Anda di halaman 1dari 62

ANTROPOLOGI BUDAYA

Arif Rahman Maladi F.S., S.H.,


LL.M
ANTROPOLOGI BUDAYA
Istilah Antropologi
Dari bahasa Yunani Anthropos (manusia) dan Logos
(Ilmu) adalah ilmu ttg manusia, baik dari segi hayati/fisik
maupun budaya (kebudayaan)
Antropologi merupakan salah satu cabang ilmu sosial
yang mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis
tertentu. Antropologi lahir atau muncul berawal dari
ketertarikan orang-orang Eropa yang melihat ciri-ciri
fisik, adat istiadat, budaya yang berbeda dari apa yang
dikenal di Eropa.
Antropologi lebih memusatkan pada penduduk
masyarakat yang tunggal/homogin, tunggal dalam arti
kesatuan masyarakat yang tinggal daerah yang sama,
antropologi mirip seperti sosiologi tetapi pada sosiologi
lebih menitik beratkan pada masyarakat dan kehidupan
sosialnya.
Selain istilah Antropologi juga dikenel istilah Etnologi
dan Etnografi
Enologi: ilmu yang mempelajari tentang manusia
(etnis/suku) dan kebudayaan dari suatu bangsa (ilmu
bangsa-bangsa).
Etnografi: ilmu yang mempelajari tentang masyarakat
dan kebudayaan dari suatu bangsa pada suatu wilayah
tertentu:
- Kepribadian bangsa,
- peranan individu dlm masyarakat,
- Nilai-nilai sosial
- Kebiasaan dan adat istiadat dsb.
Antropologi diktegorikan meliputi:
1. Antropologi Fisik (Physical Anthropology) :
a. Paleo Antropologi: Mempelajari tentang asal usul
manusia, membahs tentang munculnya manusia dan
perkembangannya kemudian, evolusi manusia. Dengan
cara mempelajari fosil-fosil manusia purba, sisa-sisa tubuh
manusia, artefak-artefak dan bekas-bekas kebudayaan.
b. Ciri-ciri manusia: warna kulit, bentuk tubuh, rambut,
muka dll. Tujuannya untuk mengetahui ras-ras manusia
(Kaukasoid, Mongoloid dan Negroid) bagaimana dan apa
sebabnya manusia masa sekarang secara biologis berbeda.

Antropologi Fisik merupakan bagian dari ilmu antropologi


yang mencoba mencapai suatu pengertian ttentang sejarah
terjadinya aneka warna mausia dipandang dari susut ciri-
ciri tubuh, yang memakai sebagian bahan penelitiannya
ciri-ciri tubuh, baik yang lahir seperti warna kulit, bentuk
muka maupun golongan darah dan sebagainya.
2. Antropologi Budaya (Cultural Anthropology) :
mempelajari perilaku manusia/masyarakat/suku
bangsa (etnis), dikaji dari segi kebudayaan.
Antropologi budaya dibagi menjadi tiga subdisiplin
utama :
Etnolinguistik
suatu Ilmu yang erat bersangkutan dengan Ilmu
antropologi, penelitiannya berupa daftar-daftar kata,
pelukisan tentang ciri dan tata bahasa dari beratus-
ratus bahasa dari suku bangsa yang tersebar
diberbagai tempat dimuka bumi ini, terkumpul
bersama dengan bahan kebudayaan suku bangsa.
Dari bahan ini berkembang berbagai metode analisa
kebudayaan.
Prehistori
Mempelajari sejarah perkembangan dan persebaran
semua kebudayaan manusia dalam zaman sebelum
manusia mengenal huruf (penelitian ilmu prehistori -
-bekas-bekas kebudayaan berupa alat-alat, benda-
benda, artefak yang ttersimpan dalam lapisan bumi)
sampai dengan masa manusia mengenal tulisan,
kebudayaan yang terua mengenal tulisan terdapat
pada kebudayaan mesir 4000SM. Lebih banyak
kebudayaan dari berbagai suku bangsa yg tersebar di
muka bumi ini baru mengenal tulisan pada abad ke
20. suatu bangsa yang mengenal tulisan dapat
meninggalkan tulisan-tulisan sebagai sumber
keterangan tertulis.
Etnologi
Ilmu bagian yang mencapai pengertian mengenai
manusia, dengan mempelajari kebudayaan-
kebudayaan dalam kehidupan masyarakat sebanyak
mungkin suku-suku bangsa yang tersebar diseluruh
muka bumi pada masa yang sekarang dan lalu.
Seorang ahli etnologi berusaha untuk memahami
bagaimana perbedaan dari cara berfikir dan cara
berlaku yang sudah membaku pada orang-orang pada
masa sekarang dan lalu, dan memahami sebab
perbedaan itu, seperti adat istiadat, perkawinan,
struktur kekerabatan, agama, cerita rakyat, musik,
dll bagaimana perbedaan perbedaan pola-pola di
dalam masyarakat pada saat ini. Bagaimana
kebudayaan berkembang dan berubah.
BIDANG-BIDANG LAIN DARI ANTROPOLOGI

