Anda di halaman 1dari 43

Recent Management and

Therapy for IBD


Dr. Dasril Nizam, Sp.PD-KGEH
PENDAHULUAN
Inflammatory bowel disease (IBD) menggambarkan kondisi
peradangan saluran cerna kronik dan idiopatik. Secara
umum dibagi atas Ulcerative Colitis (UC), Crohn Disease
(CD) dan IBD indeterminated.
EPIDEMIOLOGI
Angka kejadian IBD meningkat terutama pada usia
remaja

Insiden IBD pada ras kulit putih kira-kira lebih tinggi


empat kali lipat dibandingkan ras lain. Perbandingan
insiden antara laki-laki dan perempuan hampir sama
untuk UC dan CD, namun pada perempuan sedikit lebih
tinggi insidennya.
EPIDEMIOLOGI

Di Eropa angka kejadian pasien UC mencapai 24,3/100.000


penduduk, dan pada pasien CD angka kejadian mencapai
12.7/100.000
Di Amerika Utara, angka kejadian pasien UC mencapai
19.2/100.000 penduduk dan pada pasien CD angka kejadian
mencapai 20.2/100.000
Pada negara-negara di Asia dan Timur Tengah, angka
kejadian pasien UC mencapai 6.3/100.000 penduduk, dan
pada pasien CD angka kejadian mencapai 5.0/100.000
Di Australia angka kejadian pasien CD 14/100.000, UC
7.33/100.000, dan 2.33/100.000 Undeterminated
EPIDEMIOLOGI
Di Indonesia belum ada studi epidemiologi IBD, masih merupakan laporan rumah
sakit (hospital based). Simadibrata tahun 2002 melaporkan 5.2% kasus CD dan UC
dari total kasus kolonoskopi yang dilakukan di RSCM.

Dari data di unit endoskopi pada beberapa rumah sakit di Jakarta (RSCM, RS Tebet,
RS Siloam Gleaneagles, RS Jakarta) terdapat kesan bahwa :
12.2% kasus yang dikirim dengan diare kronik,
3.9% kasus hematoschezia,
25.9% kasus diare kronik, berdarah dan nyeri perut
2.8% kasus nyeri perut.
Data ini juga menyebutkan bahwa secara umum, kejadian UC lebih banyak
daripada kasus CD.

Data ini juga menyebutkan bahwa secara umum, kejadian UC lebih banyak daripada
kasus CD. Secara global dikatakan bahwa insidens IBD adalah 10 kasus per 100.000
penduduk, UC 2.214.3 kasus per 100.000 penduduk dan CD 3.114.6 kasus per
100.000 penduduk.
KLASIFIKASI

Colitis Ulceratif Crohn Disease


(CU) (CD)

Indeterminated
ETIOPATOGENESIS

Etiopatogenesis IBD belum sepenuhnya diketahui.

Diperkirakan bahwa proses patogenesis IBD diawali


dengan adanya infeksi, toksin, produk bakteri atau
diet intralumen kolon pada individu rentan yang
dipengaruhi oleh faktor genetik, defek imun, dan
lingkungan dalam saluran cerna sehingga
menyebabkan perubahan bakteri usus dan peningkatan
permeabilitas epitel saluran yang berujung pada
proses inflamasi pada dinding usus.
GAMBARAN KLINIS
Ulcerative Colitis (UC)
Gejala utama

Diare
Perdarahan rektum
Nyeri perut
Tenesmus ani
Tinja berdarah yang terjadi secara
perlahan (insidious) tanpa disertai gejala
sistemik
Berat badan turun
Ulcerative Colitis (UC)
Pada UC, setidaknya terdapat 3 bentuk gejala
dan tanda klinis yang berhubungan dengan
derajat peradangan mukosa dan gangguan
sistemik.
Crohn Disease (CD)

Gejala utama

Diare
Perdarahan rektum (jika mengenai kolon)
Nyeri perut (sering dirasakan setelah
makan)
Kram periumbilikal
Demam
Penurunan berat badan
Crohn Disease (CD)
DIAGNOSTIK LABORATORIUM
Pemeriksaan darah lengkap

Hemoglobin, hematokrit, leukosit, trombosit.

Kadar besi serum, LED, albumin serum, dan C reactive.

MCV, MCH, MCHC, zat besi, folat, vitamin B12.


DIAGNOSTIK FESES
Pada pemeriksaan feses biasanya ditemukan :

Leukosit

Perdarahan mikroskopik

Patogen parasit

Toksin clostridium C. difficile

Fecal Calprotectin
FECAL PROTECTIN
Fecal calprotectin merupakan pertanda inflamasi saluran
cerna bagian bawah termasuk IBD, IBS, dan lain-lain.

