Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Pemicu 1
Blok Endokrin dan Metabolisme
Kelompok 6
Kelompok 6
Tutor: Dr Linda
Riodian Saputra Ketua 405070056
Trisnawaty Wijaya Sekretaris 405080067
Dinda Aniela Bintoro Penulis 405080068
Lovina Group Member 405070054
Sherline Group Member 405080069
Stevany Minsanita Group Member 405080070
I Ketut Adi Nugraha Group Member 405080071
Lia Permata sari Group Member 405080171
Willian Taruna dJaya Group Member 405080172
Damianus Danny Group Member 405080173
Paullya Dwi P Group Member 405080177
Rininta Christabella Group Member 405080174
Tidak Mau Bangun
Anak laki-laki 10 tahun menderita polidipsi, poliuria sejak 2 bulan yang lalu.
Dulunya ia adalah anak yang sehat, aktif dan tampak obese. Namun berat
badannya berangsur turun dengan cepat dlm 3 minggu terakhir walaupun
menurut anamnesa tampaknya ia polifagia. Frekuensi enuresis noktural
bertambah. Menurut ibunya, belakangan ini anak laki-lakinya itu sering
mengeluh nyeri perut, kadang dsertai muntah. Pagi ini anaknya tidak dapat
dibangunkan dari tidur, tampak sesak napas dan tercium bau seperti buah
(fruity odor) dari mulutnya
Pemeriksaan fisik: kesadaran sopor, TD 90/50 mmhg, denyut nadi 92 x/menit,
teratur, isi cukup, laju napas 44x/menit. Tidak tampak retraksi dinding dada,
suara jantung s1 s2 tunggal, tidak terdengar murmur. Abdomen tampak
datar, dengan bising usus menurun + meteorismus. Tidak ditemukan
kelainan pada urogenital dan kulit. Akral dingin, dengan capillary refill time
>3detik.
Pemeriksaan laboratorium: gukosa darah sewaktu 425 mg/dl, pH 7,121, paO2
130 mmhg, paCO2 12,6 mmhg, HCO3 4,1 mmol/L, keton darah 4,5 mmol/L
(normal <0,1 mmol/L). Carik celup urine: keton +2. dokter segera
mengirimnya ke Unit Perawatan Intensif
Apa yang dapat Saudara pelajari dari kasus ini?
LO
Menjelaskan anatomi endokrin pankreas
Menjelaskan fisiologi endokrin pankreas
Menjelaskan biokimia endokrin pankreas
Menjelaskan mengenai Diabetes Melitus
(definisi, etiologi, epidemiologi, klasifikasi,
patofisiologi, manifestasi klinik, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan,
prognosis, DD)
Menjelaskan mengenai komplikasi Diabetes
Melitus
LO 1
Menjelaskan anatomi
endokrin pankreas
PANKREAS
Pankreas
Organ pada sistem pencernaan yang memiliki fungsi
utama yakni untuk menghasilkan enzim pencernaan
serta beberapa hormon penting
Kalenjar pankreas terletak pada bagian belakang
lambung dan berhubungan erat dengan duodenum
Ukuran 25 x 5 x 1 cm
Dilapisi kapsul jaringan ikat yang membentuk septa-
septa
Bersifat eksokrin dan endokrin
Epitel duktus ekskretorius bervariasi dari torak-torak
rendah bersel goblet sampai kubus
Duktus intercalarisnya panjang2 dan di dindingi epitel
selapis gepeng sampai kubus rendah.
Bentuk sel asinusnya lebih kecil dari sel asinus Parotis
Pars terminalnya 100% serous dan ditengah pars
terminal sering dijumpai sel2 sentroasini yg merupakan
bagian dari istmus.
Tidak ada sel myoepitel
Approximate percentage
of islet volume
Menjelaskan fisiologi
endokrin pankreas
RESEPTOR GLUKOSA
FISIOLOGI HORMON GLUKAGON
INSULIN
ditranslasikan rangkaian
praprohormo
sel-sel beta ribosom yang pemandu yang
n insulin (BM
melekat pada bersifat hidrofibik
11.500)
retikulum dan mengandung
endoplasma 23 asam amino
Menjelaskan biokimia
endokrin pankreas
Komunikasi Sel
SINYAL Hormon
KOMUNIKASI INDUKSI
SEL Saraf
ELEKTROKIMIA
KONTAK Gap-Junction
LANGSUNNG
Komunikasi Sel
Hormon dihsilkan di dalam sel utk sel
INTRAKRI
itu sendiri tanpa melewati cairan
N intertitial
Hormon dihsilkan di dalam sel utk sel
AUTOKRIN itu sendiri,reseptornya ada di
permukaan sel
CARA
KOMUNIKASI Hormon dihsilkan di dalam sel utk sel2
SEL PARAKRIN disekitarnya, mll proses difusi sdrhana
ke dalam cairan intertitial
di
LIPOFILIK, sitoplasma/nukleus
HIDROFOBI
K Glucocorticoid, estrogen,
calcitriol, androgen,
mineralocorticoid,
progestin, retinoic acid,
tyroid hormon
Tipe Reseptor
Epinefrin, glukagon,
GPC serotonin
Ion-Channel
Acetylcholine
TIPE
RESPTOR Tyrosin Erythropoietin, Interferons,
Kinase Insulin
Intrinsic
ANP, BNP
enzimatic
G-Protein Coupled Reseptor
Faktor Genetik
Tahun 2006-2007, peneliti 6 gen baru diabetes tipe II
10 gen diketahui : TCF7L2, SLC30A8, HHEX, PPARG, KCNJ11,
IGF2B2, CDKAL1, CDKN2A, CDKN2B, and FTO.