Antropologi Sosial (Social Anthropology) :


perlaku manusia/masyarakat, bagaimana
manusia berinteraksi/ melakukan hubungan
sosial.
Antripologi Ekonomi: perilaku manusia/ masyarakat
dalam melakukan kegiatan Ekonomi, memenuhi
kebutuhan hidup.
Antropologi Politik: perilaku manusia/masyarakat,
bermusyawara: mengambil kebijakan/keputusan, menen-
tukan seorang pigur/ pemimpin/penguasa di masyarakat.
Antropologi Hukum: iIpeng yg mempelajari mns dn
kebud khususnya di bid hk. Ilmu ini merupakan
spesialisasi ilmiah dari Antropologi Budaya dan
Antropologi sosial sehingga melahirkan Kebudayaan
Hukum (Hilman Hadikusuma)

kajian Antropologi Hukum: perilaku mns/masy, khusus


mengkaji dn memahami ttg: gejala2 hk, peristiwa hk, hub
hk, hak dn kewajiban, menyelesaikan permasalahan hk,
dn tujuan yg ingin dicapai : keseimbangan,
keharmonisan, kedamaian, keamanan, ketertiban dn
keadilan sosial.
HUBUNGAN ANT ANTROPOLOGI
DGN ILMU-ILMU LAIN

1. Hub dgn Ilmu Geologi ialah: mempelajari


lapisan bumi, serta perubahannya. Hal ini
dibutuhkan untuk mengetahui asal-usul fosil-
fosil manusia purba, serta artefak-artefak bekas
kebudayaan, melalui analisis terhadap umur
dari lapisan bumi.
2. Hub dgn Ilmu Linguistik: ialah mempelajari
ba-hasa dlm naskah-naskah klasik utk
megetahui ciri-ciri bahasa yang digunakan oleh
berbagai kelom-pok manusia, masyarakat dan
suku-suku di dunia, baik berupa kata-kata yang
3. Hub dgn Ilmu Arkeologi: ialah mempelajari
kebuda-yaan kuno seperti: candi-candi, istana kuno,
prasasti, piramide, buku-buku kuno atau keramik-
keramik kuno. Hal ini penting untuk memahami
perkembangan kebudayaan manusia/masyarakat
atau suku-suku di dunia.
4. Hub dgn Ilmu Sejarah: ialah utk mengetahui
peristiwa-peristiwa masa lalu melaui analisis thd
dokumen-dokumen, prasasti-rasasti kuno, naskah
tradisional dan arsip-arsip kuno. Hal ini diperlukan
untuk memahami konsep kehidupan masyarakat dan
suku-suku bangsa pada masa lalu.
5. Hub dgn Geografi: ialah mempelajari tentang alam
dunia di sekitas manusia (flora dan fauna), dalam
kaitannya pemanfaatan flora dan fauna bagi
kehidupan manusia/masyarakat/suku bangsa.
6. Hub dgn Ilmu Ekonomi: ialah mempelajari
bagaimana manusia/masyarakat mememunuhi
kebutuhan hidup, baik memanfaatkan alam (berburuh,
bercocok tanam) maupun melakukan hub transaksi
(tukar menukar, jual beli, dll)
7. Hub dgn Ilmu Hukum Adat: ialah mempelajari
prilaku manusia/masyarakat dalam menyikapi prinsip-
prinsip hukum dan norma-norma (pranata lokal)
sebagai kaidah hukum yang disepakati oleh lembaga
adat dalam mengatur, dan mengontrol kehidupan
masyarakat.
8. Hub dgn Ilmu Politik: ialah mempelajar tentang
proses politik dari suatu masyarakat.suku bangsa,
bagaimana menentukan seorang pemimpin apakah
secara turun temurun, atau melalui sistem penunjukan,
secara musya-warah, pemilihan langsung, perwakilan
dengan suara terbanyak . Hal ini penting untuk
memahami sistem pemerintahan apakan menggunakan
MANFAAT MEMPELAJARI ILMU ANTROPOLOGI

Untuk memperoleh pengertian mengenai aneka


ragam kebud mns mengenai nilai2 budaya yg
dianutnya, sehingga dpt mengetahui dn
memahami bagaimana kebud dn nila2 yg dianut
itu mempengaruhi pola prilaku serta dpt
memahami sistem dn simbol2 yg digunakan oleh
masya pendukung nilai2 budaya.
MANUSIA DAN KEBUDAYAANNYA SBG
BAHAN KAJIAN ANTROPOLOGI (ASPEK HISTORIS)

Sekitar
abad ke-15-16, bangsa2 di Eropa mulai ber
lomba2 utk menjelajahi dunia. Mulai dr Afrika,
Amerika, Asia, hingga ke Australia.
- Selama penjelajahan Bangsa Eropa banyak
menemu-kan hal2 baru. Mereka menjumpai suku2
(ethnics), dn mempelajari perilaku serta nilai2
sosial budaya pd suku tsb. Kisah2 petualangan dn
penemuan tsb kemudian mereka catat di buku
harian ataupun jurnal perjalanan.
- Mereka mencatat mulai dari ciri2 fisik, kebud,
susunan masya, atau bahasa dr suku tsb. Bahan2
yg berisi ttg deskripsi suku asing tsb kemudian
dikenal dgn bahan etnografi atau deskripsi ttg
Hasil mempelajari etnografi dr bangsa2 tsb:

