeping)
http://herwanparwiyanto.staff.uns.ac.id
Pengelolaan sampah:
A. Pembakaran (inceneration/incenerasi)
Pembakaran sampah dilakukan di tempat tertutup
dengan mesin khusus
Praktis dilakukan, tetapi mahal biaya pembuatan dan
pengoperasiannya
B. Penumpukan (dumping)
Dilakukan dengan penumpukan sampah di atas tanah
terbuka tanpa ada perlakuan
Biaya murah, tetapi berpengaruh buruk thd lingkungan:
sumber penyakit, bau, dan sampah dpt terbawa aliran
permukaan ke perairan umum
http://herwanparwiyanto.staff.uns.ac.id
TPA Bantar Gebang = dumping
http://herwanparwiyanto.staff.uns.ac.id
C. Penimbunan berlapis (sanitary landfill)
Sampah ditimbun secara berlapis dgn
tanah dg ketebalan 20-30 cm,
kemudian dipadatkan dan ditimbun scr
berlapis-lapis.
Sampah yg telah rata dan padat
ditimbun dgn tanah dg ketebalan 10-15
cm
http://herwanparwiyanto.staff.uns.ac.id
Skema Sanitary Landfill
http://herwanparwiyanto.staff.uns.ac.id
http://herwanparwiyanto.staff.uns.ac.id
Concept illustration of a Typical Sanitary Landfill Site
http://herwanparwiyanto.staff.uns.ac.id
7. LIMBAH B3
Limbah B3:
Limbah yg mengandung bahan berbahaya
dan atau beracun, yg krn sifat dan atau
konsentrasinya, baik secara langsung
maupun tdk langsung, dapat merusak dan
mencemari lingk. hidup, dan atau
membahayakan kesehatan manusia
http://herwanparwiyanto.staff.uns.ac.id
Limbah yg termasuk B3 memenuhi
kriteria (salah satu atau lebih):
Mudah meledak
Mudah terbakar
Bersifat reaktif
Beracun
Menyebabkan infeksi
Bersifat korosif
Limbah lain, yg apabila diuji toksisitasnya dapat
digolongkan sbg B3
http://herwanparwiyanto.staff.uns.ac.id
Pengelolaan limbah B3
memerlukan biaya mahal.
Di Indonesia ada
perusahaan yg menangani
http://herwanparwiyanto.staff.uns.ac.id
limbah B3, yaitu di
Cibinong (Bogor)
4.2 RESPON THD LINGKUNGAN
HIDUP DI INDONESIA
A. Konferensi ttg Lingk. Hidup se-dunia
Konferensi internasional I ttg LH oleh
PBB di Stockholm (Swedia) 5-16 Juni
1972. Setiap tgl 5 Juni diperingati
sbg Hari Lingkungan Hidup Dunia
Juni 1982: UNEP (United National
Environment Progam= Prog. LH PBB)
mengadakan di Nairobi (Kenya)
http://herwanparwiyanto.staff.uns.ac.id
Juni 1992: KTT Bumi diadakan di Rio de
Janeiro (Brasil). KTT Bumi menghasilkan
kesepakatan internasional yg terdiri dari 5
dokumen:
Dokumen Deklarasi Rio ttg Lingk. &
Pembangunan
Dokumen Agenda 21 yg membahas program
kerja menyongsong abad 21
Dokumen ttg prinsip-prinsip kehutanan
Dokumen Konvensi Perubahan Iklim
Dokumen Konvensi Keanekaragaman Hayati
http://herwanparwiyanto.staff.uns.ac.id
KTT Bumi 2002: World Summit on
Sustainable Development (WSSD)
26 Agustus 3 September 2002 di
Johannesburg Afrika Selatan
http://herwanparwiyanto.staff.uns.ac.id
B. Kelembagaan & Peraturan
Perundang-undangan ttg LH di
Indonesia
Respon pemerintah RI thd LH:
Sejak 1973 aspek LH masuk dlm GBHN
1978 dibentuk menteri negara pengawasan
pembangunan & LH (Menneg PPLH)
1982 Menneg PPLH diubah Menteri Negara
Kependudukan dan LH (KLH)
1993 Menneg KLH diubah menjadi Menteri Negara LH
Di tiap provinsi: Biro Bina LH (BLH). Thn 1998 BLH
diganti menjadi Bapedalda (Badan Pengendalian
Dampak Lingk. Daerah). Sejak 2009 Bapedalda menjadi
BPLHD (Badan Pengelolaan LH Daerah)
1990 dibentuk Bapedal Pusat
http://herwanparwiyanto.staff.uns.ac.id
Peraturan Perundang-undangan ttg LH
http://herwanparwiyanto.staff.uns.ac.id
Peraturan Pemerintah:
http://herwanparwiyanto.staff.uns.ac.id
4.3 PENGENDALIAN MASALAH
LINGKUNGAN
N0 INDIKATOR NEGARA MAJU NEGARA BERKEMBANG
1 Tingkat kesadaran Tinggi & responsif Rendah & kurang responsif.
masyarakat thd kerusakan Masy. masih memikirkan
dan pencemaran lingk. pangan
2 Perhatian pemerintah thd Tinggi, cepat Rendah, lambat bertindak
reaksi masyarakat bertindak
3 Teknologi dlm proses Canggih Seadanya.
produksi Limbah memenuhi Limbah sering melampaui baku
baku mutu mutu
4 Teknologi dlm Canggih Kurang tersedia.
penanggulangan masalah Tanggung jawab Tanggung jawab kurang
lingk yg timbul tinggi
5 Penerapan sanksi hukum Ketat & konsisten Sering mengalami kendala dlm
pembuktian.
Kurang diterapkan
(pertimbangan tenaga kerja,
http://herwanparwiyanto.staff.uns.ac.id pajak)
Terima kasih