Anda di halaman 1dari 22

RUPTUR GINJAL

KELOMPOK 14
ANATOMI DAN FISIOLOGI
GINJAL
FUNGSI GINJAL :
1. Urinasi dan penyaringan darah
2. Pengatur kadar air dalam darah
3. Pengatur tekanan darah
4. Menjaga keseimbangan kadar asam
dalam tubuh
5. Penghasil Hormon
RUPTUR GINJAL
DEFINISI
cedera pada ginjal yang disebabkan oleh
berbagai macam rudapaksa baik tumpul
maupun tajam.
EPIDEMIOLOGI
Laju mortalitas dan morbiditas trauma (ruptur)
ginjal bervariasi tergantung dari beratnya trauma
yang terjadi, derajat trauma yang mengenai
organ lainnya dan rencana pengobatan yang
digunakan.Oleh karena itu, pilihan penanganan
harus mempertimbangkan angka mortalitas dan
morbiditas.
INSIDENSI
Pada anak-anak, umumnya lebih mudah terjadi
rupture ginjal, terkait dengan ukuran ginjal anak
yang relatif besar, lebih bersifat mobile dan
perirenal fat yang minim

Trauma (ruptur) ginjal merupakan trauma urologi


yang paling sering terjadi, terjadi 8-10% dari
pasien dengan disertai trauma pada abdomen.
ETIOLOGI
3 penyebab utama :
- trauma tajam : tembakan dan tikaman pada
abdomen bagian atas atau pinggang merupakan 10 20
% penyebab trauma pada ginjal.

- trauma iatrogenik : tindakan operasi atau radiologi


intervensi,

-Trauma tumpul : Trauma langsung biasanya


disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, olah raga, kerja
atau perkelahian. Trauma tidak langsung misalnya jatuh
dari ketinggian
PATOFISIOLOGI

Goncangan ginjal di dalam


rongga retroperitoneum regangan pedikel ginjal

Terbentuknya bekuan darah


Robekan tunika
yang menimbulkan trombosis
intima arteri renalis
arteri renalis dan cabangnya
KLASIFIKASI
GAMBARAN KLINIS
Patut dicurigai adanya cedera pada ginjal jika terdapat :
Trauma di daerah pinggang, punggung, dada sebelah bawah, dan perut
bagian atas dengan disertai nyeri atau didapatkan adanya jejas pada
daerah itu

Hematuria

Fraktur costa bawah (T8-12) atau fraktur prosessus spinosus vertebra

Trauma tembus pada daerah abdomen atau pinggang

Cedera deselarasi yang berat akibat jatuh dari ketinggian atau kecelakaan
lalu lintas

Distensi abdomen

Takikardi

Hipotensi
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
- Foto konvensional

Gambar radiografi ruptur ginjal spontan. (a) psoas line kiri terlihat
normal (panah hitam), psoas line kanan tidak terlihat (panah
merah). (b,c) IVU diambil pada menit ke-15 dan 45, terlihat
ekstravasasi meluas di peripelvis dan perirenal
USG

Gambar 5. Penampakan ruptur ginjal spontan. (a,b) terlihat defek


berdiameter 4.5 mm pada pelvis renali. (c) penampakan USG
Doppler berwarna, terlihat aliran warna pada ginjal yang
berhubungan dengan kompresi oleh urinoma
CT- SCAN
MRI

Gambar Hematoma Perinephric seorang dengan trauma


tendangan pada punggung. (A,B) Penekanan pada coronal fat
(C) Tampak soft tissue di bagian subscapular ginjal kiri
LABOLATORIUM
Pemeriksaan lab pada perdarahan
Untuk skrinning test ada 5 :
AT (hitung trombosit) : untuk mengetahui defect kuantitas
BT (bleeding time) : untuk mengecek kuantitas dan kualitas trombosit.
Apakah ada gangguan agregasi dan adhesi
CT (clotting time) : waktu yang dibutuhkan untuk membentuk sumbat yang
sempurna.
PPT (plasma protrombin time) : untuk melihat defect jalur koagulasi
ekstrinsik dan memonitor antikoagulan oral warfarin.
APTT (activated partial tromboplastin time) : untuk cek jalur intrinsic dan
memonitor antikoagular heparin.
TAT (tes agregasi trombisit) : dengan menggunakan sampel plasma
trombosit. Trombosit dipapar dengan aggregator untuk memicu agregasi.
Kemudian disinari dengan spektofotometer. Jika makin banyak agregasi,
sinar yang dihantarkan akan makin banyak. Sehingga bisa menilai
kemampuan agregasi.
Fibrinogen : tes utk cek proses fibrinolisis. Jika fibrinolisis teraktivasi, FDP
akan meningkat.
PENATALAKSANAAN
1. Non operatif dan konsevatif
dilakukan observasi tanda-tanda vital (tensi, nadi, suhu
tubuh), kemungkinan adanya penambahan massa di
pinggang, adanya pembesaran lingkaran perut,
penurunan kadar hemoglobin darah, dan perubahan
warna urin pada pemeriksaan urine serial.
2. Operatif
untuk segera menghentikan perdarahan. Selanjutnya,
mungkin dilakukan debridement, reparasi ginjal (berupa
renorafi atau penyambungan vaskuler) atau tidak
jarang harus dilakukan nefrektomi parsial bahkan
nefrektomi total karena kerusakan ginjal yang sangat
berat
PROGNOSIS
Dengan follow-up yang dilakukan secara hati-hati,
kebanyakan kasus ruptur ginjal memiliki prognosis yang
baik, dengan proses penyembuhan yang berlangsung
secara spontan dan mengembalikan fungsi ginjal.
Pengawasan terhadap excretory urography dan tekanan
darah juga dapat menjamin deteksi dan manajemen
yang tepat akan kejadian hidronefrosis dan hipertensi.
KOMPLIKASI
Komplikasi tercepat terjadi dalam 4 minggu
setelah trauma dan termasuk ekstravasasi urin
dan bentuk urinoma, yang disertai perdarahan,
infeksi urinoma dan abses perinefrik, sepsis,
fistula arteriovenous, pseudoanerysma dan
hipertensi. Komplikasi yang lama termasuk
hironefrosis, hipertensi, bentuk kalkulus, dan
pyelonefritis kronik
KESIMPULAN
Trauma ginjal adalah cedera pada ginjal yang disebabkan oleh
berbagai macam trauma baik tumpul maupun tajam sehingga hal
tersebut akan mudah terjadinya rupture pada ginjal.

Cedera ginjal dapat terjadi secara langsung akibat benturan yang


mengenai daerah pinggang atau tidak langsung yaitu merupakan
cedera deselerasi akibat pergerakan ginjal secara tiba-tiba di dalam
rongga retroperitonium. Goncangan ginjal di dalam rongga
retroperitonium menyebabkan regangan pedikel ginjal sehingga
menimbulkan robekan tunika intima arteri renalis.

Anda mungkin juga menyukai