1. Ada yg memandang rendah pd bangsa2 tsb


sbg mns liar, tdk beradab, mns keturunan
iblis, bangsa primitif, sehingga timbul istilah
savages and primitives.
2. Sebahagian memandang pd bangsa2 tsb
sebagai masya yg masih murni, belum
terpengaruh kejahatan dn keburukan seperti
pd bangsa Eropa.
3. Ada yg hanya tertarik dn mempelajari adat
istiadat yg aneh, serta mulai mengumpulkan
benda2 budaya dr suku2 pd bangsa2 tsb agar
dpt dilihat umum dlm suatu musium.
Pd abad ke-19 perhatian dn pandangan bangsa
Eropa terhadap hasil etnografi bangsa2 luar
Eropa dr sudut pandang ilmiah,diintegrasikan
dlm fase2:
- Pada fase pertama, bahan2 etnografi tsb telah
disusun menjadi karangan2 berdasarkan cara
berpikir evolusi masya pd saat itu, masya dn
kebud berevolusi secara perlahan2 dn dlm
jangka waktu yg lama. Pada fase ini mereka
menganggap bangsa2 selain Eropa sbg bangsa2
primitif yg tertinggal, dn menganggap Eropa
sbg bangsa yg tinggi kebud
- Pada fase kedua, kajian antropologi bertujuan
akademis, mereka mempelajari masya dn kebud
primitif dgn maksud utk memperoleh
pemahaman ttg tingkat2 sejarah penyebaran
kebud mns.
Pada Fase Ketiga (awal abad ke-20), neg2 di Eropa
ber-lomba2 membangun koloni di benua lain
seperti Asia, Amerika, Australia dan Afrika. Dlm
fase ini ilmu antro disebut pula ilmu praktis
- membangun koloni2 tsb, mengalami banyak
kendala: perlawanan dri bangsa asli, cuaca yg
kurang cocok serta hambatan2 lain.
- Utk menghadapi kesulitan2, pemerintahan
kolonial berusaha mencari kelemahan/kekurangan
suku asli. melalui bahan2 etnografi tentang suku2
asli terutama mempelajari kebud dn
kebiasaan2nya.
Pada fase Keempat (setelah tahun 1930-an), Antropologi
ber-kembang secara pesat.
- Kebud suku bangsa asli yg di jajah bangsa Eropa, mulai
hilang akibat terpengaruh kebud bangsa Eropa.
- Pd masa ini terjadi perang besar di Eropa, Perang Dunia II.
Perang ini membawa banyak perubahan dlm kehidupan mns
dn membawa sebagian besar negara2 di dunia kpd
kehancuran total. Kehancuran itu menghasilkan kemiskinan,
kesenjangan sosial, dn kesengsaraan yg tak berujung.
- Namun pd saat itu juga, muncul semangat nasionalisme
bangsa2 yg dijajah Eropa utk keluar dr belenggu penjajahan.
Sebagian dr bangsa2 tsb berhasil memerdekaan diri. Namun
demikian tidak sedikit diantaranya masih terjajah dn
terpecah belah hingga saat ini seperti: bangsa Aborigin,
bangsa Indian, Bangsa Kurdi dll.
- Proses2 perubahan tsb menyebabkan perhatian ilmu
antropologi tidak lagi ditujukan kpd penduduk pedesaan di
luar Eropa, tetapi juga kpd suku bangsa di daerah pedalaman
Eropa seperti suku bangsa Soami, Flam dan Lapp.
LATAR BELAKANG
Masalah manusia tdk dpt dipisahkan dari mslah
budaya/pengetahuan budaya (humaniora)

Humaniora : Ilmu yg bertujuan membuat


manusia mnjdi lebih manusiawi sbg mnusia yg
berbudaya
SEKILAS DEFINISI KEBUDAYAAN
E.B Tylor (pakar antropologi) megatakan :
Kebudayaan adalah kompleks yg mencakup
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum,
adat-istiadat dn kemampuan2 serta kebiasaan2 yg
didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat
Kebudayaan yg disebutkan diatas, dimiliki oleh
masing2 kebudayaan yg ada diberbagai masyarakat
Bedanya, masing2 masyarakat memiliki kebudayaan yg
berbeda (budaya jawa beda dengan budaya Lombok,
budaya Lombok beda dengan budaya Bima, dll)
Perbedaan budaya disebabkan oleh adanya perbedaan
latar belakang (Sejarah, lingkungan, pendidikan,
ekonomi,dll)
PROF. KOENTJORONINGRAT
Kebudayaan adalah

1. Sbg kompleks dari ide2, gagasan, nilai2,


norma dan peraturan dan sebagainya
2. Sbg suatu kompleks aktifitas kelakukan
berpola dari manusia dlm masyarakat
3. Sbg benda2 hasil karya manusia
Pengertian Kebudayaan
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat.
Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski
mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam
masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh
masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah
Cultural-Determinism. Herskovits memandang kebudayaan
sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke
generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai
superorganic.
Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung
keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta
keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain,
tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang
menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Menurut Edward B. Tylor, kebudayaan merupakan
keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat
istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat
seseorang sebagai anggota masyarakat
Beberapa ahli yang mengemukakan mengenai unsur-
unsur kebudayaan, antara lain sebagai berikut:
Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki
4 unsur pokok, yaitu:
alat-alat teknologi
sistem ekonomi
keluarga
kekuasaan politik
Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok
yang meliputi:
sistem norma yang memungkinkan kerja sama antara para
anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam
sekelilingnya
organisasi ekonomi
alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk
pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama)
organisasi kekuatan (politik)
UNSUR2 KEBUDAYAAN YG DIANGGAP
SEBAGAI CULTURAL UNIVERSAL:
1. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia : pakaian,
perumahan, alat2 rumah tangga, senjata, alat2
produksi, transport dan sebagainya.
2. Mata pencaharian dan sistem2 ekonomi : pertanian,
peternakan, sistim produksi, sistim distribusi, dan
sebagainya.
3. Sistem kemasyarakat : sistem kekerabatan, organisasi
politik, sistim hukum,sistim perkawinan.
4. Bahasa :lisan maupun tertulis.
5. Kesenian :seni rupa, seni suara, seni gerak dan
sebagainya.
6. Sistem Religi (sistem kepercayaan).