Calprotectin merupakan suatu protein kecil yang berikatan


dengan ion kalsium dan merupakan famili dari protein-
protein terikat zinc. Pertama kali ditemukan 1980 dan
berhubungan dengan 60% protein dari sitosol neutrofil yang
ditemukan juga pada sitosol monosit, dan makrofag.

Pada studi sebelumnya spesifisitas dan sensitifitas pada CD


lebih akurat (85%, 83%) dibandingkan dengan UC (74%, 72%).

Berdasarkan beberapa penelitian yang dikumpulkan


didapatkan rata-rata nilai sensitifitas dan spesifisitas
calprotectin terhadap IBD mencapai 93% dan 96%.
DIAGNOSTIK SEROLOGI
Dua petanda antibodi spesifik IBD yang telah diketahui adalah :

1. Perinuclear antineutrophil cytoplasmic antibody (pANCA)

2. A ntibodi anti saccharomyces cervisiae (ASCA).

Antibodi pANCA ditemukan pada 80% UC dan 45% pada CD

Sedangkan antibodi ASCA ditemukan pada 60-70% CD dan 14% pada UC

Pada 2 penelitian seroepidemiologi menunjukkan bahwa kombinasi pANCA


positif dan ASCA negatif mempunyai prediksi positif UC sebesar 88-92%.

Sedangkan kombinasi pANCA negatif dan ASCA positif mempunyai nilai prediksi
positif CD sebesar 95-96%.

Pada indeterminated, pemeriksaan pANCA dan ASCA menunjukkan hasil


negatif namun tetap menunjukkan gejala klinis yang menyerupai UC dan CD
DIAGNOSTIK HISTOLOGI
DIAGNOSTIK ENDOSKOPI
UC CD
DIAGNOSTIK ENDOSKOPI
Ulcerative Colitis (UC)
Crohn Disease (CD)
DIAGNOSTIK RADIOLOGI

UC CD
DIAGNOSTIK RADIOLOGI

CD UC
DIAGNOSTIK RADIOLOGI

CD - Usus kecil dengan


gambarancobblestoning pada
bagian ileum terminal
TERAPI
Pada prinsipnya, terapi pada IBD digunakan pada
serangan akut dan terapi terpilih selama fase remisi
berlangsung. Terapi lini pertama adalah 5-acetil
salicylic acid (5 ASA) dan kortikosteroid. Apabila gagal
maka pasien akan diberikan terapi lini kedua yaitu
immunosuppressive seperti 6-mercaptopurine,
azathioprine, siklosporin, metotrexate dan anti TNF-alfa
yaitu infliximab.
TERAPI
1. Aminosalisilat (ASA), terutama untuk mempertahankan remisi. Dosis
tinggi digunakan untuk induksi remisi

Sulfasalasin, dosis 30-50 mg/kg/hari dalam 2-4 dosis, dapat


ditingkatkan sampai 75 mg/kg

Mesalamin, dosis 30-50 mg/kg/hari dalam2-4 dosis (maksimal


3,2g/hari).

Olsalazin, dosis 30 mg/kg/hari dalam 2 dosis

2. Kortikosteroid, untuk induksi remisi. Tidak berperan dalam


mempertahankan remisi.

Prednison, dosis: 1-2 mg/kg/hari dosis tunggal atau dosis terbagi

Metilprednisolon, dosis: 2 mg/kg/hari dalam 2-3 dosis


TERAPI
Budesonide, dosis: 9mg/hari selama 8 minggu (CD),
dosis: 2mg/hari dalam 100 ml larutan enema diberikan
selama 4 minggu (UC).

3. Imunomodulator, digunakan untuk induksi dan


mempertahankan remisi.

Azathioprine, dosis: 2-2,5 mg/kg/hari dosis tunggal

6-Mercatopurin, dosis: 1,5 mg/kg/hari dosis tunggal


TERAPI
4. Anti-tumor necrosis factor-alfa untuk induksi remisi

Infliximab merupakan antibodi monoklonal anti-TNF-alfa. Infliximab,


dosis: 5 mg/kg dilarutkan dengan 250 ml NaCl fisiologis secara
intravena. Infliximab dosis tunggal untuk CD derajat moderat-berat
atau pada fistula dengan dosis 5mg/kg dalam 2 jam 3 kali pada
minggu 0, 2, dan 6, sering diikuti pemberian setiap 8 minggu. Data
penggunaan infliximab pada UC tidak sebaik pada CD.
5. Antibiotika

Metronidazole, dosis: 30-50 mg/kg/hari dalam 3 dosis.


