NEFROPATI DIABETIK
Oleh:
Mathelda Ayomi, S.Ked
Nila Hermawati Sutrisno, S.Ked
PEMBIMBING:
dr. Ita Murbani, Sp.PD-KGH
insiden pada tipe 2 sering lebih besar daripada tipe 1 karena jumlah pasien diabetes
melitus tipe 2 lebih banyak daripada diabetes melitus tipe 1.
Penelitian di Inggris membuktikan bahwa pada orang Asia jumlah penderita nefropati
diabetik lebih tinggi dibandingkan dengan orang barat.
Hal ini disebabkan karena pada orang Asia penderita diabetes melitus tipe 2 banyak
terjadi pada umur yang relatif lebih muda sehingga kemungkinan mengalami nefropati
diabetik lebih besar.
* PENDAHULUAN
Di Thailand prevalensi nefropati diabetik dilaporkan sebesar 29,4%, di Filipina sebesar 20,8%,
sedang di Hongkong 13,1%. Di Indonesia terdapat angka yang bervariasi dari 2,0% sampai 39,3%.
Proteinuria terjadi pada 15-40% dari pasien dengan DM tipe 1, dengan puncak
insidens sekitar 15-20 tahun dari pasien diabetes. Pada pasien dengan DM tipe 2,
prevalensi sangat berubah-ubah, berkisar antara 5 sampai 20%.
* EPIDEMIOLOGI
Nefropati diabetik lebih umum di antara orang Afrika-Amerika, Asia,
dan Amerika asli daripada orang Kaukasia.
Faktor resiko yang tidak dapat di modifikasi Faktor resiko yang dapat dimodifikasi
Genetik Hiperglikemia
Hipertensi
Kepekaan (susceptibility) terhadap nefropati diabetik:
Kadar lemak darah
Antigen HLA (human leukosit antigen) Kadar albumin urin
Kelompok penderita diabetes dengan nefropati lebih Merokok
sering mempunyai Antigen tipe HLA-B9.
Glukose trasporter (GLUT)
Setiap penderita DM yang mempunyai GLUT 1-5
mempunyai potensi untuk mendapat nefropati
diabetik.
Usia
Ras
* GAMBARAN KLINIS (menurut Mogensen)
Stadium I Hiperfiltrasi: meningkatnya laju filtrasi glomerulus mencapai 20-50% diatas nilai normal
(Hyperfiltration- menurut usia.
Hypertropy Hipertrofi ginjal, yang dapat dilihat melalui foto sinar X.
Stage) Glukosuria disertai poliuria.
Mikroalbuminuria lebih dari 20 dan kurang dari 200 g/min.
Stadium II Mikroalbuminuria normal atau mendekati normal (<20 /min).
(Silent Stage) Sebagian penderita menunjukan penurunan laju filtrasi glomerulus ke normal. Awal kerusakan
struktur ginjal.
Stadium III Awalnya dijumpai hiperfiltrasi yang menetap yang selanjutnya mulai menurun.
(Incipient Mikroalbuminuria 20 sampai 200 g/min yang setara dengan eksresi protein 30-300 mg/24 jam
Nephropathy Awal hipertensi.
Stage)
Stadium IV(Overt Proteinuria menetap(> 0,5gr/24 jam).
Nephroathy Hipertensi.
Stage) Penurunan laju filtrasi glomerulus.
Stadium V Pada stadium ini laju filtrasi glomerulus sudah mendekati nol dan dijumpai fibrosis ginjal.
(End Stage Renal Rata-rata dibutuhkan waktu 15-17 tahun untuk sampai pada stadium IV dan 5-7 tahun
Failure) kemudian akan sampai stadiumV.