***Cultural universals adalah unsus-unsur kebudayaan yang berlaku umum pada setiap budaya .
Kebudayaan menurut Selo Soemardjan adalah hasil
Cipta/ karya, rasa dan Karsa manusia yang hidup
bersama. Cipta/Karya menghasilkan ilmu pengetahuan,
teknologi dan kebudayaan kebendaan, yg diperlukan dan
dipergunakan oleh manusia untuk menguasai alam
sekitar, Rasa meliputi jiwa manusia mewujudkan segala
kaidah dan nilai kemasyarakatan yang diperlukan untuk
mengatur masyarakat dan Karsa mewujudkan adanya
keyakinan/ kepercayaan pada manusia dlm hidup
bermasyarakat.
Dengan demikian, kebudayaan pada hakikatnya, unsur
rasa pada khususnya, merupakan struktur normatif atau
yang disebut Ralp Linton sebagai design for living.
Artinya bahwa kebudayaan merupakan suatu blueprint of
behavior yang memberikan pedoman tentang apa yang
harus dilakukan (Soerjono Soekanto, 1975).
Kebudayaan Hukum adalah kebudayaan yang
menyangkut aspek-aspek hukum, yang digunakan oleh
penguasa/ pemerintah untuk mengatur anggota
masyarakat agar tidak melanggar kaidah-kaidah sosial
yang telah ditetapkan oleh masyarakat bersangkutan.
Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan
menjadi 3 ketagori yaitiu: gagasan, aktivitas, dan artefak.
1. Gagasan (Wujud ideal)
Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yg berbentuk kumpulan
ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yg
sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan
ini terletak dlm kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika
masy tsb menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka
lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku
hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.
2. Aktivitas (tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari
manusia dlm masy itu. Wujud ini sering pula disebut dgn sistem sosial.
Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling
berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya
menurut pola-pola tertentu yg berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya
konkret, terjadi dlm kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan
didokumentasikan.
3. Artefak (karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas,
perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-
benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan.
Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud kebudayaan.
PENETRASI KEBUDAYAAN
Penetrasi kebudayaan adalah masuknya pengaruh suatu
kebudayaan ke kebudayaan lainnya. Penetrasi kebudayaan dapat
terjadi dgn 2 cara:
Penetrasi damai (penetration pasifique)- Peace Penetration
- Masuknya sebuah kebudayaan dengan jalan damai. EX: masuknya
pengaruh kebudayaan Hindu dan Islam ke Indonesia. Penerimaan
kedua macam kebudayaan tersebut tidak mengakibatkan konflik,
tetapi memperkaya khasanah budaya masyarakat setempat.
Pengaruh kedua kebudayaan ini pun tidak mengakibatkan hilangnya
unsur-unsur asli budaya masyarakat.
Penetrasi kekerasan (penetration violante)-
Hardness Penetration
Masuknya sebuah kebudayaan dengan cara memaksa
dan merusak. Contohnya, masuknya kebudayaan Barat
ke Indonesia pada zaman penjajahan disertai dengan
kekerasan sehingga menimbulkan goncangan-
goncangan yang merusak keseimbangan dalam
masyarakat.
BENTUK PENETRASI DAMAI
- Penyebaran kebudayaan secara damai akan
menghasilkan Akulturasi, Asimilasi, atau
Sintesis.
Akulturasi membentuk kebudayaan baru
tanpa menghilangkan unsur kebudayaan asli.
Contohnya, bentuk bangunan Candi Borobudur
yang merupakan perpaduan antara kebudayaan
asli Indonesia dan kebudayaan India.
Asimilasi membentuk kebudayaan baru.

Sintesis terbentuknya sebuah kebudayaan


baru yang sangat berbeda dengan kebudayaan
asli.
NILAI-NILAI KEARIFAN/BUDAYA LOKAL DLM
KEHIDUPAN MASYARAKAT SEBAGAI POLA BUDAYA

Nilai kearifan mengandung makna jalinan keakraban dan


rasa persaudaraan, merupakan prinsip hidup bermasyarakat.
Prinsip tersebut dikemas dalam ungkapan terminology
bahasa daerah dan perilaku yang sarat dengan makna
simbolik, seperti pada masing komunitas/kelompok
masyarakat.