Metronidazole diberikan pada kelainan perianal CD
TERAPI
TERAPI
Pembedahan
UC perlu dilakukan operasi yaitu dengan membuang bagian
dari kolon dan rektum. Standar prosedur pembedahan untuk
kolitis ulseratif yang disebut an ileal pouch anal anastomosis
(IPAA). Dalam prosedur tersebut setelah seluruh usus besar
dan rektum diangkat, usus kecil dilekatkan pada daerah anus.
Kemudian dibuat kantung untuk pembuangan, hal ini untuk
memudahkan buang air besar.
Pembedahan
Penyakit Crohn membutuhkan setidaknya pembedahan
satu kali selama hidupnya. Sekitar 70% pasien dengan
penyakit Crohn memerlukan operasi pembedahan. 30%
pasien yang menjalani operasi dapat mengalami
kekambuhan dalam jangka waktu tiga tahun dan 60%
dapat kambuh dalam jangka waktu sepuluh tahun.
Pembedahan dilakukan sesuai dengan tingkat keparahan
penyakit dan lokasi penyakit di usus.

Pembedahan dapat menjadi pilihan ketika pengobatan


medis telah gagal atau terdapat komplikasi yang
mengharuskan tindakan bedah.
KOMPLIKASI
Crohns disease Colitis Ulserativa

1. Inflamasi 1. Perdarahan masif


2. Perforasi kolon
2. Obstruksi Usus
3. Dehidrasi
3. Ulkus
4. Osteoporosis
4. Fistulas
5. Inflamasi pada kulit,
5. Anal fissure
sendi, dan mata
6. Malnutrisi
6. Ca kolon (frek <)
7. Ca Kolon (frek >) 7. Toksik megakolon
PROGNOSIS
UC dan CD memliki angka mortalitas yang hampir sama.
Walaupun mortalitas UC menurun dalam 40-50 tahun
terakhir ini, namun kebanyakan studi menyatakan bahwa
adanya peningkatan mortalitas yang berhubungan dengan
IBD. Penyebab tersering kematian pada pasien IBD adalah
penyakit primer, yang diikuti dengan keganasan, penyakit
tromboemboli, peritonitis dengan sepsis, dan komplikasi
pembedahan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahuja V, Tandon RK. Inflammatory bowel disease in the Asia-Pacisific area: a comparison with developed countries and regional differences. J Dig Dis.

2010;11:134-47.

Bengston MB, Solberg IC, Aamodt G, Jahnsen J, Moum B, Vatn MH. Relationships between in ammatory bowel disease and perinatal factors: both
maternal and paternal disease are related to preterm birth o spring. In amm Bowel Dis 2010; 16(5): 847-55.

Crohns & Colitis Foundation of America. The Facts about Inflammatory Bowel Diseases 2014. Available
at:http://www.ccfa.org/assets/pdfs/updatedibdfactbook.pdf. Accessed on 2017, July 25th

Danese S, Fiocchi C, Rutgeerts P. Ulcerative Colitis. The New England J of Medicine 2011; 365: 1713-25.

Firmansyah MA. Perkembangan Terkini Diagnosis dan Penatalaksanaan Inflammatory Bowel Disease. CDK-203 2013; 40(4): 247-52

Lilihata G, Syam AF. Inflammatory Bowel Disease. Dalam: Tanto C, Liwang F, Hanifati S, Pradipta EA. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi keempat.
Jakarta: Media Aesculapius; 2014: 598-601.

Loftus EV, Shivashankar R, Tremaine WJ, Harmsen WS, Zinsmeisetes AR. Updates Incidence and Prevalence of Crohns Disease and Ulcerative Colitis in
Olmsted Country, Minnesota (1970-2011). AGC 2014 Annual Scientic Meeting. October 2014.

Mikharia GK, Verma AK, Amarchand R, Goswami A, Singh P, Agnihotri A,et al. Prevalence of irritable bowel syndrome: a community based study from
northern India. J Neurogastroenterol Motil. 2011;17(1):82-7.

Rowe WA, Katz J. Inflammatory bowel disease. Available at: http://www.medscape.com. Accessed on 2017, 25 July 25th

Tamboli CP. Current medical therapy for chronic in ammatory bowel disease. Surg Clin N Am 2007; 87: 697-725. Jenifer K Lehrer, Gary R Lichenstein,
Julian Katz, Douglas M Heuman, Francisco Talavera, Rajeev Vasudeva. Irritable Bowel Syndrome. Updated March 2013.

Zucchelli M, Camilleri M, Andreasson AN, et al. Association of TNFSF15 polymorphism with irritable bowel syndrome. Gut 2011;60:1671-77.

Anda mungkin juga menyukai