Peranan pada regulasi insulin proses pankreas dalam
memproduksi insulin-produksi sel .
Klasifikasi etiologis DM
Tipe 1 Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi
insulin absolut
Autoimun
Idiopatik
Tipe 2 Bervariasi mulai yg terutama dominan resistensi insulin
disertai defisiensi insulin relatif sampai yg terutama defek
sekresi insulin disertai resistensi insulin
Tipe lain Defek genetik fungsi sel B
Defek genetik kerja insulin
Penyakit eksokrin pankreas
Endokrinopati
karena obat atau zat kimia
Infeksi
Sebab imunologi yg jarang
Sindrom genetik lain yg berkaitan dg DM
Diabetes Melitus
gestasional
DM 1 DM 2
Fase inisial
Fase penyembuhan
Fase remisi (honeymoon period)
Fase intensifikasi
Faktor resiko DM
Usia >= 45 tahun
Kegemukan ( BB> 120% idaman atau IMT > 25kg/m2 )
Kebiasaan tidak aktif.
Turunan pertama dari orang tua dengan DM.
Riwayat melahirkan bayi dengan BB lahir bayi >4000
gram, atau riwayat DM gestasional.
Hipertensi (>=140/90mmhg)
Kolesterol HDL <= 35 mg/dl dan atau trigliserida >=250
mg/dl
Adanya riwayat toleransi glukosa yang terganggu
(TGT) atau glukosa darah puasa terganggu (GDPT)
sebelumnya.
Memiliki riwayat penyakit kardiovaskuler.
1. Gejala klasik DM + glukosa darah sewaktu 200 mg/dl (11,1
mmol/L).
DM TGT Normal
Cara pelaksanaan TTGO / test toleransi glukosa oral (WHO 1994)
Tiga hari sebelum pemeriksaan makan seperti biasa (karbohidrat cukup).
Kegiatan jasmani seperti yang biasa dilakukan.
Puasa paling sedikit 8 jam mulai malam hari sebelum pemeriksaan, minum air
putih tanpa gula tetap diperbolehkan.
Diperiksa kadar glukosa darah puasa.
Diberikan glukosa 75 gram (orang dewasa) atau 1,75 gram/kg BB (anak-anak).
Dilarutkan dalam air 250 ml dan diminum dalam waktu 5 menit.
Berpuasa kembali sampai pengambilan sample darah untuk pemeriksaan 2 jam
setelah minum larutan glukosa selesai
Diperiksa kadar glukosa darah 2 jam sesudah beban glukosa.
Selama proses pemeriksaan subyek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak
merokok
DIAGNOSIS
Pemeriksaan HBA1C > 6%
Gejala klasik DM +
GDS 200 mg/dl
Bukan DM Belum pasti DM
(11.1 mmol/L)
DM
Gejala klasik DM +
Kadar Plasma vena <110 110-199 200 GDP 126 mg/dl (7
GDS mmol/L)
Darah kapiler <90 90-199 200 Kadar glukosa darah
Kadar Plasma vena <110 110-125 126 2 jam pada TTGO
GDP 200 mg/dl (11.1
Darah kapiler <90 90-109 110 mmol/L)
penatalaksanaan
Jangka pendek :
Edukasi
Hilangnya keluhan dan tanda
DM, Terapi gizi medis
Mempertahankan rasa nyaman
dan Latihan jasmani
Tercapainya target Intervensi
pengendalian glukosa darah
Jangka panjang :
farmakologis
Tercegah dan terhambatnya OBAT
progresivitas penyulit HIPERGLIKEMI
mikroangiopati, makroangiopati ORAL
dan neuropati.