Apabila nilai-nilai tersebut dikongkritisasikan menjadi


norma-norma hukum, hakikatnya merupakan dasar dari
hukum adat. Nilai2 kearifan lokal yang merupakan norma-
norma hukum adat sangat dipatuhi dan dilaksanakan secara
sukarelah oleh masyarakat, artinya dalam menegakkan
hukum adat tidak ada unsur paksaan.
PRINSIP/ASAS HUKUM

Menurut Purwadarminta yang


dimaksud dengan prinsip adalah asas
(kebenaran yang jadi pokok dasar orang
berfikir bertindak dsb) *.
Prinsip hukum suatu yang sangat
mendasar bagi suatu konsep hukum.
Prinsip hukum dalam pengertian
substansif tidak merupakan bagian yang
terpisah dari kategori norma-norma
hukum melainkan hanya berbeda dalam
isi dan pengaruhnya.
Menurut Nursalam Sianipar, prinsip
hukum a norma yang sangat
abstrak, jika tidak dituangkan lebih
lanjut ke dlm norma lain, hanya akan
berfungsi sebagai petunjuk bagi para
pembentuk peraturan atau pelaksananya
atau subjek hukum pada umumnya, dan
bukan sebagai aturan yang meletakkan
hak dan kewajiban secara konkrit.
Kaitannya dgn Prinsip Hukum, Prof. Koesnoe:
bukunya Catatan-Catatan Terhadap Hukum Adat
Dewasa ini, mengatakan : .....didalam
masyarakat Lokal selalu diterapkan 3 (tiga )
prinsip/asas penting yaitu rukun, patut, dan
laras, yang merupakan asas-asas yang menjadi
pedoman pokoknya
1. Asas Rukun: suatu pedoman dlm
menyelesaikan segala persoalan di masyarakat.
Dari kata rukun terbentuk istilah kerukunan yg
berhubungan erat dgn pandangan dan sikap
orang menghadapi hidup bersama di dlm suatu
lingkungan sosial untuk mencapai suasana hidup
bersama yang aman, tentram, dan sejahtera.
Menurut asas bahwa manusia sebagai mahluk
tidak dapat dipisahkan dari manusia lainnya
(hidup bermasyarakat).
2. Asas Patut: membentuk dirinya sebagai pribadi
yang terhormat, masyarakat mempunyai rasa malu
berkata dan berbuat patut, berkata dan bertindak
dalam koridor moralitas yang mengandung sistem
nilai baik dan buruk menurut pandangan & penilaian
akal sehat secara universal.

3. Asas Laras, dari kata laras terbentuk kata


kelarasan - keselarasan: mengandung makna
bahwa pengetrapan adat tidak boleh dilakukan
begitu saja seperti apa adanya.

Dengan demikian segala perkataan dan sikap tindak


setiap individu dalam menjalani kehidupan
bermasyarakat, dapat diterima semua pihak baik
secara internal maupun external.
Selanjutnya Prof. Hilman dalam bukunya Hukum Waris
Adat, mengatakan :.....berpangkal tolak dari Pancasila
sbg pandangan hidup bangsa Indonesia, maka dapat
disimpulkan bahwa di dalam hukum, bangsa Indonesia
bukan semata-mata terdapat asas kerukunan dan asas
kesamaan hak tetapi selengkapnya berlaku 5 asas
kehidupan bersama sebagai berikut

1. Asas Ketuhanan dan Pengendalian diri,


2. Asas Kesamaan Hak dan Kebersamaan Hak,
3. Asas Kerukunan dan Kekeluargaan,
4. Asas Musyawarah dan Mufakat,
5. Asas Keadilan.
Upaya pengamalan terhadap prinsip-prinsip
hukum adat tersebut tidak mudah untuk
dilaksanakan, terlebih pada masyarakat yang
sedang mengalami proses perubahan dari
masyarakat sederhana dalam komunitas lokal
ke masyarakat modern dalam komunitas
nasional.
PENGAMALAN TERHADAP PRINSIP-PRINSIP
TERSEBUT TERGANTUNG PADA:

a) Tingkat pengetahuan & pemahaman


terhadap kaidah-kaidah sosial.

b) Kesadaran hukum masyarakat utk


mematuhi kaidah-kaidah sosial yg
berlaku di masyarakat

c) Peranan lembaga sosial mendukung


keberadaan & pelaksanaan norma
hukum dalam masyarakat
MANUSIA DAN PERILAKU BUDAYA
Sasaran utama Antropologi budaya adalah manusia dan perilaku
budayanya.
Pada prinsipnya perilaku/sifat manusia berbeda-beda (baik - buruk,
kasar - sabar, berani takut, tidakmalu - malu, tegas-lemah,
tekun-malas, aktif-pasif,dll). Perilaku tsb dipengaruhi oleh faktor
intern dan ekstern:
- Faktor Intern (bersifat personal), meliputi :
1. Naluri : hasrat, keinginan, emosi, nafsu: dorongan kehendak utk
menggunakan energy, bersifat aktif, agresif, energic, mau berbuat,
bersemangat, (positif atau negati)
2. Perasaan (rasa): merupakan ekspresi yang dihasilkan oleh idera
seperti: rasa enak-sakit, senang-susah, gembira-kasihan, takut-
berani, dll), hendaknya bisa dibedakan antara yang berakibat baik
dan yang buruk, (positif atau negatif).
3. Akal (rasio): buah pikiran manusia yang menghasilkan ilmu penge-
tahuan dan teknologi, mendorong perubahan (Positif atau Negatif)
4. Nurani/hati nurani: merupakan ekspresi jiwa manusia yang
bersifat bathinia, (selalu positif).
- Faktor Ekstern yang mempengaruhi perilaku
manusia (Positif atau negatif) :
1. Faktor waktu (dahulu, sekarang, akan datang)
2. Faktor Lingkungan / tempat
a. Lingk.sosial dan
b. lingkungan alam
3. Faktor Kondisi/keadaan
a. Pemahaman agama
b. Pendidikan
c. Ekonomi
d. Informasi dan Teknologi
e. Politik
f. Status Sosial
Faktor-faktortsb (intern dan ekstern)
hendaknya saling menunjang, dan dilandasi
oleh moral yang baik sesuai dgn hati nurani.
Hal ini penting utk menghindari prilaku
buruk pada diri manusia

