Faktor-faktor Pembentukan Budaya Perusahaan Unsur-unsur Pembentukan Budaya Perusahaan Fungsi Budaya Perusahaan Pendahuluan
Sebagaimana yang terjadi saat ini banyak perusahaan
mulai mengalami kegagalan dalam mempertahankan eksistensinya untuk terus berkompetisi dengan perusahaan lainnya. Timbul pertanyaan bagaimana perusahaan satu bisa gagal sementara yang lainnya mampu survive padahal perusahaan tersebut bergerak pada bidang yang sama. Berkaitan dengan hal tersebut tentu ada hal yang menjadi kekuatan/keunggulan perusahaan untuk tetap survive, salah satu kekuatan dimaksud dan sulit ditiru oleh perusahaan lain adalah adanya budaya perusahaan yang dimiliki dan sangat mengakar dalam diri karyawan. Pengertian Menurut Djokosantoso (2003 :21) Budaya perusahaan adalah sistem nilai-nilai yang diyakini oleh semua anggota organisasi dan yang dipelajari, diterapkan, serta dikembangkan secara berkesinambungan, berfungsi sebagai sistem paket, dan dapat dijadikan acuan berperilaku dalam organisasi untuk menciptakan tujuan perusahaan yang telah ditetapkan.
Menurut Buchari Alma (2008 :247) Budaya Perusahaan
ialah karakteristik suatu organisasi perusahaan yang mencakup pengalaman, cerita, kepercayaan, dan norma- norma bersama yang dianut oleh seluruh jajaran perusahaan. Budaya perusahaan sering disederhanakan pemahamannya menjadi shared value bagi anggota organisasi mengenai apa yang terbaik bagi mereka untuk mencapai sukses. Nilai adalah persetujuan apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Dalam budaya yang kuat, tersimpan persetujuan yang tinggi terhadap butir-butir nilai. Budaya yang lemah, yang berarti mempunyai derajat komitmen yang rendah dari anggota organisasi, relatif lebih mudah berubah. Dalam sebuah budaya perusahaan yang kuat hampir semua manajer menganut bersama seperangkat nilai dan metode menjalankan bisnis yang relatif konsisten. Karyawan baru mengadopsi nilai-nilai ini dengan sangat cepat. Dalam sebuah budaya seperti itu,seorang eksekutif baru bisa saja dikoreksi oleh bawahannya,selain juga oleh bosnya,jika dia melanggar norma-norma organisasi. Karakteristik Budaya Perusahaan Menurut Surya Dharma dan Haedar Akib (2004:25) terdapat 10 (sepuluh) karakteristik budaya perusahaan sebagai berikut : Identitas Anggota ; derajat dimana pekerjaan lebih mengindentifikasi organisasi secara menyeluruh daripada dengan tipe pekerjaan atau bidang keahlian profesionalnya. Penekanan kelompok ; derajat dimana aktivitas tugas lebih diorganisir untuk seluruh kelompok dari pada individu. Fokus orang ; derajat dimana keputusan manajemen memperhatikan dampak luaran yang dihasilkan terhadap pekerjaan dalam organisasi. Penyatuan unit ; derajat dimana unit-unit dalam organisasi didorong agar berfungsi dengan cara yang terorganisasi atau bebas. Pengendalian ; derajat dimana peraturan, regulasi dan pengendalian langsung digunakan untuk mengawasi dan pengendalian perilaku pekerja. Toleransi resiko ; derajat dimana pekerja didorong untuk agresif, kreatif, inovatif dan mau mengambil resiko. Kriteria ganjaran ; derajat dimana ganjaran seperti peningkatan pembayaran dan promosi lebih dialokasikan menurut kinerja pekerja daripada senioritas, favoritisme atau faktor non pekerja lainnya. Toleransi konflik ; Derajat dimana pekerja didorong dan diarahkan untuk menunjukkan konflik dan kritik secara terbuka. Orientasi sarana-tujuan ; derajat dimana manajemen lebih terfokus pada hasil atau luaran dari teknik dan proses yang digunakan untuk mencapai luaran tersebut. Fokus pada sistem terbuka ; derajat dimana organisasi memonitor dan merespon perubahan dalam lingkungan eksternal. Faktor-faktor Pembentukan Budaya Perusahaan Menurut Krisdarto (2001:53) faktor-faktor yang membentuk budaya perusahaan yaitu :
Bahasa yang digunakan dalam organisasi, kebiasaan
dan tradisi yang ada, dan ritual para karyawan dalam menghadapi berbagai macam situasi.
Nilai dan standar baku dalam organisasi.
Nilai-nilai dan prinsip-prinsip organisasi yang ingin
dicapai, misalnya kualitas produk, dan sebagainya. Kebijakan dan prinsip ideologis yang mengarahkan perilaku organisasi terhadap karyawan, pelanggan, dan pemegang saham.
Aturan-aturan dalam perusahaan, dan hal-hal apa saja
yang harus dipelajari oleh karyawan baru agar dapat diterima di organisasi tersebut.