Tujuan akhir pengelolaan INSULIN
adalah turunnya morbiditas dan
mortalitas dini DM
EDUKASI
Tujuan utama penyuluhan pada penyandang DM tipe 1:
Mencapai penatalaksanaan mandiri yang efektif dalam rangka
meningkatkan kualitas hidup
Meningkatkan motivasi dan sikap kemandirian dalam pelaksanaan
penyakitnya
Edukasi dilakukan dengan pengajaran individual kepada pasien dan
keluarganya, dapat diikuti dengan pemberian booklet, pedoman
tertulis, dll sesuai usia anak
Hal-hal yang ingin dicapai:
Mengoptimalkan penggunaan insulin dan konsekuensinya
Mengerti hasil dan komplikasi terapi insulin dan cara
mengantisipasinya
Mengerti kegunaan terapi lainnya seperti dietetik dan latihan
jasmani
Dapat memanfaatkan tenaga ahli profesional diabetes
Menghindari sikap destruktif dan berusaha mengatasi stress yang
timbul
Terapi gizi medis
Tujuan:
Menyediakan asupan energi dan nutrisi adekuat supaya tumbuh
kembang anak optimal
Mendorong kebiasaan makan sehat yang berlangsung seumur hidup
dgn memperhatikan aspek sosial, kultural, dan psikologis
Mempertahankan kadar glukosa darah normal atau mendekati normal
Mencapai dan mempertahankan BB ideal
Mampu melakukan latihan fisik secara teratur
Mencegah terjadinya komplikasi
Karbohidrat :
45-65% total asupan energi
Pembatasan <130 g/hr tidak dianjurkan
Sukrosa tidak boleh >10% total asupan energi
Makan 3x sehari untuk mendistribusikan asupan KH
Garam < 6-7g/hari (hipertensi 6g/hari)
Serat 25 g/hari
Lemak :
20-25% kebutuhan kalori
Lemak jenuh <7% kebutuhan kalori
Lemak tidak jenuh ganda <10%, selebihnya dari lemak tidak jenuh
tunggal
Batasi makanan yang mengandung lemak jenuh dan lemak trans :
daging berlemak dan susu penuh (whole milk)
Anjuran konsumsi kolesterol <300mg/hari. Diusahakan lemak dari
sumber asam lemak tidak jenuh
Protein
15-20% total asupan energi
Sumber protein yang baik adalah ikan, seafood, daging tanpa lemak,
ayam tanpa kulit, tahu, tempe, kacang-kacangan
Pada pasien dengan nefropati perlu penurunan asupan protein
menjadi 0.8g/kg atau 10% dari kebutuhan energi
Pemanis : bergizi dan tak bergizi
Pemanis bergizi: gula alkohol( isomalt, lacitol, maltitol,manitol,sorbitol
dan xylitiol) dan fruktosa
Pemanis tak bergizi: aspartam, sakarin, acesulfame potassium,
sukralose, neotame
Diet
Jumlah kebutuhan kalori untuk anak usia 1 tahun sampai dengan
usia pubertas dapat juga ditentukan dengan rumus sebagai
berikut :
1000 + (usia dalam tahun x 100) = ....... Kalori/hari
Komposisi sumber kalori per hari sebaiknya terdiri atas : 50-55%
karbohidrat, 10-15% protein (semakin menurun dengan
bertambahnya umur), dan 30-35% lemak.
Pembagian kalori per 24 jam diberikan 3 kali makanan utama
dan 3 kali makanan kecil sebagai berikut :
20% berupa makan pagi.
10% berupa makanan kecil.
25% berupa makan siang.
10% berupa makanan kecil.
25% berupa makan malam.
10% berupa makanan kecil.