Norma-Norma Sosial: Fungsi Hukum:


1. Norma Agama - Fungsi Mengatur (Social Regulation)
2. Norma Sopan santun - Fungsi Kontrol sosial (Social Control)
3. Norma Kesusilaan - Fungsi Rekayasa Sosial(Social Enginering)
4. Norma Hukum
- Fungsi Kepastian hukum (Legal Certainty)

Tujuan Hukum:
selaras, seimbang, harmonis, tertib, aman, adil, sejahtera
MANUSIA DAN BUDAYA HUKUM

kontrol, regulasi,
rekayasa,kepastian,

Naluri, Nilai-Nilai
Perasaan, Sosial-Budaya
Akal, (Norma Hukum)
Intern Nurani
Kebiasaan Budaya
(Pribadi) Hukum
MANUSIA
Perilaku

Waktu,
Ekstern Lingkungan, Tujuan Hukum
Keadaan

damai, tertib, selaras, seimbang,


harnonis, adil, sejahtera,
HUKUM DAN KEBUDAYAAN
Antropologi budaya mengkaji nilai-nilai sosial/norma dari aspek
kebudayaan, artinya bahwa manusia dlm kehidupan bermasyarakat
telah dibekali utk menjunjung tinggi nilai-nilai sosial-budaya (norma-
norma sosial).
Nilai-nilai tersebut tercakup norma-norma sosial dan prinsip-prinsip
hukum yang diajarkan kepada setiap warga masyarakat sebagai
pedoman berprilaku dlm melakukan segala kegiatan.
Apabila nilai-nilai tersebut dikongkritisasikan menjadi norma-norma
hukum, maka nilai-nilai tersebut pada hakikatnya merupakan dasar dari
hukum adat yang berlaku pada masyarakat.
Nilai-nilai kearifan lokal yang merupakan norma-norma hukum adat
sangat dipatuhi dan dilaksanakan secara sukarelah oleh masyarakat,
artinya dalam menegakkan hukum adat tidak ada unsur paksaan.
Adapun segala tindakan yang diambil terhadap adanya pernyimpangan
hanyalah merupakan suatu usaha untuk mengembalikan keadaan pada
situasi semula agar tercapainya ketenteraman dan ketertiban yang
merupakan salah satu tujuan hukum.
Norma-norma tersebut hendaknya dilestarikan melalui cara
hidup bermasyarakat sebagai dasar pembentukan hukum,
misalnya: terlihat dlm sistem kekerabatan di Bali yang
mengacu pada struktur/ garis keturunan Patrilineal dalam
pewarisan.
Antopologi melihat hukum sebagai salah satu aspek dari
kebudayaan , yakni aspek yang digunakan oleh kekuasaan
masyarakat yang teratur yang berfungsi mengatur dan
mengontrol perilaku manusia dan masyarakat agar tidak
menyimpang. Karena itu perlu didukung oleh norma sosial
lainnya (norma agama, norma kesusialaan dan norma
kesopanan).
Menurut Hoebel, Hukum selain dikenal pada masyarakat
modern juga dikenal pada masyarakat sederhana (primitive
law / folk law / customary law), Hukum akan dapat
diterapkan jika ada kekuasaan. Oleh karena itu dimana ada
manusia (masyarakat) pasti ada hukum.
Menurut Rosco Pound: Hukum selain berfungsi
sebagai alat kontrol sosial (the tool of social
control) juga berfungsi sebagai alat rekayasa
sosial (the tool social enginering)
Menurut L Pospisil: agar hukum berfungsi
sebagai alat kontrol sosial, maka Hukum harus
mempunyai ciri-ciri (atribut) yaitu:
1. Sebagai keputusan penguasa (atribute of
authority)
2. Mempunyai ciri kelanggengan berlaku (atribute of
intention)
3. Adanya sanksi (atribute of sanction)
4. Menimbulkan hak dan kewajiban (atribute of
obligation)
Kaidah-kaidah sosial yang telah ditentukan sanksi-
sanksinya merupakan norma hukum yang berfungsi
mengatur dan kontrol sosial, hal ini harus dipertahankan
melalui proses hukum.
Norma-norma sosial yang dikaji dari sisi antroplogi ialah
pola perilaku yang diulang-ulang, salalu sama merupakan
kebiasaan yang dianggap patut dalam kehidupan (Hoebel)
Kebiasan yang bersifat hukum adalah kebiasaan positif
sebagai kepatutan yang berkembang menjadi adat-kebiasaan
kemudian dikuatkan oleh keputusan pemuka/ lembaga
masyarakat, sehingga bernuansa hukum menjadi norma
hukum adat.
Jika kebiasaan menjadi adat/norma hukum adat, dipatuhi
oleh segenap warga masyarakat, maka ada ganjarannya
berupa pengukuhan, pujian, kehormatan, tanda jasa, hadia,
piagam dll. Sebaliknya jika dilanggar maka ganjaran berupa
sanksi : peringatan, celaan, disisikan dari pergaulan
masyarakat, atau hukuman badan dll.
Sanksi Hukum baru mendapat perhatian dan
dirasakan sebagai penghukuman bagi masyarakat
tergantung pada nilai dan perilaku yang timbuh dari
kesadaran hukum warga masyarakat sebagaimana
sikap tindak dari para pemuka masyarakat ybs.
Menurut Hilman Hadikusuma: Sanksi Hukum tertulis,
penerapannya lebih mudah, karena sudah ada aturan
dalam pasal UU/dlm kitab UU. Berdasarkan pasal tsb
Hakim dpt mamutuskan perkara terhadap para pihak
yang hasilnya kalah atau menang.
Sementara penerapan hukum adat (pendekatan Antro.
Hukum) memerlukan analisis yang mendalam
terhadap permasalahan yang terjadi, kemudian
mengkaji norma-norma yang berlaku sesuai dgn kodisi
masyarakat tsb berdomisili, dan penyelesaian-nya
lebih mengutamakan prisnsip musyawarah untuk
mufakat yang hasilnya berupa perdamaian.
FUNGSI HUKUM DALAM
KEHIDUPAN MASYARAKAT
Fungsi Hukum:
1. Law is a tool of Social Regulation (fungsi mengatur masyarakat).
2. Law is a tool of Social Control (Fungsi Pengawasan masyarakat)
3. Law is a tool of Social Enginering (Fungsi pengembangan masyarakat).
4. Law is a tool of Social-Legal Certainty (Fungsi Kepastian hukum).