Perasaan yang secara eksplisit dapat terasa dari
keadaan fisik organisasi dan interaksi antar karyawan, interaksi atasan dengan bawahan, juga interaksi dengan pelanggan atau organisasi lain. Kompetensi khusus dari anggota organisasi dalam menyelesaikan tugasnya, dan kemampuan menyalurkan keahliannya dari satu generasi ke generasi lainnya. Adanya suatu kesamaan frame yang mengarahkan pada persepsi (untuk dapat mengurangi adanya perbedaan persepsi), pikiran, dan bahasa yang digunakan oleh para karyawan, dan diajarkan pada karyawan baru pada awal proses sosialisasi. Rasa saling pengertian yang diciptakan sendiri oleh karyawan dari interaksi sehari-hari. Ide-ide, perasaan, dan citra organisasi yang dikembangkan sebagai karakteristik organisasi yang secara sadar ataupun tidak sadar tercermin dari bangunan, lay out ruang kerja. Unsur-unsur Pembentukan Budaya Perusahaan
Beberapa unsur pembentukan budaya perusahaan
menurut Atmosoeprapto (2001:71), yaitu :
Lingkungan usaha; lingkungan dimana perusahaan
itu beroperasi akan menentukan apa yang harus dikerjakan oleh perusahaan tersebut untuk mencapai keberhasilan. Nilai-nilai (values); merupakan konsep dasar dan keyakinan dari suatu organisasi. Panutan/keteladanan; orang-orang yang menjadi panutan atau teladan karyawan lainnya karena keberhasilannya.
Upacara-upacara (rites dan ritual); acara-acara
ritual yang diselenggarakan oleh perusahaan dalam rangka memberikan penghargaan pada karyawannya.
Network; jaringan komunikasi informal di dalam
perusahaan yang dapat menjadi sarana penyebaran nilai-nilai dari budaya perusahaan. Fungsi Budaya Perusahaan Menurut Veithzal Rivai (2005:430), fungsi budaya perusahaan adalah : Budaya mempunyai suatu peran menetapkan tapal batas, artinya budaya menciptakan perbedaan yang jelas antara suatu organisasi dengan organisasi yang lain. Budaya memberikan identitas bagi anggota organisasi. Budaya mempermudah timbulnya komitmen yang lebih luas dari pada kepentingan individu. Budaya itu mengingkatkan kemantapan sistem sosial. Budaya sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu serta membentuk sikap dan perilaku karyawan. Dengan budaya yang telah tercipta dengan baik wirausaha untuk mencapai keberhasilan di dalam mengelola usahanya atau bisnisnya antara lain meliputi 5 ( lima ) As berikut ini:
Kerja Ikhlas
Kerja ikhlas adalah bekerja dengan bersungguh-sungguh,
dapat menghasilkan sesuatu yang baik dan dilandasi dengan hati yang tulus. Misalnya: Seorang pekerja yang bekerja dengan upah yang pas-pasan, namun tetap bekerja dengan baik melaksanakan pekerjaan dengan tulus dan semata-mata merupakan pengabdian kepada pekerjaannya yang menghasilkan uang untuk keperluan hidup keluarga. Kerja Mawas Terhadap Emosional
Kerja mawas terhadap emosional adalah bekerja dengan
tidak terpengaruh oleh perasaan / kemarahan yang sedang melanda jiwanya. Misalnya : Seorang pemilik perusahaan, di rumah sedang ada masalah dengan keluarganya. Di perusahaannya, ada pegawainya yang melakukan kesalahan, sebagai pemimpin atau pemilik usaha harus dapat membedakan antara masalah pribadi dengan masalah dinas. Cara pemecahan masalahnya harus tetap rasional dan tidak emosional. Kerja Cerdas
Kerja cerdas adalah di dalam bekerja harus pandai
memperhitungkan resiko, mampu melihat peluang dan dapat mencari solusi sehingga dapat mencapai keuntungan yang diharapkan. Perilaku / sikap cerdas dalam melakukan pekerjaannya menggunakan teknologi yang tepat, menggunakan konsep hitung menghitung, menggunakan bahasa yang mudah difahami , pandai berkomunikasi dan pandai pula mengelola informasi. Kerja Keras
Kerja keras adalah dalam bekerja kita harus mempunyai
sifat mampu kerja atau gila kerja untuk mencapai sasaran yang ingin dicapai. Mereka dapat memanfaatkan waktu yang optimal sehingga kadang-kadang tidak mengenal waktu, jarak serta kesulitan yang dihadapi. Dalam bekerja mereka penuh semangat dan berusaha keras untuk meraih hasil yang baik dan maksimal. Kerja Tuntas
Kerja tuntas adalah di dalam bekerja mampu
mengorganisasikan bagian usaha secara terpadu dari awal sampai akhir untuk dapat menghasilkan usaha sampai selesai dengan maksimal.