Pengobatan penyakit penyerta seperti infeksi dan lain-lain
Latihan Jasmani
Tujuan:
Membantu meningkatkan jati diri anak
Membantu mempertahankan BB ideal
Meningkatkan kapasitas kerja jantung
Mengurangi resiko komplikasi jangka panjang
Membantu kerja metabolisme tubuh M-i kebutuhan
insulin
3-5 x/minggu, selama 30-60 menit
Intensitas : ringan dan sedang
Target : 60-70% dari Maximum Heart Rate ( MHR )
Tipe OR dianjurkan : Jalan, bersepeda, jogging, berenang
Disesuaikan dengan umur dan kemampuan jasmani
Sifat olahraga : Continous, Rhytmic, Interval, Progressive,
Obat Hipoglikemik Oral
Pemicu sekresi insulin Mulai dengan dosis kecil
Sulfonilurea; tolbutamid, bertahap sesuai respon kadar
asetoheksamid, tolazamid,
klorpropamid glukosa darah,
Glinid; repraglinid, Nateglinid dapat diberikan sampai dosis
Penambah sensitivitas thdp insulin hampir maksimal
Tiazolidindion (glitazone) Sulfonilurea generasi I & II : 15-30
Penghambat glukoneogenesis menit sblm makan
Metformin
Penghambat glukosidase alfa
Glimepiride : Sebelum / sesaat
Acarbose sebelum makan
Repaglinid, Nateglinid : sesaat /
sebelum makan
INDIKASI Metformin : sebelum / pada saat /
Diabetes setelah umur 40 tahun sesudah mkn KH
Diabetes kurang dari 5 tahun Acarbose : bersama suapan
Memerlukan insulin dengan dosis < 40 pertama makan
unit sehari Tiazolidindion : tidak bergantung
DM tipe II, berat normal atau lebih pada jadwal makan
Obat Cara kerja utama ESO utama Penurunan A1C
Menjelaskan mengenai
komplikasi Diabetes
Melitus
komplikasi
Organ/jaringan Yg terjadi Komplikasi
1983-84(9bulan) 14 31.4
1984-88 (48bulan) 55 40
1995 (12bulan) 17
1997 (6bulan) 23 18.7
1998-99 (12bulan) 37 51
lipolisis ketogenesis
Asidosis (ketosis)
Diuresis osmotik
Asidosis metabolik (ketosis)
hipovolemia
dehidrasi
Gejala klinis
Pernapasan cepat dan dalam (kussmaul)
Dehidrasi (turgor kulit berkurang,lidah & bibir kering)
Hipovolemi sampai syok
Bau aseton (kurang tercium)
Poliuria & polidipsi
Riwayat berhenti menyuntik insulin , demam, atau infeksi
KAD anak : nyeri perut yg mnonjol (berhubungan dgn
gastroparesis-dilatasi lambung)
Derajat keasadaran pasien : kompos mentis delirium
depresi s.d koma
Faktor pencetus : plg sering infeksi sal.kemih dan
pneumonia
diagnosis
Langkah pertama : anamnesis dan pemeriksaan fisik
Patensi jalan napas
Status mental
Status ginjal
Kardiovaskular
Status hidrasi
menentukan pem.lab yg harus dilakukan
Pemeriksaan lab :
Konsentrasi glukosa darah dengan glucose sticks
Urin dengan urine strips
melihat secara kualitatif jumlah glukosa, keton,nitrat, dan
leukosit dalam urine.
diagnosis
Kriteria diagnosis KAD
Kadar glukosa >250 mg%
pH < 7,35
HCO3 rendah : asidosis metabolik
Anion gap yang tinggi
Anion gap : selisih antara elektrolit, ion positif
(kation), natrium dan kalsium, serta ion negatif
(anion), klorida dan bikarbonat (CO2 serum) untuk
memastikan sedah tercapainya ketidak
seimbangan asam basa.
Anion gap : asidosis metabolik
Keton serum positif
penatalaksanaan
Prinsip pengelolaan :
1. penggantian cairan dan garam yang hilang
2. Menekan lipolisis sel lemak dan menekan glukoneogenesis sel
hati dengan pemberian insulin
3. Mengatasi stres sebagai pencetus KAD
4. Mengembalikan keadaan fisiologi normal & menyadari pentingnya
pemantauan serta penyesuaian pengobatan
Pengobatan KAD :
1. cairan
2. garam
3. insulin
4. kalium
5. glukosa
6. asuhan keperawatan
penatalaksanaan
1. Cairan
- Digunakan larutan garam fisiologis
- Keuntungan rehidrasi : memperbaiki perfusi jaringan dan
menurunkan hormon kontraregulator insulin
2. Insulin
Segera dimulai setelah diagnosis KAD dan rehidrasi
Tujuan :
Menurunkan konsentrasi hormon glukagon,sehingga dapat :
- Menekan produksi benda keton di hati
- Menekan pelepasan asam lemak bebas dari jaringan lemak
- Menekan pelepasan asam amino dari jaringan otot
- Meningkatkan utilisasi glukosa oleh jaringan
- Cara yg digunakan : drip insulin intravena
4. Glukosa
Diberikan bila konsentrasi glukosa <200mg%
5. Bikarbonat
- Hanya pada KAD yang berat
- Hanya diberikan bila pH <7,1
- Komplikas asidosis laktat dan hiperkalemi indikasi bikarbonat
penatalaksanaan
Pengobatan umum : Pemantauan :
1. Konsentrasi gula darah
1. Antibiotik adekuat tiap jam dengan
2. Oksigen bila p02 glukometer
< 80mm Hg 2. Elektrolit setiap 6jam
selama 24 jam selanjutnya
3. Heparin bila ada tergantung keadaan
DIC atau bila 3. Analisis gas darah
hiperosmolar 4. TD,nadi, frekuensi
(>380 mOsm/l) pernapasan dan
temperatur setiap jam
5. Keadaan hidrasi, balans
cairan
6. Waspada kemungkinan
DIC
komplikasi pencegahan