Tujuan Hukum:
Untuk mencapai keselarasan, keseimbangan, keharmonisan, kestabilan
ketertiban, keamanan, keadilan, kesejahteraan masyarakat

Menurut Sunaryati Hartono, fungsi hukum dalam pembangunan meliputi*:


a. Hukum sebagai sarana pemeliharaan ketertiban dan keamanan
masyarakat (social order and security maintenance).
b. Hukum sebagai sarana pembangunan masy (Social development) .
c. Hukum sebagai sarana penegakan keadilan (social justice enforcement)
d. Hukum sebagai pendidikan masyarakat (social education) .

* Sunaryati Hartono, Hukum Ekonomi Pembangunan Indonesia, (Bandung: Binacipta, 1988), hal 10
Menurut Soerjono Soekanto, berfungsinya
hukum dalam masyarakat tdk terlepas dari
kenyataan apakah hukum tersebut berlaku atau
tidak. Teori-teori hukum memaparkan tiga hal
tentang berlakunya hukum sbg kaidah yaitu *:

1. Kaidah hukum berlaku secara yuridis apabila


penentuannya dida-sarkan atas kaidah yang lebih
tinggi tingkatnya (Hans Kelsen), atau menurut cara
yang telah ditetapkan (W.Zevenbergen) atau apabila
menunjukkan hubungan kausal antara suatu kondisi
dan akibatnya (Logemann).
.
2. Kaidah hukum berlaku secara sosiologis
apabila kaidah tersebut berlaku efektif, dpt
dipaksakan berlakunya oleh penguasa walau-
pun tdk diterima oleh warga masyarakat (teori
kekuasaan), atau karena kaidah tsb berlaku
karena diterima dan diakui oleh masyarakat
(teori pegakuan).
3. Kaidah hukum berlaku secara filosofis , artinya
berlaku sesuai dengan cita-cita hukum sebagai
nilai-nilai positif yang tertinggi dlm kehidupan
berbangsa dan bernegara .
Untuk berfungsinya hukum dalam menunjang
pembangunan nasional menurut Soerjono
Soekanto melibatkan beberapa faktor:
1. Kaidah hukum atau peraturan itu sendiri harus
sitematis, tidak bertentangan baik secara vertikal
maupun horizontal, dan dalam pembuatannya
harus disesuaikan dengan persyaratan yuridis yang
telah ditentukan.
2. Penegakan hukum harus mempunyai pedoman
berupa peraturan yang tertulis yang menyangkut
ruang lingkup tugasnya dengan menentukan batas
kewenangan dalam pengambilan kebijakan. Dan
yang penting adalah batas kualitas petugas
memainkan peranan penting dalam berfungsinya
hukum.
3. Adanya fasilitas yang diharapkan dapat
mendukung pelaksanaan kaidah hukum yang
telah ditetapkan. Fasilitas yg dimaksud
terutama sarana fisik yang berfungsi sebagai
faktor pendukung utk mencapai tujuan hukum.
4. Kesadara warga masyarakat yang terkena
ruang lingkup peraturan tersebut, hal ini
didorong budaya taat hukum masyarakt.
Selanjutnya Friedman menjelaskan:
1. komponen struktur dari sistem hukum
mencakup berbagai institusi yang diciptakan
oleh sistem hukum dengan berbagai fungsinya
dalam rangka mendukung bekerjanya sistem
hukum. Dalam kaitan ini termasuk
pembicaraan tentang bagaimana struktur
organisasinya landasan hukum bekerjanya,
pembagian kompetensi dan lain-lain.
1. Kompetensi substantif (substansi Hukum)
adalah mencakup segala apa saja yang
mrpkan keluaran dari sistem hukum. Di
dalam pengertian ini termasuk norma
hukum baik yang berupa peraturan,
keputusan, doktrin-doktrin sejauh semuanya
ini digunakan dalam proses tsb.
Komponen budaya hukum (legal culture) adalah
keseluruhan sikap warga masyarakat yang
bersifat umum dan nilai-nilai dalam masyarakat.
Budaya hukum (legal culture) terdiri atas budaya
hukum Internal, yakni budaya hukum dari
lawyers dan hakim, dan budaya hukum
eksternal yakni budaya hukum penduduk atau
masyarakat setempat.
Dalam kaitannya dgn berfungsinya hukum dlm
masyarakat, Friedman dalam Satjipto Rahardjo:
menyatakan bahwa dalam melihat hukum tidak hanya
dari segi struktur dan Substansinya melainkan juga dari
segu Kulturnya sebagai berikut *:
1. Struktur: institusi/kelembagaan yg diciptakan oleh sistem
hukum
2. Substansi hukum (norma hukum), berupa peraturan,
keputusan doktrin
3. Budaya hukum (legal culture): keseluruhan sikap warga
masyarakat yg bersifat umum dan nilai-nilai dalam
masyarakat meliputi:
a. Budaya hukum internal: budaya hukum dari para
lawyer, hakim jaksa, polisi dll
b. Budaya hukum eksternal: budaya hukum dari
masyarakat setempat.
4. Menurut Soerjono Soekanto: Sarana dan prasarana hukum
Menumbuh kembangkan Kepatuhan
dan Kesadaran Hukum Masyarakat