* GAMBARAN KLINIS
TAHAP KONDISI GINJAL AER LFG TD PROGNOSIS
1 Hipertrofi
N N Reversibel
Hiperfungsi
2 Kelainan struktur N /N Mungkin reversibel
3 Mikroalbuminuria 20-200
/N Mungkin reversibel
persisten mg/menit
4 Makroalbuminuria > 200
Rendah Hipertensi Mungkin bisa stabilisasi
Proteinuria mg/menit
5 Uremia Tinggi /Rendah <10 Hipertensi Kesintasan 2 tahun + 50 %
ml/menit
Keterangan : AER = Albumin Excretion Rate
LFG = Laju Filtrasi Glomerulus (GFR)
N = Normal
TD = Tekanan Darah
* DIAGNOSIS
Diagnosis nefropati diabetik dapat dibuat apabila dipenuhi persyaratan
seperti di bawah ini:
Anamnesis
Pemeriksaan urinalisis
Proteinuria yang persisten selama 2 kali pemeriksaan dengan interval 2 minggu tanpa
ditemukan penyebab proteinuria yang lain atau proteinuria satu kali pemeriksaan
plus kadar kreatinin serum >2,5 mg/dl.
Pemeriksaan radiologi
Klirens kreatinin =
3. Perbaikan fungsi ginjal (diet rendah protein, pemberian angiotensin receptor blocker (ACE-I)
dan/atau angiotensin receptor blocker (ARB).
Gaya hidup yang sehat meliputi olahraga rutin, diet, menghentikan merokok, serta membatasi
konsumsi alkohol. Olahraga rutin yang dianjurkan ADA adalah berjalan 3-5 km/hari dengan kecepatan
sekitar 10-12 menit/km, 4-5 kali seminggu.
Pembatasan asupan garam adalah 4-5 g/hari (atau 68-85 mEq/hari) serta asupan protein hingga
0,8 g/kg/berat badan ideal/hari.
Pada pasien yang penurunan fungsi ginjalnya berjalan terus, maka saat laju filtrasi glomerulus
mencapai 10-12 ml/menit (setara dengan klirens kreatinin < 15 ml/menit atau serum kreatinin >
6 mg/dl) dianjurkan untuk memulai dialisis
Pilihan pengobatan gagal ginjal terminal yang lain adalah cangkok ginjal
* PROGNOSIS
Nefropati diabetik jarang berkembang sebelum sekurang-kurangnya 10 tahun pada pasien IDDM, dimana
diperkirakan 3% dari pasien dengan NIDDM yang baru didiagnosa menderita nefropati.
Pasien dengan proteinuria yang tidak berkembang memiliki tingkat mortalitas yang relatif rendah dan stabil,
dimana pasien dengan proteinuria memiliki 40 kali lipat lebih tinggi tingkat relatif mortalitasnya.
ESRD adalah penyebab utama kematian, 59-66% kematian pada pasien dengan IDDM dan nefropati.
Tingkat insidens kumulatif dari ESRD pada pasien dengan proteinuria dan IDDM adalah 50%, 10 tahun setelah
onset proteinuria, dibandingkan dengan 3-11%, 10 tahun setelah onset proteinuria pada pasien Eropa dengan
NIDDM.
Penyakit kardiovaskular juga penyebab utama kematian (15-25%) pada pasien dengan nefropati dan IDDM,
meskipun terjadi pada usia yang relatif muda.
*KESIMPULAN
1. Nefropati diabetik merupakan kelainan degeneratif vaskuler ginjal yang ditandai dengan
albuminuria menetap (> 300 mg/24 jam atau > 200 g/menit) pada minimal 2 kali pemeriksaan
dalam kurun waktu 3 sampai 6 bulan.
2. Diagnosis dini membantu penderita untuk mengubah atau menyesuaikan gaya hidup agar bisa
lebih memperlambat gagal ginjal tersebut, atau bahkan menghentikan gagal ginjal tersebut,
tergantung dari penyebabnya.
3. Tujuan pengelolaan nefropati diabetik adalah mencegah atau menunda progresifitas penyakit
ginjal dan memperbaiki kualitas hidup pasien sebelum menjadi gagal ginjal terminal.