Dalam proses modernisasi masalah kesadaran hukum


masyarakat terhadap nilai-nilai sosial yang berlaku di
masyarakat lokal juga ikut mengalami proses degradasi, hal ini
sebagai akibat dari kuatnya pengaruh budaya luar (asing)
terhadap sikap dan perilaku masyarakat.

Usaha menanamkan kesadaran hukum masyarakat tentu saja


tidak selamanya berlangsung mudah, suatu kenyataan yang
harus diingat dan dipertimbangkan ialah karena hukum negara
(perundang-undang) tidak sepenuhnya tumbuh dari bawah
melainkan diundangkan dari atas atau bersifat centralistic,
sehingga tidak mudah diintegrasikan kedalam kedalam
kehidupan masyarakat.
Pengembangan kesadaran hukum masyarakat
melalui pengamalan terhadap prinsip-prinsip
hukum adat/pranata lokal perlu dilakukan,
karena hal ini akan sangat bermanfaat dalam
rangka menunjang pembangunan daerah.

Kesadaran hukum akan memotivasi warga


masyarakat untuk secara sukarela
menyesuaikan segala prilaku kepada asas-asas
hukum dan norma-norma hukum yang berlaku,
baik norma hukum yang tidak tertulis (hukum
adat), maupun terhadap norma hukum tertulis
Upaya untuk meningkatkan kesadaran hukum dalam
sanubari rakyat harus dikembangkan, hal ini dapat
dilakukan melalui pendekatan terhadap kearifan
budaya lokal tentang pentinya memahami prinsip-
prinsip hukum yang hidup dalam masyarakat.

Pendekatan tsb dapat dilakukan melalui kegiatan


penelitian untuk menginventarisasi dan
mengindentifikasi asas-asas hukum dan norma
hukum yang yang hidup dlm masyarakat.
Kemudian hasil dari penelitian tersebut dikaji
kembali secara mendalam dan dikembangkan
dalam rangka pembangunan dan pembinaan
hukum, terutama sebagai bahan masukan
dalam pembuatan peraturan (Perda) /
(Perdes),
Selanjutnya perlu ada sosialisasi (penyuluhan,
klinik hukum, pelayanan hukum) kepada
masyarakat. Dalam hal ini peranan dan
keterlibatan lembaga-lembaga adat harus
digalakkan dalam rangka menunjang
pembangunan di bidang hukum.
Pandangan Antropologi dlm Menyikapi
Manusia Sebagai Mahluk yang Berbudaya

IPTEK
Cipta
BUDAYA Rasa Norma&
Karsa Nilai Sosial

Keyakinan
HASRAT
Manusia Mengubah Alam
Kompleks Ide, Gagasan, Norma

MAHLUK HIDUP KEBUDAYAAN Kompleks Aktivitas Kelakuan


Berpola dlm Masyarakat

Benda-Benda Hasil Karya


Hewan Hidup apa adanya

Monoton Aneka Ragam & Dinamis


MANUSIA DAN BUDAYA HUKUM

kontrol, regulasi,
rekayasa,kepastian,

Naluri, Nilai-Nilai
Perasaan, Sosial-Budaya
Akal, (Norma Hukum)
Intern Nurani
Kebiasaan Budaya
(Pribadi) Hukum
MANUSIA
Perilaku

Waktu,
Ekstern Lingkungan, Tujuan Hukum
Keadaan

damai, tertib, selaras, seimbang,


harnonis, adil, sejahtera,
BUDAYA HUKUM DLM KONTEKS INDONESIA

Budaya Nusantara
Kehidupan
Bernegara
BHINEKA TUNGGAL IKA

Untuk Berbeda PANCASILA

INDONESIA Sepakat Nilai Kearifan

Prinsip-Prinsip
Untuk Bersatu Hukum Adat

SUMPAH PEMUDA
Kehidupan
Bermasyarakat

Hukum Adat Nusantara


Filter terhadap Budaya Asing

Anda mungkin juga menyukai